Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Asia Timur Tumbuh 6,7%
A
A
A
JAKARTA - World Bank atau Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia Timur tahun ini dan tahun depan mencapai 6,7%. Angka ini sedikit menurun dibanding tahun lalu yang sebesar 6,9%.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Axel Van Trotsenburg menjelaskan, pertumbuhan ekonomi sedikit melemah di negara berkembang kawasan Asia Timur meski kawasan ini mendapatkan keuntungan dari rendahnya harga minyak dunia. Selain itu membaiknya perekonomian negara maju.
"Pertumbuhan Tiongkok pada dua tahun ke depan diperkirakan berkisar di angka 7%, turun dari 7,4% dari tahun lalu. Meskipun pertumbuhan di Asia Timur sedikit melemah, kawasan ini masih sepertiga dari seluruh pertumbuhan global," ujarnya, Senin (13/4/2015).
Sementara, rendahnya harga minyak akan mendorong permintaan dalam negeri bagi sebagian besar negara di kawasan ini. Menawarkan kesempatan bagi pembuat kebijakan mendorong reformasi fiskal.
Hal tersebut untuk meningkatkan pendapatan dan mengalihkan belanja negara kepada sektor infrastruktur dan hal produktif lainnya. "Reformasi ini akan memperbaiki daya saing Asia Timur dan membantu kawasan ini mempertahankan statusnya sebagai mesib pertumbuhan ekonomi global," jelas dia.
Axel menjelaskan harga minyak dunia yang diperkirakan akan tetap rendah menguntungkan mayoritas negara di Asia Timur terutama Kamboja, Laos, Filipina, Thailand, dan negara Kepulauan Pasifik. Namun, negara net eksportir minyak termasuk Malaysia dan Papua Nugini akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dan pendapatan lebih rendah.
"Bagi Indonesia, dampak terhadap pertumbuhan akan tergantung pada seberapa banyak turunnya ekspor batu bara dan gas," pungkasnya.
Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Axel Van Trotsenburg menjelaskan, pertumbuhan ekonomi sedikit melemah di negara berkembang kawasan Asia Timur meski kawasan ini mendapatkan keuntungan dari rendahnya harga minyak dunia. Selain itu membaiknya perekonomian negara maju.
"Pertumbuhan Tiongkok pada dua tahun ke depan diperkirakan berkisar di angka 7%, turun dari 7,4% dari tahun lalu. Meskipun pertumbuhan di Asia Timur sedikit melemah, kawasan ini masih sepertiga dari seluruh pertumbuhan global," ujarnya, Senin (13/4/2015).
Sementara, rendahnya harga minyak akan mendorong permintaan dalam negeri bagi sebagian besar negara di kawasan ini. Menawarkan kesempatan bagi pembuat kebijakan mendorong reformasi fiskal.
Hal tersebut untuk meningkatkan pendapatan dan mengalihkan belanja negara kepada sektor infrastruktur dan hal produktif lainnya. "Reformasi ini akan memperbaiki daya saing Asia Timur dan membantu kawasan ini mempertahankan statusnya sebagai mesib pertumbuhan ekonomi global," jelas dia.
Axel menjelaskan harga minyak dunia yang diperkirakan akan tetap rendah menguntungkan mayoritas negara di Asia Timur terutama Kamboja, Laos, Filipina, Thailand, dan negara Kepulauan Pasifik. Namun, negara net eksportir minyak termasuk Malaysia dan Papua Nugini akan mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dan pendapatan lebih rendah.
"Bagi Indonesia, dampak terhadap pertumbuhan akan tergantung pada seberapa banyak turunnya ekspor batu bara dan gas," pungkasnya.
(izz)