Industrialisasi Butuh Dukungan Infrastruktur

Kamis, 16 April 2015 - 09:03 WIB
Industrialisasi Butuh Dukungan Infrastruktur
Industrialisasi Butuh Dukungan Infrastruktur
A A A
PONTIANAK - Dukungan infrastruktur sangat dibutuhkan untuk mendorong tumbuhnya industri di suatu daerah. Pemerintah hendaknya menyiapkan infrastruktur dasar baik itu berupa listrik, jalan, maupun pelabuhan di luar Pulau Jawa yang memiliki kekayaan bahan baku untuk industri.

”Untuk menciptakan iklim investasi yang baik di luar Jawa, penyediaan infrastruktur dasar yangberkualitashendaknyamenjadi fokus pemerintah, baik infrastruktur listrik, jalan, maupun infrastruktur dasar lainnya,” kata Kepala Departemen RegionalIII-Kalimantan BI Mahdi Mahmudy saat menghadiri kegiatan Forum Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan di Kantor BI Perwakilan Wilayah Kalbar, Pontianak, kemarin. Khusus infrastruktur listrik, kata Mahdi, Kalimantan memiliki potensi yang cukup besar yakni menggunakan input bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara maupun energi terbarukan seperti energi air.

Namun, hingga saat ini energi fosil yang banyak ditemukan di Kalimantan mayoritas masih diekspor. Di sisi lain, energi air Kalimantan sebagai input listrik dengan potensi 21.600 MW masih belum diberdayakan. Menurut dia, jika dilihat berdasarkan proporsi investasi PMA dan PMDN, mayoritas investasi di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa.

Sementara investasi di Sumatera, Kalimantan, dan kawasan timur Indonesia masih cenderung rendah. Untuk mengejar itu, lanjutnya, diperlukan transformasi perekonomian berbasis industri untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, khususnya untuk wilayah Kalimantan. Hal ini karena ekonomi Kalimantan sangat rentan dengan pergerakan harga batubara.

Tercatat sejak 2008 hingga 2014 dinamika ekonomi Kalimantan sangat erat kaitannya dengan pergerakan harga batubara. Di sisi lain, ekspor batubara sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga batubara dan pergerakan ekonomi China yang merupakan konsumen terbesar batubara dunia. Tingginya ketidak pastian ekonomi internasional inilah yang menjadi risiko bagi perekonomian Kalimantan.

Dengan kondisi tersebut, trend pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan menurun dari sebelumnya sebesar 5,7% tahun 2012 menjadi hanya sebesar 3,2% pada tahun 2014. Di tempat yang sama, Anggota Komisi XI DPR Michael Jeno mengatakan, transformasi perekonomian perlu dilakukan agar Kalimantan tidak hanya bertumpu pada sumber daya alam.

Transformasi mesti diarahkan ke proses industrialisasi yang berkelanjutan. ”Nah, untuk mengarah ke industrialisasi ini membutuhkan infrastruktur yang baik dan ketersediaan energi,” ujarnya. Dia mengatakan, Kalimantan memiliki banyak potensi energi yang bisa dikembangkan sebagai pembangkit listrik.

Dia mendesak PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melakukan langkah-langkah luar biasa untuk memenuhi kebutuhan energi, khususnya listrik di Kalimantan. Kepala Subdirektorat Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas Sumedi Andono Mulyo menambahkan, proses industrialisasi harus diimbangi dengan transformasi sosial-budaya. Dengan demikian, transformasi bisa berjalan secara berkelanjutan.

Masirom
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6489 seconds (0.1#10.140)