Barat Mulai Lirik Bank Infrastruktur Asia

Kamis, 19 Maret 2015 - 12:10 WIB
Barat Mulai Lirik Bank Infrastruktur Asia
Barat Mulai Lirik Bank Infrastruktur Asia
A A A
WASHINGTON - Dua kekuatan ekonomi besar Eropa, Prancis dan Jerman, menyusul Inggris untuk bergabung ke dalam keanggotaan Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB).

Inggris, Prancis, dan Jerman tetap memilih bergabung kendati mendapat kritik keras dari Amerika Serikat (AS) yang memandang institusi keuangan untuk pendanaan infrastruktur yang dicetuskan China tersebut sebagai saingan Bank Dunia yang didominasi Barat. Langkah negara-negara sekutunya itu dinilaisebagaipukulantelakbagi AS yang berusaha menghadang pengaruh ekonomi dan diplomatik China yang terus berkembang secara global.

Kendati demikian, Washington menolak dikatakan secara aktif berusaha memengaruhi negara-negara lain untuk tidak bergabung dengan AIIB. Pemerintah Negeri Paman Sam itu berdalih hanya mempertanyakan standar institusi keuangan baru tersebut. ”Saya harap sebelum ada komitmen final, pihak-pihak yang meminjamkan namanya pada organisasi ini memastikan bahwa pengelolaannya dilakukan secara pantas,” sebut Menteri Keuangan AS Jack Lew seperti dikutip AFP kemarin.

Inggris tercatat sebagai kekuatan ekonomi Barat yang pertama kali mengajukan keanggotaan pada AIIB awal bulan ini. Kini langkah itu disusul Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble yang Selasa (17/3) lalu mengonfirmasi bahwa negara itu juga akan mengajukan keanggotaan di AIIB. Konfirmasi serupa diungkapkan Kementerian Keuangan Prancis.

Selain dua negara itu, Italia diyakini juga berniat bergabung dalam AIIB. AIIB yang secara resmi dibentuk Oktober 2014 oleh 21 negara yang dipimpin China memfokuskan diri pada pendanaan proyek-proyek infrastruktur, energi, dan transportasi di Asia. Berdasarkan estimasi Bank Pembangunan Asia (ADB), kebutuhan pendanaan infrastruktur di kawasan ini pada periode 2010-2020 mencapai USD750 miliar hingga USD1 triliun per tahun.

Keberadaan AIIB menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan dana yang luar biasa besar tersebut. Terkait keberatan AS, juru bicara bagi Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengatakan, ada kalanya negara itu mengambil pendekatan berbeda dengan sekutunya. Inggris juga menegaskan bahwa akan memastikan AIIB menerapkan tata kelola perbankan yang ketat serta menjalankan pengawasan atas setiap prosedur.

”Intinya ini untuk kepentingan nasional Inggris juga,” ucap juru bicara tersebut. Sebelumnya Presiden AS Barack Obama di sela Beijing Summit tahun lalu menegaskan bahwa AIIB harus transparan, akuntabel, dan betul-betul multilateral sebagaimana institusi keuangan global lain. ”Itu aturan yang sama seperti yang dipatuhi Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), atau Bank Pembangunan Asia (ADB), dan institusi-institusi internasional lainnya,” ungkap Obama.

Sementara itu, media China kemarin menyuarakan ”kemenangan” Beijing atas bergabungnya negara-negara besar Eropa ke AIIB yang dianggap sebagai pesaing oleh Bank Dunia yang dipimpin Washington. Kantor Berita China, Xinhua, menggambarkan tindakan Berlin, Paris, dan Roma yang menyusul Inggris menjadi anggota AIIB sebagai langkah yang berani dan rasional.

Upaya Washington menggalang front anti-AIIB di antara sekutunya disebut malah membuat AS terisolasi dan terlihat hipokrit. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei kemarin menegaskan, AIIB adalah institusi yang terbuka dan inklusif. Karena itu, AIIB siap menerima keanggotaan baru dari negara mana pun yang tertarik untuk bergabung.

Surat kabar milik pemerintah China Daily dalam editorialnya menyebutkan, meski AIIB dicetuskan dan berpusat di Beijing, itu tidak berarti institusi tersebut dimiliki oleh China ataupun merupakan instrumen dari kekuatan lunak China. Dalam perkembangannya, AIIB dikatakan terus menyiapkan landasan moral yang tinggi bagi institusi tersebut.

M faizal
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9860 seconds (0.1#10.140)