Minat Investasi Jepang Masih Tinggi
A
A
A
JAKARTA - Indonesia masih menjadi magnet bagi pelaku usaha global untuk memutarkan modalnya. Hal ini terlihat dari kunjungan sejumlah pengusaha asal Negeri Sakura yang tergabung dalam Keidanren ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kemarin.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, kunjungan para pengusaha Jepang tersebut bertujuan untuk menjaga hubungan baik sekaligus membangun kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan dalam hubungan bisnis kedua negara.
Sebelumnya Pemerintah Indonesia telah beberapa kali berinisiatif menggelar pertemuan serupa dengan kelompok investor Jepang. Secara umum, kata Saleh, pemerintah meminta para pengusaha Jepang agar terus meningkatkan investasinya di dalam negeri. Pemerintah berharap, kerja sama antara perusahaan Jepang dengan perusahaan-perusahaan lokal akan mendorong perkembangan industri nasional.
”Kedatangan mereka ke sini menandakan bahwa mereka siap untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. Kita juga tahu bahwa dalam beberapa bulan terakhir ini investasi yang masuk ke Indonesia itu cukup banyak, terutama dari Jepang,” ujar Saleh di Jakarta, kemarin. Belakangan ini, kata dia, investasi Jepang yang masuk paling banyak di sektor automotif. Dalam rangka memperkuat struktur industri automotif di dalam negeri, Saleh juga berharap agar investor Jepang berminat mengembangkan industri baja hilir di dalam negeri.
Di samping itu, investor Jepang juga diminta agar terus meningkatkan kemitraan dengan investor lokal dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk kebutuhan ekspor. Pada kesempatan tersebut Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Imam Haryono mengatakan bahwa pihaknya juga kembali menawarkan agar investor Jepang berinvestasi di luar Pulau Jawa. Itu sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan industri hilir dan bernilai tambah yang akan lebih difokuskan di luar Jawa. Adapun, sekitar 96% total investasi Jepang saat ini berada di Pulau Jawa.
”Kita tawarkan supaya mereka investasi di luar Jawa. Minatnya semakin meningkat, salahsatunya Toshiba,” kataImam. Sebelumnya di acara Indonesia Business Forum, di hadapan 1.200 pengusaha Jepang di Tokyo, Presiden Joko Widodo juga telah menjabarkan arah kebijakan industri dan investasi tersebut. Pemerintah merencanakan pembangunan 15 kawasan industri hingga tahun 2019, di mana 13 kawasan di antaranya di luar Jawa, untuk industri pengolahan sumber daya alam.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai, kunjungan Kaidanren menunjukkan bahwa Jepang masih menganggap Indonesia sebagai pilihan utama untuk investasi. Untuk itu, kata dia, pemerintah perlu menyiapkan dukungan berupa fasilitas agar para investor potensial itu tidak lari ke negara lain.
Kehadiran para investor Jepang itu, kata Suryo, akan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak di sektor manufaktur. Dia juga menilai kehadiran investor Jepang ikut mempercepat transfer teknologi. ”Ini akan memberikan manfaat kepada peningkatan kemampuan kualitas sumber daya manusia kita,” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut hadir 19 anggota delegasi Keidaren yang terdiri dari para pelaku berbagai sektor industri, antara lain industri berbasis kimia, automotif, makanan dan minuman, baja, elektronik, jasa asuransi, penerbangan, dan general trading. Pada pertemuan itu para pengusaha Jepang memang meminta agar investasinya didukung dengan infrastruktur yang memadai dan kemudahan perizinan.
Sebagai informasi, Keidanren merupakan asosiasi bisnis paling berpengaruh di Jepang yang sering dilibatkan oleh pemerintah negara itu dalam perumusan kebijakan ekonominya. Berbeda dengan Kadin Jepang yang terbuka bagi seluruh sektor usaha, keanggotaan Keidanren bersifat eksklusif dan khusus bagi perusahaanperusahaan besar dan asosiasi industri. Saat ini keanggotaan Keidanren mencakup 1.309 perusahaan multinasional asal Jepang, 112 asosiasi industri nasional, dan 47 organisasi ekonomi regional.
Sepanjang 2010-2014 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi Jepang ke Indonesia mencapai USD12,1 miliar dan menyerap lebih dari 424.000 tenaga kerja. Investasi tersebut terdiri dari USD6,3 miliar di sektor automotif, USD2,01 miliar di industri baja, USD798 juta di industri kimia, USD481 juta di industri tekstil, dan industri makanan senilai USD444 juta.
Oktiani endarwati
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, kunjungan para pengusaha Jepang tersebut bertujuan untuk menjaga hubungan baik sekaligus membangun kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan dalam hubungan bisnis kedua negara.
Sebelumnya Pemerintah Indonesia telah beberapa kali berinisiatif menggelar pertemuan serupa dengan kelompok investor Jepang. Secara umum, kata Saleh, pemerintah meminta para pengusaha Jepang agar terus meningkatkan investasinya di dalam negeri. Pemerintah berharap, kerja sama antara perusahaan Jepang dengan perusahaan-perusahaan lokal akan mendorong perkembangan industri nasional.
”Kedatangan mereka ke sini menandakan bahwa mereka siap untuk meningkatkan investasinya di Indonesia. Kita juga tahu bahwa dalam beberapa bulan terakhir ini investasi yang masuk ke Indonesia itu cukup banyak, terutama dari Jepang,” ujar Saleh di Jakarta, kemarin. Belakangan ini, kata dia, investasi Jepang yang masuk paling banyak di sektor automotif. Dalam rangka memperkuat struktur industri automotif di dalam negeri, Saleh juga berharap agar investor Jepang berminat mengembangkan industri baja hilir di dalam negeri.
Di samping itu, investor Jepang juga diminta agar terus meningkatkan kemitraan dengan investor lokal dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk kebutuhan ekspor. Pada kesempatan tersebut Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin Imam Haryono mengatakan bahwa pihaknya juga kembali menawarkan agar investor Jepang berinvestasi di luar Pulau Jawa. Itu sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan industri hilir dan bernilai tambah yang akan lebih difokuskan di luar Jawa. Adapun, sekitar 96% total investasi Jepang saat ini berada di Pulau Jawa.
”Kita tawarkan supaya mereka investasi di luar Jawa. Minatnya semakin meningkat, salahsatunya Toshiba,” kataImam. Sebelumnya di acara Indonesia Business Forum, di hadapan 1.200 pengusaha Jepang di Tokyo, Presiden Joko Widodo juga telah menjabarkan arah kebijakan industri dan investasi tersebut. Pemerintah merencanakan pembangunan 15 kawasan industri hingga tahun 2019, di mana 13 kawasan di antaranya di luar Jawa, untuk industri pengolahan sumber daya alam.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai, kunjungan Kaidanren menunjukkan bahwa Jepang masih menganggap Indonesia sebagai pilihan utama untuk investasi. Untuk itu, kata dia, pemerintah perlu menyiapkan dukungan berupa fasilitas agar para investor potensial itu tidak lari ke negara lain.
Kehadiran para investor Jepang itu, kata Suryo, akan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak di sektor manufaktur. Dia juga menilai kehadiran investor Jepang ikut mempercepat transfer teknologi. ”Ini akan memberikan manfaat kepada peningkatan kemampuan kualitas sumber daya manusia kita,” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut hadir 19 anggota delegasi Keidaren yang terdiri dari para pelaku berbagai sektor industri, antara lain industri berbasis kimia, automotif, makanan dan minuman, baja, elektronik, jasa asuransi, penerbangan, dan general trading. Pada pertemuan itu para pengusaha Jepang memang meminta agar investasinya didukung dengan infrastruktur yang memadai dan kemudahan perizinan.
Sebagai informasi, Keidanren merupakan asosiasi bisnis paling berpengaruh di Jepang yang sering dilibatkan oleh pemerintah negara itu dalam perumusan kebijakan ekonominya. Berbeda dengan Kadin Jepang yang terbuka bagi seluruh sektor usaha, keanggotaan Keidanren bersifat eksklusif dan khusus bagi perusahaanperusahaan besar dan asosiasi industri. Saat ini keanggotaan Keidanren mencakup 1.309 perusahaan multinasional asal Jepang, 112 asosiasi industri nasional, dan 47 organisasi ekonomi regional.
Sepanjang 2010-2014 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi Jepang ke Indonesia mencapai USD12,1 miliar dan menyerap lebih dari 424.000 tenaga kerja. Investasi tersebut terdiri dari USD6,3 miliar di sektor automotif, USD2,01 miliar di industri baja, USD798 juta di industri kimia, USD481 juta di industri tekstil, dan industri makanan senilai USD444 juta.
Oktiani endarwati
(ars)