Surplus Transaksi Berjalan Jepang Meningkat
A
A
A
TOKYO - Surplus transaksi berjalan Jepang naik lebih dari dua kali lipat year on year (yoy) pada Februari karena turunnya harga minyak membantu mengurangi defisit perdagangan.
Yen yang melemah juga meningkatkan penarikan kembali investasi asing ke Jepang. ”Jepang membukukan surplus USD12 miliar, naik 140,5% dari tahun sebelumnya,” ungkap pernyataan Kementerian Keuangan Jepang, dikutip kantor berita AFP . Dengan demikian, Jepang membukukan surplus selama delapan bulan berturut-turut. Transaksi berjalan menjadi alat ukur utama perdagangan negara itu dengan semua negara lain.
Transaksi berjalan tidak hanya mengukur perdagangan barang, tapi juga jasa, pariwisata, dan kembalinya investasi asing. Pada Februari defisit Jepang pada perdagangan barang turun 75% karena kuatnya ekspor dan turunnya tagihan impor minyak. Surplus di sektor pendapatan utama, termasuk perolehan dari saham dan investasi langsung lainnya, serta dari investasi keuangan, tumbuh 27,5%.
Peningkatan ini didorong melemahnya yen karena kebijakan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe yang meningkatkan belanja dan kebijakan dana murah oleh Bank Sentral Jepang. ”Surplus transaksi berjalan Jepang harus tetap stabil saat naiknya tagihan impor minyak ditutupi oleh peningkatan pendapatan investasi,” ujar Marcel Thieliant, ekonom Jepang di Capital Economics.
”Faktanya, penguatan kembali harga minyak mentah sejak awal tahun akan memperlebar defisit perdagangan dalam beberapa bulan mendatang.” ”Meski demikian, kami juga memperkirakan nilai tukar yen akan terus melemah dalam beberapa bulan mendatang. Ini harus menambah pendapatan investasi dan menutupi meningkatnya defisit perdagangan,” tulis Thieliant. Sebelumnya dilaporkan, output manufaktur Jepang turun 3,5% pada Februari.
Penurunan ini lebih buruk dibandingkan proyeksi analis yakni kurang dari 2%. Data terbaru itu menambah suram gambaran kondisi ekonomi Jepang saat negara itu harus bekerja keras menghadapi dampak kenaikan pajak penjualan tahun lalu. Penurunan ini juga kebalikan dari kenaikan 3,7% pada Januari.
Data ini dirilis beberapa hari setelah data terpisah menunjukkan inflasi terhenti bulan lalu dengan ukuran utama harga yang tetap untuk pertama kali dalam hampir dua tahun. Perkembangan ini juga menjadi pukulan bagi upaya Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe untuk mengatasi deflasi dan memulihkan pertumbuhan ekonomi.
”Data hari ini mengonfirmasi bahwa ekonomi melemah pada kuartal I/2015. Kami tetap pada proyeksi kami bahwa produk domestik bruto (PDB) Jepang akan datar tahun ini dibandingkan pertumbuhan 1,0% seperti proyeksi analis,” ungkap Marcel Thieliant dari Capital Economics dalam catatan setelah data produksi industri itu diumumkan, dikutip kantor berita AFP.
Terkait data output pabrik tersebut, Kementerian Industri Jepang tetap memiliki pendapat yang sama.
Syarifudin
Yen yang melemah juga meningkatkan penarikan kembali investasi asing ke Jepang. ”Jepang membukukan surplus USD12 miliar, naik 140,5% dari tahun sebelumnya,” ungkap pernyataan Kementerian Keuangan Jepang, dikutip kantor berita AFP . Dengan demikian, Jepang membukukan surplus selama delapan bulan berturut-turut. Transaksi berjalan menjadi alat ukur utama perdagangan negara itu dengan semua negara lain.
Transaksi berjalan tidak hanya mengukur perdagangan barang, tapi juga jasa, pariwisata, dan kembalinya investasi asing. Pada Februari defisit Jepang pada perdagangan barang turun 75% karena kuatnya ekspor dan turunnya tagihan impor minyak. Surplus di sektor pendapatan utama, termasuk perolehan dari saham dan investasi langsung lainnya, serta dari investasi keuangan, tumbuh 27,5%.
Peningkatan ini didorong melemahnya yen karena kebijakan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe yang meningkatkan belanja dan kebijakan dana murah oleh Bank Sentral Jepang. ”Surplus transaksi berjalan Jepang harus tetap stabil saat naiknya tagihan impor minyak ditutupi oleh peningkatan pendapatan investasi,” ujar Marcel Thieliant, ekonom Jepang di Capital Economics.
”Faktanya, penguatan kembali harga minyak mentah sejak awal tahun akan memperlebar defisit perdagangan dalam beberapa bulan mendatang.” ”Meski demikian, kami juga memperkirakan nilai tukar yen akan terus melemah dalam beberapa bulan mendatang. Ini harus menambah pendapatan investasi dan menutupi meningkatnya defisit perdagangan,” tulis Thieliant. Sebelumnya dilaporkan, output manufaktur Jepang turun 3,5% pada Februari.
Penurunan ini lebih buruk dibandingkan proyeksi analis yakni kurang dari 2%. Data terbaru itu menambah suram gambaran kondisi ekonomi Jepang saat negara itu harus bekerja keras menghadapi dampak kenaikan pajak penjualan tahun lalu. Penurunan ini juga kebalikan dari kenaikan 3,7% pada Januari.
Data ini dirilis beberapa hari setelah data terpisah menunjukkan inflasi terhenti bulan lalu dengan ukuran utama harga yang tetap untuk pertama kali dalam hampir dua tahun. Perkembangan ini juga menjadi pukulan bagi upaya Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe untuk mengatasi deflasi dan memulihkan pertumbuhan ekonomi.
”Data hari ini mengonfirmasi bahwa ekonomi melemah pada kuartal I/2015. Kami tetap pada proyeksi kami bahwa produk domestik bruto (PDB) Jepang akan datar tahun ini dibandingkan pertumbuhan 1,0% seperti proyeksi analis,” ungkap Marcel Thieliant dari Capital Economics dalam catatan setelah data produksi industri itu diumumkan, dikutip kantor berita AFP.
Terkait data output pabrik tersebut, Kementerian Industri Jepang tetap memiliki pendapat yang sama.
Syarifudin
(ars)