Hebat, Indonesia Dapat Pesanan Kapal dari Belanda
A
A
A
PONTIANAK - Salah satu usaha galangan kapal nasional, PT Steadfast Marine berbasis di Pontianak, Kalimantan Barat, mendapat pesanan kapal berteknologi tinggi dari Belanda. Mereka bahkan siap melakukan serah terima kapal pengeruk atau kapal trailing suction hopper dredger TSHD-2500 sebesar 16,7 juta euro atau senilai Rp288 miliar kepada Damen Shipyard.
Direktur Utama PT Steadfast Marine, Eddy Kurniawan Logam mengatakan, kerja sama dengan perusahaan Belanda Damen Shipyard telah dilakukan sejak 2008 melalui pemesanan pembuatan berbagai jenis kapal.
"Kita telah lama mendapatkan kepercayaan dari Damen. Namun, kali ini istimewa sebab, kapal yang kami buat merupakan kapal dengan pembuatan teknologi tinggi yang kami bikin di Indonesia," kata Eddy, usai serah terima kapal yang berlangsung di galangan PT Steadfast Marine di Pontianak, Kalimantan Barat, akhir pekan.
Menurut Eddy, pihaknya telah mampu memenuhi klasifikasi sebagaimana yang diinginkan pemesan, sehingga diharapkan mampu mampu mendorong industri galangan kapal nasional lainnya. Kapal tersebut merupakan kapal ke enam yang telah dirampungkan.
"Tapi untuk jenis kapal keruk, ini baru pertama yang kami buat dan diserahterimakan. Kami berharap ini juga bisa mendorong Industri galangan kapal lainnya agar membuat kapal ekspor lainnya, sekaligus meningkatkan kepercayaan di dalanm negeri bahwa galangan kapal sudah mampu membuat berbagai jenis kapal sesuai dengan kebutuhan," ujar Eddy, yang juga Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai (Iperindo).
Sementara, perwakilan dari Damen Shipyard Indonesia, Willy Basoeki mengatakan, kualitas kapal yang dibuat kali ini, jauh lebih baik dari yang ditentukan pembeli dan Badan Klasifikasi Kapal.
"Ini bisa menjadi produk kebanggaan di Indonesia. Sebab, tak banyak galangan mampu membuat kapal pengeruk karena teknologinya sudah maju," katanya.
Kapal keruk berdaya 3.000 Bkw tersebut, memiliki panjang 80,3 meter dan lebar 16,2 meter dengan kapasitas 2.800 ton. Kapal tersebut dibuat dengan dukungan 300 karyawan dan diselesaikan dalam masa waktu 18 bulan.
Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Hasbi Assidiq Syamsuddin mengatakan, tahun ini pemerintah melalui Kementerian Perhubungan masih akan memesan kapal sebanyak 70 kapal terdiri dari berbagai jenis. Kapal-kapal tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah menyukseskan program poros maritim dalam lima tahun mendatang.
"Dibutuhkan 500 kapal dalam lima tahun mendatang untuk menyukseskan program poros maritim yang digagas pemerintah. Diharapkan kebutuhan kapal oleh pemerintah mampu dipasok oleh industri galangan kapal di dalam negeri dimana secara bertahap tahun ini pemerintah akan membuka tender untuk pemesanan 70 kapal," ungkapnya.
Dia menjelaskan, bahwa industri galangan kapal yang ada di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 250 perusahaan yang tersebsar di berbagai wilayah dengan dominasi galangan masih berada di Pulau Jawa dan Batam.
"Kini kemampuan di luar Jawa maupun Batam juga sudah mulai kelihatan. Kita harapkan industri ini terus tumbuh dan berkembang, mengingat besarnya potensi penggunaan kapal di sektor maritim," katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum INSA, Carmelita Hartoto mengatakan, INSA akan terus mendorong dan mengupayakan penggunaan produk kapal dari galangan kapal nasional.
Namun, dia juga berharap pemerintah bisa memberikan kontribusi di sektor galangan dengan memberikan fasilitas insentif yang mampu mendorong bertumbuhya industri tersebut.
"Sekarang, kalau pengusaha pemilik kapal, akan mendorong penggunaan kapal produk galangan kapal nasional. Namun supaya harganya juga bersaing, pemerintah harus juga bisa memberikan kemudahan-kemudahan, terutama di sektor perbankan dengan memberikan bunga bank yang tidak terlalu tinggi, mengingat industri ini padat modal, pemerintah harus mampu intervensi," ujarnya.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ada ribuan kapal di Indonesia yang telah beroperasi dengan berbendera Indonesia. Namun dari jumlah tersebut, penggunaan kapal produksi galangan kapal nasional hanya berkisar 10%.
Direktur Utama PT Steadfast Marine, Eddy Kurniawan Logam mengatakan, kerja sama dengan perusahaan Belanda Damen Shipyard telah dilakukan sejak 2008 melalui pemesanan pembuatan berbagai jenis kapal.
"Kita telah lama mendapatkan kepercayaan dari Damen. Namun, kali ini istimewa sebab, kapal yang kami buat merupakan kapal dengan pembuatan teknologi tinggi yang kami bikin di Indonesia," kata Eddy, usai serah terima kapal yang berlangsung di galangan PT Steadfast Marine di Pontianak, Kalimantan Barat, akhir pekan.
Menurut Eddy, pihaknya telah mampu memenuhi klasifikasi sebagaimana yang diinginkan pemesan, sehingga diharapkan mampu mampu mendorong industri galangan kapal nasional lainnya. Kapal tersebut merupakan kapal ke enam yang telah dirampungkan.
"Tapi untuk jenis kapal keruk, ini baru pertama yang kami buat dan diserahterimakan. Kami berharap ini juga bisa mendorong Industri galangan kapal lainnya agar membuat kapal ekspor lainnya, sekaligus meningkatkan kepercayaan di dalanm negeri bahwa galangan kapal sudah mampu membuat berbagai jenis kapal sesuai dengan kebutuhan," ujar Eddy, yang juga Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai (Iperindo).
Sementara, perwakilan dari Damen Shipyard Indonesia, Willy Basoeki mengatakan, kualitas kapal yang dibuat kali ini, jauh lebih baik dari yang ditentukan pembeli dan Badan Klasifikasi Kapal.
"Ini bisa menjadi produk kebanggaan di Indonesia. Sebab, tak banyak galangan mampu membuat kapal pengeruk karena teknologinya sudah maju," katanya.
Kapal keruk berdaya 3.000 Bkw tersebut, memiliki panjang 80,3 meter dan lebar 16,2 meter dengan kapasitas 2.800 ton. Kapal tersebut dibuat dengan dukungan 300 karyawan dan diselesaikan dalam masa waktu 18 bulan.
Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Hasbi Assidiq Syamsuddin mengatakan, tahun ini pemerintah melalui Kementerian Perhubungan masih akan memesan kapal sebanyak 70 kapal terdiri dari berbagai jenis. Kapal-kapal tersebut merupakan bagian dari rencana pemerintah menyukseskan program poros maritim dalam lima tahun mendatang.
"Dibutuhkan 500 kapal dalam lima tahun mendatang untuk menyukseskan program poros maritim yang digagas pemerintah. Diharapkan kebutuhan kapal oleh pemerintah mampu dipasok oleh industri galangan kapal di dalam negeri dimana secara bertahap tahun ini pemerintah akan membuka tender untuk pemesanan 70 kapal," ungkapnya.
Dia menjelaskan, bahwa industri galangan kapal yang ada di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 250 perusahaan yang tersebsar di berbagai wilayah dengan dominasi galangan masih berada di Pulau Jawa dan Batam.
"Kini kemampuan di luar Jawa maupun Batam juga sudah mulai kelihatan. Kita harapkan industri ini terus tumbuh dan berkembang, mengingat besarnya potensi penggunaan kapal di sektor maritim," katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum INSA, Carmelita Hartoto mengatakan, INSA akan terus mendorong dan mengupayakan penggunaan produk kapal dari galangan kapal nasional.
Namun, dia juga berharap pemerintah bisa memberikan kontribusi di sektor galangan dengan memberikan fasilitas insentif yang mampu mendorong bertumbuhya industri tersebut.
"Sekarang, kalau pengusaha pemilik kapal, akan mendorong penggunaan kapal produk galangan kapal nasional. Namun supaya harganya juga bersaing, pemerintah harus juga bisa memberikan kemudahan-kemudahan, terutama di sektor perbankan dengan memberikan bunga bank yang tidak terlalu tinggi, mengingat industri ini padat modal, pemerintah harus mampu intervensi," ujarnya.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ada ribuan kapal di Indonesia yang telah beroperasi dengan berbendera Indonesia. Namun dari jumlah tersebut, penggunaan kapal produksi galangan kapal nasional hanya berkisar 10%.
(dmd)