Kuntoro Apresiasi Percepatan Pembangkit Listrik 35.000 MW
A
A
A
JAKARTA - Langkah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengelola sektor ESDM diapresiasi pendahulunya, Kuntoro Mangkusubroto khususnya dalam percepatan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW).
Mantan Ketua UKP4 Era Susilo Bambang Yudhoyoni (SBY) ini mengatakan, banyak perubahan yang perlu diapresiasi dari Sudirman. "Langkah beliau (Sudirman) yang perlu di apresiasi bukan hanya saya tapi juga kelompok industri yaitu percepatan pembangkit-pembangkit listrik," katanya usai bertemu dengan Sudirman di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Hal tersebut dapat dilihat dari kecepatan Menteri ESDM dalam menyiapkan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Tidak hanya itu, bagi produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) yang sudah memiliki fasilitas tanah diberikan kemudahan.
"IPP yang sudah berhasil, dapat melakukan repeat ordernya sendiri. Saya rasa ini terobosan luar biasa. Ditunggu oleh industri," jelas dia.
Berdasarkan data Kementerian ESDM dalam jangka waktu lima tahun ke depan pemerintah akan membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 42.968 MW. Selain proyek 35.000 MW sisanya berasal dari proyek kelistrikan yang dicanangkan pemerintahan sebelumnya.
Sementara, proyek pemerintah saat ini yakni pembangunan pembangkit listrik 35.000 mw diserahkan kepada PLN dan IPP dengan rincian porsi IPP 25.000 MW dan PLN 10.000 MW.
Sebagian besar pembangkit akan dibangun di Pulau Sumatera sebanyak 118 pembangkit dengan total kapasitas 11,34 Gigawatt (gw). Sebanyak 69 pembangkit listrik di antaranya lahan yang dibutuhkan sudah siap.
Dibagian lain menyebutkan hingga akhir 2014, total kapasitas terpasang pembangkit 53.585 mw sebesar 37.280 MW atau 70% berasal dari kontribusi PLN, 10.995 MW atau 20% dari IPP, dan sisanya Public Private Utility (PPU) sebesar 2.634 MW (5%) serta Izin Operasi Non BBM (IO) sebesar 2.677 MW (5%).
Untuk konsumsi energi rata-rata 199 TWh, sedangkan produksi tenaga listriknya sebesar 228 TWh (hanya PLN dan IPP). Rasio elektrifikasi nasional tercatat sebesar 84,35%.
Pemakaian listrik golongan terbesar untuk golongan rumah tangga yaitu sebesar 43%, disusul industri sebesar 33%, bisnis 18% dan terakhir 6% publik.
Hingga awal Maret 2015, total sistem kelistrikan di Indonesia terdapat 22 sistem, dengan perincian, enam dalam kondisi normal (cadangan >20 persen), 11 siaga (cadangan <1 unit terbesar) dan 5 defisit (pemadaman sebagian).
Selain itu, bauran energi mix untuk pengadaan tenaga listrik adalah batu bara 52%, gas 24%, bahan bakar minyak (BBM) 11,7%, air 6,4%, panas bumi 4,4% dan energi lainnya sebesar 0,4%.
Mantan Ketua UKP4 Era Susilo Bambang Yudhoyoni (SBY) ini mengatakan, banyak perubahan yang perlu diapresiasi dari Sudirman. "Langkah beliau (Sudirman) yang perlu di apresiasi bukan hanya saya tapi juga kelompok industri yaitu percepatan pembangkit-pembangkit listrik," katanya usai bertemu dengan Sudirman di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/3/2015).
Hal tersebut dapat dilihat dari kecepatan Menteri ESDM dalam menyiapkan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Tidak hanya itu, bagi produsen listrik swasta (independent power producer/IPP) yang sudah memiliki fasilitas tanah diberikan kemudahan.
"IPP yang sudah berhasil, dapat melakukan repeat ordernya sendiri. Saya rasa ini terobosan luar biasa. Ditunggu oleh industri," jelas dia.
Berdasarkan data Kementerian ESDM dalam jangka waktu lima tahun ke depan pemerintah akan membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 42.968 MW. Selain proyek 35.000 MW sisanya berasal dari proyek kelistrikan yang dicanangkan pemerintahan sebelumnya.
Sementara, proyek pemerintah saat ini yakni pembangunan pembangkit listrik 35.000 mw diserahkan kepada PLN dan IPP dengan rincian porsi IPP 25.000 MW dan PLN 10.000 MW.
Sebagian besar pembangkit akan dibangun di Pulau Sumatera sebanyak 118 pembangkit dengan total kapasitas 11,34 Gigawatt (gw). Sebanyak 69 pembangkit listrik di antaranya lahan yang dibutuhkan sudah siap.
Dibagian lain menyebutkan hingga akhir 2014, total kapasitas terpasang pembangkit 53.585 mw sebesar 37.280 MW atau 70% berasal dari kontribusi PLN, 10.995 MW atau 20% dari IPP, dan sisanya Public Private Utility (PPU) sebesar 2.634 MW (5%) serta Izin Operasi Non BBM (IO) sebesar 2.677 MW (5%).
Untuk konsumsi energi rata-rata 199 TWh, sedangkan produksi tenaga listriknya sebesar 228 TWh (hanya PLN dan IPP). Rasio elektrifikasi nasional tercatat sebesar 84,35%.
Pemakaian listrik golongan terbesar untuk golongan rumah tangga yaitu sebesar 43%, disusul industri sebesar 33%, bisnis 18% dan terakhir 6% publik.
Hingga awal Maret 2015, total sistem kelistrikan di Indonesia terdapat 22 sistem, dengan perincian, enam dalam kondisi normal (cadangan >20 persen), 11 siaga (cadangan <1 unit terbesar) dan 5 defisit (pemadaman sebagian).
Selain itu, bauran energi mix untuk pengadaan tenaga listrik adalah batu bara 52%, gas 24%, bahan bakar minyak (BBM) 11,7%, air 6,4%, panas bumi 4,4% dan energi lainnya sebesar 0,4%.
(izz)