Industri Keramik Diminta Genjot Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Industri keramik nasional diminta meningkatkan ekspornya dengan meningkatkan kapasitas dan daya saing.
Ekspor digenjot karena sektor industri ini dinilai telah mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. ”Industri keramik nasional memiliki beberapa keunggulan dibandingkan produsen keramik negara lain, yaitu tersedianya deposit tambang sebagai bahan baku keramik yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di sela peresmian pameran ”Keramika 2015” di Jakarta kemarin.
Beberapa bahan baku industri keramik yang tersedia di dalam negeri antara lain ball clay, feldspar dan zircon. Selain itu, kata Saleh, ketersediaan energi gas sebagai bahan bakar untuk proses produksi pun melimpah. Menperin mengatakan, pada 2014 industri keramik nasional memiliki kapasitas 1,8 juta meter persegi per hari dan produksi 1,6 juta meter persegi per hari, dengan jumlah produsen keramik lantai dan dinding berjumlah 35 perusahaan dan jumlah pabrik 95 unit.
Dari total produksi tersebut, 87% diserap pasar lokal dan 13% sisanya diekspor. Nilai penjualan industri keramik diperkirakan mencapai Rp30 triliun dan diproyeksikan pada 2015 meningkat menjadi Rp36 triliun. Kendati mendorong ekspor, industri keramik nasional masih berpeluang untuk dikembangkan, mengingat konsumsi keramik per kapita masih rendah, yakni 1 meter persegi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya yang telah mencapai 2 meter persegi.
Menperin juga menyampaikan, prospek industri keramik dalam jangka panjang masih cukup besar, seiring dengan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk jenis ubin, didukung pertumbuhan pembangunan properti nasional.
Di sisi lain Menperin menegaskan bahwa pemerintah akan terus menerapkan kebijakan yang mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif, antara lain dengan mendorong terjaminnya kontinuitas pasokan gas dengan harga yang kompetitif, penguasaan teknologi dan fabrikasi, serta meningkatkan promosi.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa mengatakan bahwa penyelenggaraan” Keramika2015” mampu menjadi jendela bagi industri keramik Indonesia untuk menginformasikan dan mempromosikan produk-produk terbaiknya kepada pasar lokal dan internasional.
”Kalau sekarang produk keramik Indonesia masih dipandang sebelah mata, kemungkinan ke depan bisa disegani, khususnya secara regional. Tidak hanya dari segi permesinannya, namun juga sumber daya manusianya,” ujar Elisa. Pameran ”Keramika 2015” diikuti 61 peserta, di mana 57% di antaranya adalah pelaku usaha dari luar negeri. Menperin menilai, pameran tersebut cukup penting dan strategis karena dapat mempromosikan keramik Indonesia di tingkat nasional dan internasional.
Keramika juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pertukaran informasi dan transaksi bisnis antara pengusaha dan pengguna produk keramik. ” K i t a harapkan, penyelenggaraan pameran ini m a m p u membawa industri keramik Indonesia bersaing di pasar global dengan produknya yang berkualitas dan inovatif,” katanya.
okti endarwati/ant
Ekspor digenjot karena sektor industri ini dinilai telah mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. ”Industri keramik nasional memiliki beberapa keunggulan dibandingkan produsen keramik negara lain, yaitu tersedianya deposit tambang sebagai bahan baku keramik yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di sela peresmian pameran ”Keramika 2015” di Jakarta kemarin.
Beberapa bahan baku industri keramik yang tersedia di dalam negeri antara lain ball clay, feldspar dan zircon. Selain itu, kata Saleh, ketersediaan energi gas sebagai bahan bakar untuk proses produksi pun melimpah. Menperin mengatakan, pada 2014 industri keramik nasional memiliki kapasitas 1,8 juta meter persegi per hari dan produksi 1,6 juta meter persegi per hari, dengan jumlah produsen keramik lantai dan dinding berjumlah 35 perusahaan dan jumlah pabrik 95 unit.
Dari total produksi tersebut, 87% diserap pasar lokal dan 13% sisanya diekspor. Nilai penjualan industri keramik diperkirakan mencapai Rp30 triliun dan diproyeksikan pada 2015 meningkat menjadi Rp36 triliun. Kendati mendorong ekspor, industri keramik nasional masih berpeluang untuk dikembangkan, mengingat konsumsi keramik per kapita masih rendah, yakni 1 meter persegi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya yang telah mencapai 2 meter persegi.
Menperin juga menyampaikan, prospek industri keramik dalam jangka panjang masih cukup besar, seiring dengan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk jenis ubin, didukung pertumbuhan pembangunan properti nasional.
Di sisi lain Menperin menegaskan bahwa pemerintah akan terus menerapkan kebijakan yang mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif, antara lain dengan mendorong terjaminnya kontinuitas pasokan gas dengan harga yang kompetitif, penguasaan teknologi dan fabrikasi, serta meningkatkan promosi.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa mengatakan bahwa penyelenggaraan” Keramika2015” mampu menjadi jendela bagi industri keramik Indonesia untuk menginformasikan dan mempromosikan produk-produk terbaiknya kepada pasar lokal dan internasional.
”Kalau sekarang produk keramik Indonesia masih dipandang sebelah mata, kemungkinan ke depan bisa disegani, khususnya secara regional. Tidak hanya dari segi permesinannya, namun juga sumber daya manusianya,” ujar Elisa. Pameran ”Keramika 2015” diikuti 61 peserta, di mana 57% di antaranya adalah pelaku usaha dari luar negeri. Menperin menilai, pameran tersebut cukup penting dan strategis karena dapat mempromosikan keramik Indonesia di tingkat nasional dan internasional.
Keramika juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pertukaran informasi dan transaksi bisnis antara pengusaha dan pengguna produk keramik. ” K i t a harapkan, penyelenggaraan pameran ini m a m p u membawa industri keramik Indonesia bersaing di pasar global dengan produknya yang berkualitas dan inovatif,” katanya.
okti endarwati/ant
(ars)