Astra Agro Beri Dividen Rp1,13T
A
A
A
JAKARTA - Emiten perkebunan, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada tahun ini membagikan dividen tunai sebesar Rp726 per saham atau setera Rp1,13 triliun.
”Pada tahun buku 2014, perseroan membagikan dividen tunai sebesar 45% dari laba bersih Rp2,5 triliun atau sebesar Rp716 perlembar saham,” kata Presiden Direktur Astra Agro Lestari Widya Wiryawan seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta kemarin. Lebih lanjut Widya menjelaskan, dalam dividen tersebut di dalamnya termasuk dividen interim sebesar Rp244 per saham yang telah dibayarkan pada 28 Oktober 2014 lalu.
Sedangkan sisanya sebesar Rp472 per saham akan dibayarkan pada 15 Mei 2015. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini pada tahun 2014 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,5 triliun. Laba bersih tersebut meningkat 39% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,8 triliun.
Sementara, pendapatan bersih perseroan diperoleh sebesar Rp16,31 triliun atau naik 29% dibanding tahun lalu Rp12,67 triliun. Peningkatan tersebut didorong naiknya volume penjualan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil /CPO). Selain itu juga terdorong oleh naiknya harga jual rata-rata CPO perseroan tahun lalu yang sebesar 14% dari Rp7,277/kg menjadi Rp8,282/kg.
Tahun 2014 total volume penjualan CPO mencapai 1,73 juta ton, meningkat sebesar 10% dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,58 juta ton. Direktur Independen Astra Agro Lestari Rudy mengatakan, pada tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp3 triliun. Adapun, pendanaan bergantung harga jual CPO.
Jika cenderung naik, AALI akan menggunakan dari pendapatan operasional. Sebaliknya jika turun, perseroan menjajaki untuk melakukan pinjaman bank. ”Capex dalam dua hingga tiga tahun ini kami anggarkan sekitar Rp3 triliun, total capex tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha,” papar Rudy. Menurut dia, perseroan akan menggunakan dana capex tersebut sebesar 33,33% untuk pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan.
Sedangkan, 33,33% lagi untuk pembangunan pabrik dan sisanya 33,33% untuk pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, AALI akan menganggarkan sekitar Rp1 triliun untuk masing-masing pengembangan usaha. ”Sepertiga untuk plantation, artinya untuk pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan, atau tanaman baru. Sepertiga lainnya untuk pabrik kelapa sawit (PKS) di daerah yang belum kita punya.
Kemudian upgrade kapasitas di suplai buah. Lalu, sepertiga untuk infrastruktur baik untuk jembatan, jalan, dan rumah karyawan,” terangnya. Direktur Astra Agro Lestari Juddy Arianto menambahkan, tahun ini perseroan berencana membangun dua pabrik kelapa sawit baru, masing-masing di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Sulawesi Tengah (Sulteng).
”Kami berencana bangun dua PKS tahun ini, untuk investasi per pabrik berkisar antara USD10 juta hingga USD12 juta untuk satu pabriknya,” imbuhnya. Kedua pabrik PKS yang akan dibangun akan berada di kawasan Indonesia bagian timur, dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Dari dana capex Rp3 triliun, rencananya perseroan akan mengalokasikan Rp50 miliar untuk usaha karetnya.
”Dana itu untuk penanaman karet secara bertahap di luas 1.000 hektare dari total 15.000 hektare rencana landbank. Karena, karet itu perlu perawatan, 1 hektare itu bisa mencapai 134 pohon karet,” terangnya. Hingga akhir tahun lalu perseroan telah menyelesaikan pembangunan tiga pabrik kelapa sawit baru serta penambahan kapasitas. Sehingga, sampai dengan akhir tahun lalu total kapasitas pabrik perseroan telah mencapai 1.435 ton TBS per jam.
Heru febrianto
”Pada tahun buku 2014, perseroan membagikan dividen tunai sebesar 45% dari laba bersih Rp2,5 triliun atau sebesar Rp716 perlembar saham,” kata Presiden Direktur Astra Agro Lestari Widya Wiryawan seusai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta kemarin. Lebih lanjut Widya menjelaskan, dalam dividen tersebut di dalamnya termasuk dividen interim sebesar Rp244 per saham yang telah dibayarkan pada 28 Oktober 2014 lalu.
Sedangkan sisanya sebesar Rp472 per saham akan dibayarkan pada 15 Mei 2015. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini pada tahun 2014 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,5 triliun. Laba bersih tersebut meningkat 39% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,8 triliun.
Sementara, pendapatan bersih perseroan diperoleh sebesar Rp16,31 triliun atau naik 29% dibanding tahun lalu Rp12,67 triliun. Peningkatan tersebut didorong naiknya volume penjualan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil /CPO). Selain itu juga terdorong oleh naiknya harga jual rata-rata CPO perseroan tahun lalu yang sebesar 14% dari Rp7,277/kg menjadi Rp8,282/kg.
Tahun 2014 total volume penjualan CPO mencapai 1,73 juta ton, meningkat sebesar 10% dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,58 juta ton. Direktur Independen Astra Agro Lestari Rudy mengatakan, pada tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp3 triliun. Adapun, pendanaan bergantung harga jual CPO.
Jika cenderung naik, AALI akan menggunakan dari pendapatan operasional. Sebaliknya jika turun, perseroan menjajaki untuk melakukan pinjaman bank. ”Capex dalam dua hingga tiga tahun ini kami anggarkan sekitar Rp3 triliun, total capex tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha,” papar Rudy. Menurut dia, perseroan akan menggunakan dana capex tersebut sebesar 33,33% untuk pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan.
Sedangkan, 33,33% lagi untuk pembangunan pabrik dan sisanya 33,33% untuk pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, AALI akan menganggarkan sekitar Rp1 triliun untuk masing-masing pengembangan usaha. ”Sepertiga untuk plantation, artinya untuk pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan, atau tanaman baru. Sepertiga lainnya untuk pabrik kelapa sawit (PKS) di daerah yang belum kita punya.
Kemudian upgrade kapasitas di suplai buah. Lalu, sepertiga untuk infrastruktur baik untuk jembatan, jalan, dan rumah karyawan,” terangnya. Direktur Astra Agro Lestari Juddy Arianto menambahkan, tahun ini perseroan berencana membangun dua pabrik kelapa sawit baru, masing-masing di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Sulawesi Tengah (Sulteng).
”Kami berencana bangun dua PKS tahun ini, untuk investasi per pabrik berkisar antara USD10 juta hingga USD12 juta untuk satu pabriknya,” imbuhnya. Kedua pabrik PKS yang akan dibangun akan berada di kawasan Indonesia bagian timur, dengan kapasitas produksi masing-masing sebesar 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Dari dana capex Rp3 triliun, rencananya perseroan akan mengalokasikan Rp50 miliar untuk usaha karetnya.
”Dana itu untuk penanaman karet secara bertahap di luas 1.000 hektare dari total 15.000 hektare rencana landbank. Karena, karet itu perlu perawatan, 1 hektare itu bisa mencapai 134 pohon karet,” terangnya. Hingga akhir tahun lalu perseroan telah menyelesaikan pembangunan tiga pabrik kelapa sawit baru serta penambahan kapasitas. Sehingga, sampai dengan akhir tahun lalu total kapasitas pabrik perseroan telah mencapai 1.435 ton TBS per jam.
Heru febrianto
(bbg)