Garuda Lakukan Hedging Rp1 T
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menggandeng empat bank menjalin kerja sama kemitraan lindung nilai (hedging ) melalui mekanisme transaksi cross currency swap sebesar Rp1 triliun.
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan, kerja sama kemitraan lindung nilai ini adalah yang kedua dilakukan perseroan pada tahun ini. Sebelumnya pada Februari 2015, perseroan juga telah menggandeng tiga bank untuk hedging sebesar Rp1 triliun. ”Tujuan kemitraan lindung nilai ini adalah untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan sebaliknya,” kata Arif dalam jumpa persnya di Jakarta kemarin.
Empat bank yang digandeng perseroan di antaranya PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), PT Bank Mega Tbk (Bank Mega), ANZIndonesia, danStandard Chartered Bank Indonesia. Lebih lanjut Arif menjelaskan, keempat bank tersebut, sesuai porsi yang telah disepakati dalam perjanjian, akan membayarkan kewajiban Garuda selaku penerbit obligasi dalam denominasi rupiah kepada para pemegang obligasi efektif per 5 April 2015.
”Sedangkan Garuda Indonesia akan membayar seluruh kewajiban kepada keempat bank dalam denominasi dolar AS pada 5 Juli 2018,” paparnya. Melalui transaksi cross currency swap , ungkapnya, Garuda dapat mengurangi risiko melonjaknya biaya operasional akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS.
Hal ini mengingat biaya operasional penerbangan seperti pembelian avtur, maintenance pesawat, dan sewa pesawat dibayarkan dalam mata uang dolar AS. ”Efisiensi dari transaksi tahap dua selama masa tenor 3 tahun 3 bulan diperkirakan mencapai sebesar USD16,4 juta. Dengan dipatoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pembayaran rupiah untuk biaya operasional dalam dolar AS menjadi stabil dan kegiatan operasional perusahaan dapat lebih konsisten,” ujarnya.
Arif menambahkan, transaksi cross currency swap merupakan bagian dari strategi Quick Wins perusahaan untuk rebound di tahun 2015. Seperti diketahui, Garuda tengah menghadapi tantangan di industri penerbangan.
Heru febrianto
Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan, kerja sama kemitraan lindung nilai ini adalah yang kedua dilakukan perseroan pada tahun ini. Sebelumnya pada Februari 2015, perseroan juga telah menggandeng tiga bank untuk hedging sebesar Rp1 triliun. ”Tujuan kemitraan lindung nilai ini adalah untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi akibat fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan sebaliknya,” kata Arif dalam jumpa persnya di Jakarta kemarin.
Empat bank yang digandeng perseroan di antaranya PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), PT Bank Mega Tbk (Bank Mega), ANZIndonesia, danStandard Chartered Bank Indonesia. Lebih lanjut Arif menjelaskan, keempat bank tersebut, sesuai porsi yang telah disepakati dalam perjanjian, akan membayarkan kewajiban Garuda selaku penerbit obligasi dalam denominasi rupiah kepada para pemegang obligasi efektif per 5 April 2015.
”Sedangkan Garuda Indonesia akan membayar seluruh kewajiban kepada keempat bank dalam denominasi dolar AS pada 5 Juli 2018,” paparnya. Melalui transaksi cross currency swap , ungkapnya, Garuda dapat mengurangi risiko melonjaknya biaya operasional akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS.
Hal ini mengingat biaya operasional penerbangan seperti pembelian avtur, maintenance pesawat, dan sewa pesawat dibayarkan dalam mata uang dolar AS. ”Efisiensi dari transaksi tahap dua selama masa tenor 3 tahun 3 bulan diperkirakan mencapai sebesar USD16,4 juta. Dengan dipatoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pembayaran rupiah untuk biaya operasional dalam dolar AS menjadi stabil dan kegiatan operasional perusahaan dapat lebih konsisten,” ujarnya.
Arif menambahkan, transaksi cross currency swap merupakan bagian dari strategi Quick Wins perusahaan untuk rebound di tahun 2015. Seperti diketahui, Garuda tengah menghadapi tantangan di industri penerbangan.
Heru febrianto
(bbg)