Bank BUMN Jangan Jadi Tempat Titipan Politisi
A
A
A
JAKARTA - Tarik menarik direksi dan komisaris bank BUMN (badan usaha milik negara) terus terjadi. Hal tersebut terlihat jelas saat Kementerian BUMN hendak merombak susunan direksi dan komisaris Bank Mandiri.
Nama Cahaya Dewi Cemerlang Sinaga dan Gwen So Hong, pengamat pasar modal yang sudah lama tak terdengar namanya sejak 10 tahun terakhir, ramai dipergunjingkan di kalangan perbankan.
The Finance berpendapat, sudah saatnya tarik ulur penempatan komisaris dan direksi bank BUMN dihindari, jangan sampai menjadi tempat titipan para politisi.
Untuk itu, untuk jajaran direksi dan komisaris yang akan RUPS (rapat umum pemegang saham) dalam pekan ini, harus dihindarkan dari politisasi dan harus diisi oleh bankir yang professional. Para bankir BUMN dari dalam sebenarnya cukup mampu mempertahankan kinerja perbankan.
"Kuncinya, bank-bank BUMN dijauhkan dari kepentingan tertentu. Bisnis bank itu beda dengan bisnis furniture atau batu bara. Bisnis bank itu syarat aturan dan modal dengan sumber daya manusia yang menjadi peran strategis," ujar Direktur The Finance, Eko B Supriyanto dalam keterangannya, Senin (16/3/2015).
"Kalau pemerintah Jokowi mau balas budi, mboh lihat yang benar. Jangan sampai bisnis bank dilihat seperti bisnis sektor riil. Jauhkan dari kepentingan dan titip-titipan dengan orang yang egngak bunyi," lanjut Eko.
The Finance Research berpendapat, untuk direksi BRI dan BNI akan terjadi tukar tempat. Hal itu bisa dilihat dari tukar posisi Sulaiman Arif, yang dari BRI ke Mandiri. Diperkirakan, orang-orang BRI yang habis masa tugasnya akan berpindah ke BNI, dan demikian sebaliknya yang dari BNI sebagian kecil ke BRI. Namun, ada yg berpendapat BRI akan lebih banyak diisi orang dalam. Sementara jajaran komisaris BRI akan dirombak total.
Nama Cahaya Dewi Cemerlang Sinaga dan Gwen So Hong, pengamat pasar modal yang sudah lama tak terdengar namanya sejak 10 tahun terakhir, ramai dipergunjingkan di kalangan perbankan.
The Finance berpendapat, sudah saatnya tarik ulur penempatan komisaris dan direksi bank BUMN dihindari, jangan sampai menjadi tempat titipan para politisi.
Untuk itu, untuk jajaran direksi dan komisaris yang akan RUPS (rapat umum pemegang saham) dalam pekan ini, harus dihindarkan dari politisasi dan harus diisi oleh bankir yang professional. Para bankir BUMN dari dalam sebenarnya cukup mampu mempertahankan kinerja perbankan.
"Kuncinya, bank-bank BUMN dijauhkan dari kepentingan tertentu. Bisnis bank itu beda dengan bisnis furniture atau batu bara. Bisnis bank itu syarat aturan dan modal dengan sumber daya manusia yang menjadi peran strategis," ujar Direktur The Finance, Eko B Supriyanto dalam keterangannya, Senin (16/3/2015).
"Kalau pemerintah Jokowi mau balas budi, mboh lihat yang benar. Jangan sampai bisnis bank dilihat seperti bisnis sektor riil. Jauhkan dari kepentingan dan titip-titipan dengan orang yang egngak bunyi," lanjut Eko.
The Finance Research berpendapat, untuk direksi BRI dan BNI akan terjadi tukar tempat. Hal itu bisa dilihat dari tukar posisi Sulaiman Arif, yang dari BRI ke Mandiri. Diperkirakan, orang-orang BRI yang habis masa tugasnya akan berpindah ke BNI, dan demikian sebaliknya yang dari BNI sebagian kecil ke BRI. Namun, ada yg berpendapat BRI akan lebih banyak diisi orang dalam. Sementara jajaran komisaris BRI akan dirombak total.
(dmd)