BTPN Targetkan 24.000 Agen Laku Pandai
A
A
A
DELI SERDANG - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) membidik 24.000 agen BTPN Wow untuk program layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) hingga akhir 2015.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan penetrasi perbankan ke masyarakat kelas menengah bawah. ”Program Laku Pandai merupakan konsep revolusioner yang akan mengubah perilaku masyarakat Indonesia dalam mengakses perbankan,” ujar Wakil Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana seusai peluncuran Laku Pandai di Deli Serdang, Sumatera Utara, kemarin.
Dia menjelaskan, BTPN Wow merupakan layanan perbankan yang praktis dan terjangkau, dengan memanfaatkan teknologi telepon genggam dan didukung jasa agen sebagai perpanjangan tangan BTPN. Dengan hadirnya BTPN Wow, lanjut dia, masyarakat bisa menikmati berbagai layanan perbankan seperti pembukaan rekening, tarik dan setor uang melalui agen bank dengan biaya yang sangat murah, transfer dana, serta melakukan pembayaran atau pembelian.
Ongki memaparkan, teknologi yang digunakan juga disesuaikan dengan target nasabah, yaitu menggunakan USSD atau unstructured supplementary services data. Teknologi ini memungkinkan segala jenis ponsel GSM (tidak harus smartphone ) dapat digunakan bertransaksi, bahkan dengan sinyal minimum. ”Saat ini BTPN bekerja sama dengan tiga operator seluler terbesar di Indonesia, yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL,” ungkapnya.
Pada kesempatan sama Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, program Laku Pandai diharapkan bisa menambah jumlah nasabah perbankan sebanyak 20-30 juta orang dalam waktu dua hingga tiga tahun. Saat ini sudah ada lima bank yang siap menyukseskan program layanan keuangan tanpa kantor ini. ”Ada 17 bank yang nantinya siap bergabung. Saya optimistis target penambahan 20 juta sampai 30 juta nasabah bisa tercapai,” katanya.
Menurut Muliaman, program ini akan menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya di daerah. OJK pun memerlukan dukungan pemerintah daerah mulai dari tingkat satu hingga kabupaten atau kota. Adapun, peran agen menduduki posisi yang penting sebagai perpanjang tangan perbankan kepada nasabah di seluruh pelosok Indonesia.
Muliaman menegaskan, agen menambah titik transaksi perbankan (point of sales ) bagi nasabah namun sebaliknya akan menurunkan beban operasional bank karena tidak perlu membangun infrastruktur berupa kantor cabang. ”Di sini agen memegang peranan penting untuk memberikan layanan langsung kepada nasabah. Agen nantinya dapat ditemui seperti agen penjualan pulsa yang jangkauannya lebih menyebar luas hingga daerah terpencil,” tambahnya.
Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan Nelson Tampubolon menambahkan, program awal Laku Pandai ini memprioritaskan tabungan dan secara bertahap dapat menyalurkan kredit, terutama kredit mikro. Dia mengungkapkan, dana masyarakat yang belum tersimpan di perbankan ada sekitar Rp200 triliun. Bila separuh dari dana tersebut terserap, tentu dapat meningkatkan jumlah dana simpanan perbankan.
Nelson mengatakan, dana yang dikelola dari program laku pandai diharapkan bisa disalurkan dalam bentuk kredit di daerah setempat. ”Selama ini dana tersebut masih tersimpan di rumah-rumah sehingga kurang maksimal untuk menopang perekonomian,” ujarnya.
Hatim varabi
Program ini diharapkan dapat meningkatkan penetrasi perbankan ke masyarakat kelas menengah bawah. ”Program Laku Pandai merupakan konsep revolusioner yang akan mengubah perilaku masyarakat Indonesia dalam mengakses perbankan,” ujar Wakil Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana seusai peluncuran Laku Pandai di Deli Serdang, Sumatera Utara, kemarin.
Dia menjelaskan, BTPN Wow merupakan layanan perbankan yang praktis dan terjangkau, dengan memanfaatkan teknologi telepon genggam dan didukung jasa agen sebagai perpanjangan tangan BTPN. Dengan hadirnya BTPN Wow, lanjut dia, masyarakat bisa menikmati berbagai layanan perbankan seperti pembukaan rekening, tarik dan setor uang melalui agen bank dengan biaya yang sangat murah, transfer dana, serta melakukan pembayaran atau pembelian.
Ongki memaparkan, teknologi yang digunakan juga disesuaikan dengan target nasabah, yaitu menggunakan USSD atau unstructured supplementary services data. Teknologi ini memungkinkan segala jenis ponsel GSM (tidak harus smartphone ) dapat digunakan bertransaksi, bahkan dengan sinyal minimum. ”Saat ini BTPN bekerja sama dengan tiga operator seluler terbesar di Indonesia, yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL,” ungkapnya.
Pada kesempatan sama Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, program Laku Pandai diharapkan bisa menambah jumlah nasabah perbankan sebanyak 20-30 juta orang dalam waktu dua hingga tiga tahun. Saat ini sudah ada lima bank yang siap menyukseskan program layanan keuangan tanpa kantor ini. ”Ada 17 bank yang nantinya siap bergabung. Saya optimistis target penambahan 20 juta sampai 30 juta nasabah bisa tercapai,” katanya.
Menurut Muliaman, program ini akan menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya di daerah. OJK pun memerlukan dukungan pemerintah daerah mulai dari tingkat satu hingga kabupaten atau kota. Adapun, peran agen menduduki posisi yang penting sebagai perpanjang tangan perbankan kepada nasabah di seluruh pelosok Indonesia.
Muliaman menegaskan, agen menambah titik transaksi perbankan (point of sales ) bagi nasabah namun sebaliknya akan menurunkan beban operasional bank karena tidak perlu membangun infrastruktur berupa kantor cabang. ”Di sini agen memegang peranan penting untuk memberikan layanan langsung kepada nasabah. Agen nantinya dapat ditemui seperti agen penjualan pulsa yang jangkauannya lebih menyebar luas hingga daerah terpencil,” tambahnya.
Dewan Komisioner OJK Bidang Perbankan Nelson Tampubolon menambahkan, program awal Laku Pandai ini memprioritaskan tabungan dan secara bertahap dapat menyalurkan kredit, terutama kredit mikro. Dia mengungkapkan, dana masyarakat yang belum tersimpan di perbankan ada sekitar Rp200 triliun. Bila separuh dari dana tersebut terserap, tentu dapat meningkatkan jumlah dana simpanan perbankan.
Nelson mengatakan, dana yang dikelola dari program laku pandai diharapkan bisa disalurkan dalam bentuk kredit di daerah setempat. ”Selama ini dana tersebut masih tersimpan di rumah-rumah sehingga kurang maksimal untuk menopang perekonomian,” ujarnya.
Hatim varabi
(ftr)