Airbus Bukukan Kontrak Helikopter
A
A
A
SEOUL - Airbus Helicopters kemarin membukukan kesepakatan senilai 1,5 miliar euro untuk membuat lebih dari 300 helikopter sipil dan militer di Korea Selatan (Korsel) bermitra dengan Korea Aerospace Industries (KAI).
“Kontrak ini skalanya luar biasa untuk pembangunan dan konstruksi 214 helikopter militer dan sekitar 100 helikopter sipil,” ungkap Vice President Airbus Helicopters di Asia bagian utara, Norbert Ducrot, dikutip kantor berita AFP . “Kontrak pembangunan dan produksi ini bernilai 1,5 miliar euro bagi Airbus Helicopters selama 20 tahun.
” Perusahaan itu harus bersaing dengan grup Italia-Inggris, AgustaWestland, dalam memenangkan kontrak tersebut. Kesepakatan itu dibuat untuk menggantikan armada helikopter militer dan sipil yang sudah tua di Korsel. Selain itu, kesepakatan ini juga memberikan pijakan kuat bagi Airbus Helicopters di pasar yang sangat strategis. Pada 2005 Airbus Helicopters mendapatkan kontrak serupa untuk helikopter militer di Korsel, juga bermitra dengan KAI. Pasar Korsel untuk helikopter sipil terus meningkat.
“Korsel saat ini memiliki lebih dari 700 helikopter di armada militer yang masih menggunakan mesin buatan Amerika Serikat yang usianya sudah tua dan perlu diperbarui,” kata Ducrot. Pengiriman pertama akan dilakukan pada 2021 untuk helikopter sipil (light civil helicopter /LCH) dan helikopter militer (light armed helicopter /LAH). “Airbus memperkirakan pasar global untuk jenis helikopter ini sekitar 600 unit, yang berarti bisa mencapai beberapa militer euro bagi Airbus Helicopters dalam 20 tahun mendatang jika Anda menambah dukungan dan layanan perawatan,” papar Ducrot.
Sementara itu, Boeing Co dalam posisi yang tepat untuk mencapai rekor target produksi untuk pesawat 737 pada 2018. Itu diungkapkan kepala sistem industri Boeing Co Pat Shanahan kemarin. “Untuk menunjukkan bahwa kami dapat mengakomodasi ketidakpastian dan risiko atau mengurangi risiko, kami memiliki kondisi lebih baik saat ini dibandingkan pada masa lalu,” sebutnya.
Shanahan menjadi pengawas produksi di perusahaan pesawat terbesar dunia tersebut. Target untuk memecahkan rekor produksi itu seiring dengan langkah Boeing Co yang mulai menggunakan sistem otomatis baru untuk membuat panel sayap untuk pesawat 737. Langkah penting ini disiapkan untuk mencapai rekor kecepatan produksi sambil memperkenalkan model baru pesawat.
Sistem robot yang disebut Panel Assembly Line (PAL) itu pekan ini mulai mengebor lubang dan memasang paku keling untuk sayap-sayap pesawat yang diproduksi Boeing. “Ini penggunaan pertama kali sistem robot sejak pemasangan dilakukan musim panas lalu,” kata pejabat Boeing pada kantor berita Reuters saat kunjungan ke fasilitas perakitan pesawat di Renton, Washington.
PAL menggantikan mesin generasi lama yang digunakan untuk mengebor panel, tapi menyisakan tugas pada para pekerja untuk memasang paku keling. Proses ini sering mengakibatkan luka dan cacat pada para pekerja. PAL didesain untuk mengurangi pekerja yang terluka hingga setengahnya, mengurangi kecacatan pekerja hingga 66%, dan mengurangi waktu produksi hingga 33%.
Sistem otomatis ini sudah lama ditunggu karena pabrik pesawat 737 mencakup dua per tiga pesawat yang dibuat Boeing dan PAL akan membantu perusahaan itu meningkatkan produksi.
Syarifudin
“Kontrak ini skalanya luar biasa untuk pembangunan dan konstruksi 214 helikopter militer dan sekitar 100 helikopter sipil,” ungkap Vice President Airbus Helicopters di Asia bagian utara, Norbert Ducrot, dikutip kantor berita AFP . “Kontrak pembangunan dan produksi ini bernilai 1,5 miliar euro bagi Airbus Helicopters selama 20 tahun.
” Perusahaan itu harus bersaing dengan grup Italia-Inggris, AgustaWestland, dalam memenangkan kontrak tersebut. Kesepakatan itu dibuat untuk menggantikan armada helikopter militer dan sipil yang sudah tua di Korsel. Selain itu, kesepakatan ini juga memberikan pijakan kuat bagi Airbus Helicopters di pasar yang sangat strategis. Pada 2005 Airbus Helicopters mendapatkan kontrak serupa untuk helikopter militer di Korsel, juga bermitra dengan KAI. Pasar Korsel untuk helikopter sipil terus meningkat.
“Korsel saat ini memiliki lebih dari 700 helikopter di armada militer yang masih menggunakan mesin buatan Amerika Serikat yang usianya sudah tua dan perlu diperbarui,” kata Ducrot. Pengiriman pertama akan dilakukan pada 2021 untuk helikopter sipil (light civil helicopter /LCH) dan helikopter militer (light armed helicopter /LAH). “Airbus memperkirakan pasar global untuk jenis helikopter ini sekitar 600 unit, yang berarti bisa mencapai beberapa militer euro bagi Airbus Helicopters dalam 20 tahun mendatang jika Anda menambah dukungan dan layanan perawatan,” papar Ducrot.
Sementara itu, Boeing Co dalam posisi yang tepat untuk mencapai rekor target produksi untuk pesawat 737 pada 2018. Itu diungkapkan kepala sistem industri Boeing Co Pat Shanahan kemarin. “Untuk menunjukkan bahwa kami dapat mengakomodasi ketidakpastian dan risiko atau mengurangi risiko, kami memiliki kondisi lebih baik saat ini dibandingkan pada masa lalu,” sebutnya.
Shanahan menjadi pengawas produksi di perusahaan pesawat terbesar dunia tersebut. Target untuk memecahkan rekor produksi itu seiring dengan langkah Boeing Co yang mulai menggunakan sistem otomatis baru untuk membuat panel sayap untuk pesawat 737. Langkah penting ini disiapkan untuk mencapai rekor kecepatan produksi sambil memperkenalkan model baru pesawat.
Sistem robot yang disebut Panel Assembly Line (PAL) itu pekan ini mulai mengebor lubang dan memasang paku keling untuk sayap-sayap pesawat yang diproduksi Boeing. “Ini penggunaan pertama kali sistem robot sejak pemasangan dilakukan musim panas lalu,” kata pejabat Boeing pada kantor berita Reuters saat kunjungan ke fasilitas perakitan pesawat di Renton, Washington.
PAL menggantikan mesin generasi lama yang digunakan untuk mengebor panel, tapi menyisakan tugas pada para pekerja untuk memasang paku keling. Proses ini sering mengakibatkan luka dan cacat pada para pekerja. PAL didesain untuk mengurangi pekerja yang terluka hingga setengahnya, mengurangi kecacatan pekerja hingga 66%, dan mengurangi waktu produksi hingga 33%.
Sistem otomatis ini sudah lama ditunggu karena pabrik pesawat 737 mencakup dua per tiga pesawat yang dibuat Boeing dan PAL akan membantu perusahaan itu meningkatkan produksi.
Syarifudin
(ars)