Bos Dilmah Membangun Bisnis Berbasis Kemanusiaan

Sabtu, 11 April 2015 - 10:52 WIB
Bos Dilmah Membangun Bisnis Berbasis Kemanusiaan
Bos Dilmah Membangun Bisnis Berbasis Kemanusiaan
A A A
BAGI pencinta teh, nama Dilmah mungkin tidak asing lagi. Apalagi bagi para pelancong yang kerap tinggal di hotel-hotel berbintang, Dilmah kerap disajikan menemani waktu bersantai.

Dalam kesempatan wawancara bersama dengan KORAN SINDO, Founder & Chairman Dilmah Merrill J Fernando berbagi cerita soal seluk beluk industri teh di negaranya. Fernando juga mengulas bagaimana cara Dilmah memanfaatkan komoditas teh lokal yang khas menjadi lebih bernilai dan berkontribusi bagi masyarakat.

Fernando, sapaan akrab Merrill J Fernando, sejak awal bertekad menjadikan Dilmah sebagai perusahaan berbasis kemanusiaan.

Untuk cita-citanya itu, dia berkomitmen menyisihkan hasil pendapatan perusahaan untuk dikontribusikan bagi kegiatan sosial. Maka, sejak 2003 silam Fernando rutin mendonasikan hartanya melalui MJF Charitable Foundation.

Dia mengakui, yayasan amal MJF merupakan wujud dari mimpinya sejak awal mendirikan usaha Dilmah. ”Sejak awal saya berjanji, jika pendapatan perusahaan ini akan saya bagi ke komunitas dan orang miskin,” ujarnya.

Setelah setahun yayasan tersebut berdiri, secara kebetulan Sri Lanka dilanda tsunami hebat yang menghancurkan sebagian wilayah. Tsunami itu berbarengan dengan yang terjadi di Aceh, Thailand, dan beberapa negara Asia lainnya. Dari situ, yayasan tersebut berkembang menjadi sebuah organisasi amal. Dari peristiwa tsunami menciptakan situasi yang menuntut perhatian cukup besar.

"Fokus dari yayasan ini jangka panjang. Keberlanjutan yayasan memberdayakan individu, keluarga dan seluruh masyarakat untuk membantu diri mereka sendiri,” ujarnya.

Inisiatif yang dilakukan melalui yayasan tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk layanan medis, dan pendidikan yang bertujuan mengangkat komunitas perkebunan, program pengusaha kecil yang mencetak individu untuk membuka usaha sendiri.

Selain itu, Dilmah memberikan perhatian kepada kaum perempuan dengan memberdayakan mereka yang berasal dari keluarga kurang beruntung.

Menurut pria yang menyukai musik klasik ini, yayasan MJF berfungsi mewujudkan filosofi, bahwa ‘Bisnis adalah Soal Pelayanan Manusia’. Hal ini juga sebagai penghargaan dan simbol apresiasi kepada jutaan konsumen Dilmah Tea di seluruh dunia yang merupakan pemangku kepentingan dari yayasan MJF.

Sebagai informasi, hingga tahun 2014, yayasan ini telah memberikan bantuan ke 100.000 lebih masyarakat Sri Lanka yang kurang mampu. ”Kekayaan yang kita dapatkan merupakan utang dari upaya dan kerja sama dengan banyak orang lain di sekitar kita. Oleh karena itu, mari berbagi kekayaan itu, selama kita masih ada sehingga niat baik dan kepuasan yang dicapai dapat membuat dunia kita menjadi tempat untuk membahagiakan orang lain,” ujarnya.

Bisnis jangka panjang Dilmah juga diwujudkan dalam berbagai pola pengelolaan perusahaan mulai dari perhatian terhadap konservasi, sistem daur ulang sampah, hingga pendirian pusat riset pertanian.

Berikut petikan wawancara dengan Fernando;

Bagaimana upaya Anda mengembangkan industri teh melalui Dilmah?


Kami telah membentuk dan menciptakan revolusi dalam industri teh. Industri teh di dunia ini dimulai sejak zaman penjajahan. Sayangnya, petani teh sebagai ujung tombak untuk menghasilkan daun teh berkualitas sering tidak diuntungkan, bahkan cenderung dieksploitasi karena harga bahan baku teh dihargai murah. Sebagian teh yang dibeli dari petani lokal itu dibawa ke luar negeri untuk kemudian dicampur dan diolah di sana, lalu dilabeli merek teh asal negara tersebut. Padahal, teh asal negara kami, Sri Lanka, merupakan yang terbaik di dunia.

Lantas apa yang Anda lakukan?

Kami ingin nilai tambah dan keuntungan dari teh ini dinikmati oleh industri maupun petani di perkebunan. Pada saat yang sama, Dilmah berupaya agar semua proses dan penciptaan nilai tambah dari teh seluruhnya dilakukan di dalam negeri, termasuk juga dalam hal branding dan pemasarannya. Dengan demikian, semua manfaatnya bisa dirasakan di dalam negeri. Jadi, bisnis saya ini juga mencakup sisi kemanusiaan, di mana bisnis kami tumbuh dengan melibatkan orang dari kalangan bawah sampai atas. Kami mempersembahkan kualitas teh Sri Lanka yang terbaik, yang tidak dicampur-campur alias single origin tea.

Apa keunggulan Dilmah dibanding produk teh lain?

Beberapa perusahaan teh besar itu berawal dari wirausaha, tetapi lantas dalam perkembangannya dibeli atau dimiliki oleh perusahaan multinasional. Perusahaan ini berskala besar dan memperjualbelikan teh sebagai komoditas. Manakala teh sudah menjadi komoditas, maka identitas atau kekhasan teh akan hilang.

Dilmah sendiri merupakan perusahaan keluarga yang sangat bernilai tinggi. Ibaratnya Anda menanam buah-buahan di kebun sendiri lalu menjualnya ke pasar, butuh kesabaran dan semangat. Begitu pun kami bisa menumbuhkan industri teh ini karena kami punya passion di situ.

Apa kunci sukses bisnis Anda?


Kualitas dan kesegaran. Sri Lanka punya varietas teh yang baik. Teh yang segar juga banyak mengandung antioksidan yang bagus untuk kesehatan.

Bagaimana Anda melihat industri teh saat ini?


Industri teh masih dihadapkan pada masalah klasik, yaitu harga bahan baku yang rendah karena semua negara produsen memasok bahan baku teh. Bahan baku dari produsen di negara berkembang dibawa ke negara kaya lalu diproses dan dijual ke konsumen dengan harga jauh lebih mahal. Sementara, di sisi lain petani teh harus terus berjuang dengan rendahnya harga jual teh.

Kiat Anda bisa bertahan sebagai pengusaha selama lebih dari seperempat abad?

Orang menjadi sukses kalau dia berharap tidak muluk-muluk atau terlalu tinggi. Dengan kata lain dia tahu batasan atau level tertentu yang ingin diraihnya. Di lain pihak, untuk bisa sukses juga harus berkomitmen penuh, berdedikasi dan tekun mengejar impiannya. Kalau gagal, jadikan itu pengalaman untuk pembelajaran. Mungkin Anda akan jatuh satu atau dua kali, tapi yang ketiga kalinya akan berhasil. Jadi, harus punya gairah dan semangat pantang menyerah.

Strategi memenangi persaingan?


Hampir semua merek teh di dunia ini dimiliki oleh pedagang, artinya mereka beli dan jual ke konsumen. Mereka menjual komoditas. Adapun, Dilmah melakukan semuanya secara terintegrasi, mulai dari menanam di perkebunan hingga mengemas dan menyajikannya ke konsumen dengan jaminan kualitas teh murni alias single origin. Kualitas ini yang ada di setiap kantung teh Dilmah. Jadi, strategi kami adalah integritas, kejujuran, kesegaran, dan kualitas. Itu yang tidak dimiliki merek lain.

Kabarnya Dilmah akan membuka toko baru di Indonesia?


Ya, kami akan membuka tea lounge, dalam hal ini kami menggandeng mitra lokal. Rencananya, akan mulai dibangun pada Juni mendatang.

Bagaimana karakter konsumen Indonesia menurut Anda?

Sebagian besar konsumen di sini minum teh buatan dan merek Indonesia. Sayangnya, kebanyakan teh di sini juga dimiliki oleh perusahaan multinasional. Mereka beli dari perusahaan nasional dan menjualnya. Di sisi lain kami lihat generasi muda Indonesia antusias dengan tren baru dan inilah yang diharapkan konsumen yaitu ada sesuatu yang baru ditawarkan ke mereka.

Apakah Anda berniat membangun pabrik di sini juga atau di negara lain?

Saya ingin sekali menyemarakkan industri teh, meluaskan merek Dilmah dan pemasarannya. Saya sebetulnya punya rekan di industri ini dan mendorong mereka untuk mengembangkan merek mereka sendiri. Tapi, mereka banyak yang tidak berani. Sehingga, saya ingin ikut berperan dalam menstimulasi. Apalagi saya lihat di Indonesia orangnya baik-baik dan punya industri yang bagus, hanya kurang baik mengelolanya.

Saya berharap ada ruang pembelajaran yang bisa diambil dari saya terkait pengembangan industri teh di Indonesia. Walau bagaimanapun, sebagai sesama produsen teh harus saling memiliki satu sama lain dan bekerja sama, misalnya antara India, Indonesia, dan Sri Lanka.

Filosofi bisnis Anda?

Lakukan semuanya dengan sepenuh hati. Jujur dan hargailah apa yang Anda kerjakan. Lalu jangan lupa bagikan kesuksesanmu kepada orang lain.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7564 seconds (0.1#10.140)