Material Murah dan Mudah Didapat
A
A
A
Banyaknya jenis material pembentuk dinding yang bermunculan tidak membuat bata merah tergoyahkan. Sejumlah keunggulan dimiliki batu bata walau ada juga beberapa kelemahannya. Apa saja?
Meskipun dewasa ini terdapat banyak material alternatif beredar di pasar bahan bangunan, bata merah tetap menjadi primadona.
Masih banyak pemilik rumah, arsitek, dan kontraktor yang menggunakan bata merah sebagai bahan utama dinding rumah. Misalnya saja Bambang, kontraktor yang membangun banyak rumah di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Dia masih menggunakan bata merah karena material ini lebih mudah didapatkan dan bisa diaplikasikan oleh semua tukang. Jika Anda kebetulan melewati jalan tol Cikarang, Anda akan melihat banyak rumah rendah beratap genting. Itulah Lio, tempat pembuatan bata merah.
Ya, dahulu bata merah hanya diproduksi oleh industri rumahan, terbuat dari tanah liat yang berwarna merah. Setelah batu bata dimasukkan ke dalam cetakan secara manual, kemudian dibakar di dalam tungku sederhana dengan suhu tinggi sehingga berwarna kemerahan. Lalu batu bata dijemur di bawah terik matahari.
Karena dilakukan manual, ukurannya tidak persis sama. Hasil pembakarannya pun tidak merata. Ukurannya standar, yakni panjang 17 cm, lebar 10 cm, dan tebal 3 cm. “Sekarang sudah banyak batu bata merah yang dibuat secara pabrikan. Bata merah jenis ini dicetak dengan menggunakan mesin sehingga ukurannya presisi dengan sisi-sisi dan tepi yang rapi. Pembakarannya dilakukan dengan menggunakan oven sehingga hasilnya merata,” kata arsitek Rizky Artando.
Dari segi kekuatan, bata pabrikan tidak berbeda dengan bata rumahan, namun lebih presisi sehingga hasil akhirnya lebih rapi. Ukurannya juga lebih besar, yakni panjang 24 cm, lebar 10 cm, dan tebal 5 cm sehingga proses pemasangannya lebih cepat. “Bata merah memiliki banyak kelebihan, di antaranya bahannya yang tidak menyerap panas sehingga tidak membuat suhu di dalam rumah menjadi panas. Dibandingkan beton, tanah liat sebagai bahan utama bata merah memiliki penyerapan panas yang lebih sedikit. Itu sebabnya bata merah cocok digunakan untuk rumah tropis,” lanjut Rizky.
Ukuran bata merah yang kecil jika dibandingkan dengan beton memang memperlama waktu pengerjaan dan memperbanyak penggunaan adukan semen. Namun, menurut Bambang, ukuran kecil ini memberikan kemudahan ketika harus membentuk bidang yang tidak terlampau besar. Berbeda dengan bata beton ataupun bata ringan, bata merah dapat dipasang dengan adukan semen biasa (semen ditambah pasir dan air). Satu lagi kelebihan bahan material ini, yaitu keekonomisan harganya.
Saat ini bata merah dihargai sekitar Rp500 sampai Rp600 per buah. Tidak hanya memiliki banyak keuntungan, bata merah juga mempunyai banyak kekurangan. Salah satunya sulit untuk membuat pemasangan bata yang rapi, terutama jika menggunakan bata merah buatan rumahan, cenderung boros dalam penggunaan material perekatnya. Kualitas yang kurang dan ukuran yang tidak sama antara satu bata dengan bata lain membuat sisa bata yang terbuang lebih banyak ketimbang bahan lain.
“Untuk dinding seluas 1 meter persegi, bila menggunakan bata berukuran 24 cm x 17 cm x 5 cm, kira-kira membutuhkan 56 buah bata merah utuh dan 14 buah bata merah berukuran setengah bata merah. Jadi total yang dibutuhkan sekitar 63 buah bata merah dan hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp37.800,” tutur Bambang.
Aprilia s andyna
Meskipun dewasa ini terdapat banyak material alternatif beredar di pasar bahan bangunan, bata merah tetap menjadi primadona.
Masih banyak pemilik rumah, arsitek, dan kontraktor yang menggunakan bata merah sebagai bahan utama dinding rumah. Misalnya saja Bambang, kontraktor yang membangun banyak rumah di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Dia masih menggunakan bata merah karena material ini lebih mudah didapatkan dan bisa diaplikasikan oleh semua tukang. Jika Anda kebetulan melewati jalan tol Cikarang, Anda akan melihat banyak rumah rendah beratap genting. Itulah Lio, tempat pembuatan bata merah.
Ya, dahulu bata merah hanya diproduksi oleh industri rumahan, terbuat dari tanah liat yang berwarna merah. Setelah batu bata dimasukkan ke dalam cetakan secara manual, kemudian dibakar di dalam tungku sederhana dengan suhu tinggi sehingga berwarna kemerahan. Lalu batu bata dijemur di bawah terik matahari.
Karena dilakukan manual, ukurannya tidak persis sama. Hasil pembakarannya pun tidak merata. Ukurannya standar, yakni panjang 17 cm, lebar 10 cm, dan tebal 3 cm. “Sekarang sudah banyak batu bata merah yang dibuat secara pabrikan. Bata merah jenis ini dicetak dengan menggunakan mesin sehingga ukurannya presisi dengan sisi-sisi dan tepi yang rapi. Pembakarannya dilakukan dengan menggunakan oven sehingga hasilnya merata,” kata arsitek Rizky Artando.
Dari segi kekuatan, bata pabrikan tidak berbeda dengan bata rumahan, namun lebih presisi sehingga hasil akhirnya lebih rapi. Ukurannya juga lebih besar, yakni panjang 24 cm, lebar 10 cm, dan tebal 5 cm sehingga proses pemasangannya lebih cepat. “Bata merah memiliki banyak kelebihan, di antaranya bahannya yang tidak menyerap panas sehingga tidak membuat suhu di dalam rumah menjadi panas. Dibandingkan beton, tanah liat sebagai bahan utama bata merah memiliki penyerapan panas yang lebih sedikit. Itu sebabnya bata merah cocok digunakan untuk rumah tropis,” lanjut Rizky.
Ukuran bata merah yang kecil jika dibandingkan dengan beton memang memperlama waktu pengerjaan dan memperbanyak penggunaan adukan semen. Namun, menurut Bambang, ukuran kecil ini memberikan kemudahan ketika harus membentuk bidang yang tidak terlampau besar. Berbeda dengan bata beton ataupun bata ringan, bata merah dapat dipasang dengan adukan semen biasa (semen ditambah pasir dan air). Satu lagi kelebihan bahan material ini, yaitu keekonomisan harganya.
Saat ini bata merah dihargai sekitar Rp500 sampai Rp600 per buah. Tidak hanya memiliki banyak keuntungan, bata merah juga mempunyai banyak kekurangan. Salah satunya sulit untuk membuat pemasangan bata yang rapi, terutama jika menggunakan bata merah buatan rumahan, cenderung boros dalam penggunaan material perekatnya. Kualitas yang kurang dan ukuran yang tidak sama antara satu bata dengan bata lain membuat sisa bata yang terbuang lebih banyak ketimbang bahan lain.
“Untuk dinding seluas 1 meter persegi, bila menggunakan bata berukuran 24 cm x 17 cm x 5 cm, kira-kira membutuhkan 56 buah bata merah utuh dan 14 buah bata merah berukuran setengah bata merah. Jadi total yang dibutuhkan sekitar 63 buah bata merah dan hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp37.800,” tutur Bambang.
Aprilia s andyna
(ars)