Pertamina Sedang Hadapi Tantangan Berat
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, PT Pertamina saat ini tengah menghadapi tantangan baru dalam perbaikan kilang minyak yang ada di Indonesia. Pasalnya, kilang yang sudah berumur tua tersebut harus diperbaiki agar bisa mengolah BBM di dalam negeri.
"Itu sekarang tantangan beratnya bagi Pertamina dalam pembangunan dan perbaikan kilangnya. Kilang-kilang Pertamina itu sudah pada tua. Ada yang sudah 40 tahun, kilang yang paling muda adalah kilang Balongan. Kalau enggak salah pada 1993-1994 beroperasinya," ujar dia di Jakarta, Jumat (17/4/2015).
Maslahanya, lanjut Sofyan, perbaikan kilang itu butuh uang banyak. Untuk kilang produksi 300 ribu barel per hari, perlu investasi di atas USD10 miliar atau di atas Rp130 triliun. "Itu perlu waktu sekitar 3-4 tahun," imbuhnya.
Kilang tersebut akan dinilai bagus jika kemampuan cracking-nya dapat maksimal. Misanya, masuk 1 ton minyak, nanti keluarnya berapa ton yang akan jadi premium berapa ton yang menjadi solar dan berapa ton sisanya yang menjadi ampas.
"Semakin canggih kilang, nanti kalau yang masuk 1 ton, maka keluarnya juga satu ton. Sehingga tidak ada waste atau ampas," tutur Sofyan.
Bahkan, di negara bagian Eropa telah menggunakan RON 95, dan kualitasnya di atas pertamax. "Tapi kalau yang kilang lama-lama di kita, masuk satu ton, yang keluar itu kurang dari 1 ton bahkan 80%. Sehingga sangat mahal harga bensinnya," tandas dia.
"Itu sekarang tantangan beratnya bagi Pertamina dalam pembangunan dan perbaikan kilangnya. Kilang-kilang Pertamina itu sudah pada tua. Ada yang sudah 40 tahun, kilang yang paling muda adalah kilang Balongan. Kalau enggak salah pada 1993-1994 beroperasinya," ujar dia di Jakarta, Jumat (17/4/2015).
Maslahanya, lanjut Sofyan, perbaikan kilang itu butuh uang banyak. Untuk kilang produksi 300 ribu barel per hari, perlu investasi di atas USD10 miliar atau di atas Rp130 triliun. "Itu perlu waktu sekitar 3-4 tahun," imbuhnya.
Kilang tersebut akan dinilai bagus jika kemampuan cracking-nya dapat maksimal. Misanya, masuk 1 ton minyak, nanti keluarnya berapa ton yang akan jadi premium berapa ton yang menjadi solar dan berapa ton sisanya yang menjadi ampas.
"Semakin canggih kilang, nanti kalau yang masuk 1 ton, maka keluarnya juga satu ton. Sehingga tidak ada waste atau ampas," tutur Sofyan.
Bahkan, di negara bagian Eropa telah menggunakan RON 95, dan kualitasnya di atas pertamax. "Tapi kalau yang kilang lama-lama di kita, masuk satu ton, yang keluar itu kurang dari 1 ton bahkan 80%. Sehingga sangat mahal harga bensinnya," tandas dia.
(izz)