Dharma Satya Beri Dividen Rp105,98 Miliar
A
A
A
JAKARTA - Emiten perkebunan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) memberikan dividen tunai sebesar Rp105,98 miliar atau Rp50 per saham pada tahun ini kepada pemegang saham.
Presiden Direktur Dharma Satya Nusantara Djojo Boentoro mengatakan, dividen tersebut setara 16,31% dari laba bersih perseroan tahun lalu sebesar Rp649,79 miliar. Perseroan membukukan laba bersih 2014 sebesar Rp649,79 miliar atau meningkat sekitar 201,3% dibandingkan tahun sebelumnya Rp215,7 miliar.
”Sebesar Rp20 miliar atau 3,08% digunakan untuk dana cadangan, sisanya dibukukan sebagai laba ditahan,” kata Djojo dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin. Penggunaan laba bersih tersebut telah diputuskan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang dilanjutkan dengan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
Dalam RUPSLB, para pemegang saham memberikan persetujuan atas rencana untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak-banyaknya 168 juta saham dalam simpanan (portepel) dengan nilai nominal Rp100.
”Nilai ini sebanyak-banyaknya 7,93% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan dalam rangka pemenuhan pengembangan kegiatan usaha atau pelunasan atas kewajibankewajiban perseroan,” paparnya.
Hingga akhir tahun lalu perseroan berhasil meraih pendapatan bersih sebesar Rp4,90 triliun atau naik 27,5% dibandingkan 2013. Kenaikan laba bersih juga didorong oleh peningkatan pendapatan bersih DSNG, khususnya yang berasal dari industri kelapa sawit.
”DSN Group pada 2014 mampu pertahankan kinerja operasionalnya dengan baik. Kami berhasil meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS),” ungkapnya. Produksi TBS perseroan tahun lalu sebanyak 1,38 juta ton atau naik sebesar 10,9% dibandingkan produksi 2013 sekitar 1,24 juta ton. Dari jumlah tersebut, produksi TBS kebun inti pada 2014 mencapai 1,26 juta ton atau naik 9,1% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sekitar USD70-80 juta pada 2015. Jika mengacu rupiah di level Rp13.000 per dolar AS, nilai belanja modal yang harus disiapkan perseroan sekitar Rp910 miliar hingga Rp1,04 triliun. Sementara itu, analis First Asia Capital David Sutyanto mengungkapkan, emiten perkebunan baru akan mengalami kinerja yang baik pada semester II/2015 seiring masa panen raya.
Awal tahun harga crude palm oil (CPO) masih rendah yang juga didorong harga minyak dunia yang masih rendah. ”Memang permintaan CPO ke luar negeri mulai berkurang, namun emiten perkebunan terutama CPO baru bisa naik harganya di paruh kedua tahun ini saat masa panen,” kata dia dalam risetnya.
Heru febrianto
Presiden Direktur Dharma Satya Nusantara Djojo Boentoro mengatakan, dividen tersebut setara 16,31% dari laba bersih perseroan tahun lalu sebesar Rp649,79 miliar. Perseroan membukukan laba bersih 2014 sebesar Rp649,79 miliar atau meningkat sekitar 201,3% dibandingkan tahun sebelumnya Rp215,7 miliar.
”Sebesar Rp20 miliar atau 3,08% digunakan untuk dana cadangan, sisanya dibukukan sebagai laba ditahan,” kata Djojo dalam paparan publik perseroan di Jakarta kemarin. Penggunaan laba bersih tersebut telah diputuskan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang dilanjutkan dengan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
Dalam RUPSLB, para pemegang saham memberikan persetujuan atas rencana untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak-banyaknya 168 juta saham dalam simpanan (portepel) dengan nilai nominal Rp100.
”Nilai ini sebanyak-banyaknya 7,93% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan dalam rangka pemenuhan pengembangan kegiatan usaha atau pelunasan atas kewajibankewajiban perseroan,” paparnya.
Hingga akhir tahun lalu perseroan berhasil meraih pendapatan bersih sebesar Rp4,90 triliun atau naik 27,5% dibandingkan 2013. Kenaikan laba bersih juga didorong oleh peningkatan pendapatan bersih DSNG, khususnya yang berasal dari industri kelapa sawit.
”DSN Group pada 2014 mampu pertahankan kinerja operasionalnya dengan baik. Kami berhasil meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS),” ungkapnya. Produksi TBS perseroan tahun lalu sebanyak 1,38 juta ton atau naik sebesar 10,9% dibandingkan produksi 2013 sekitar 1,24 juta ton. Dari jumlah tersebut, produksi TBS kebun inti pada 2014 mencapai 1,26 juta ton atau naik 9,1% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sekitar USD70-80 juta pada 2015. Jika mengacu rupiah di level Rp13.000 per dolar AS, nilai belanja modal yang harus disiapkan perseroan sekitar Rp910 miliar hingga Rp1,04 triliun. Sementara itu, analis First Asia Capital David Sutyanto mengungkapkan, emiten perkebunan baru akan mengalami kinerja yang baik pada semester II/2015 seiring masa panen raya.
Awal tahun harga crude palm oil (CPO) masih rendah yang juga didorong harga minyak dunia yang masih rendah. ”Memang permintaan CPO ke luar negeri mulai berkurang, namun emiten perkebunan terutama CPO baru bisa naik harganya di paruh kedua tahun ini saat masa panen,” kata dia dalam risetnya.
Heru febrianto
(bbg)