G-20 Khawatirkan Guncangan Pasar

Minggu, 19 April 2015 - 10:42 WIB
G-20 Khawatirkan Guncangan Pasar
G-20 Khawatirkan Guncangan Pasar
A A A
WASHINGTON - Para menteri keuangan (menkeu) grup kekuatan ekonomi global G-20 mengkhawatirkan berbagai risiko guncangan nilai tukar mata uang dan pasar.

Meski demikian, mereka tidak membahas krisis keuangan yang dialami Yunani sekarang. Dalam pertemuan di Washington selama rapat musim semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), para menkeu dan bankir G-20 menjelaskan, penguatan di negara-negara maju dapat mendukung pemulihan ekonomi global.

Kendati begitu, mereka memperingatkan ekonomi masih rentan untuk sejumlah tantangan penting seperti guncangan nilai tukar mata uang, inflasi yang rendah, utang publik yang tinggi, dan ketegangan geopolitik. Sayangnya, pertemuan itu tidak membahas risiko terbesar bagi stabilitas keuangan saat ini yakni risiko Yunani dapat gagal bayar utang senilai ratusan juta dolar dan keluar dari zona euro.

”Ini tidak dibahas selama sesi resmi G-20,” ujar Ali Babacan, deputi perdana menteri Turki dan presiden G-20 sekarang, dikutip kantor berita AFP. Kekhawatiran bahwa Yunani tidak akan mendapatkan dana talangan (bailout ) lagi dari Uni Eropa (UE) sebelum pembayaran utang dilakukan membuat pasar saham Eropa kembali anjlok pada Jumat (17/4) waktu setempat. Kendati G-20 tidak membahas masalah Yunani, mereka menyatakan, negara-negara di dunia perlu mendorong pertumbuhan dalam jangka pendek dan sejumlah bank sentral perlu mengomunikasikan kebijakan mereka dengan jelas sehingga tidak membuat pasar khawatir.

Babacan menjelaskan, Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) sedang melakukan pekerjaan lebih baik dalam mengomunikasikan langkah- langkahnya. Fed berencana menaikkan suku bunga tahun ini sehingga membuat para investor mulai mengambil langkah antisipasi. ”Komunikasi yang jelas sangat penting tidak hanya bagi ekonomi AS, tapi juga secara global karena kemungkinan dampaknya,” kata Babacan.

G-20 ingin dewan eksekutif IMF melanjutkan upaya penerapan paket kuota dan pendanaan reformasi pada 2010 meski masih kurang ratifikasi resmi dari AS yang merupakan pemegang saham terbesar IMF. Grup tersebut menyatakan, IMF harus mencari alternatif, langkah jangka pendek untuk menerapkan reformasi 2010, memberi negara-negara berkembang seperti China dan India suara lebih besar di IMF, daripada memulai proses baru.

Penolakan Kongres AS meratifikasi paket reformasi itu membuat marah para anggota IMF dan memperingatkan bahwa Washington mengurangi efektivitas dan kredibilitas IMF. Awal pekan ini Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) merilis outlook pertumbuhan perdagangan untuk 2015. Mereka menyatakan, ekonomi yang lamban dan konflik global mengakibatkan melemahnya perdagangan dunia.

”Untuk pertumbuhan perdagangan, penting bahwa Anda memiliki sejumlah elemen tertentu dalam ekonomi global, termasuk stabilitas, prediktabilitas, dan berbagai hal yang tidak ada sekarang,” ungkap Kepala WTO Roberto Azevedo di Jenewa, dikutip kantor berita AFP. Dengan sejumlah negara di dunia yang masih berjuang untuk pulih sepenuhnya dari krisis keuangan 2008 dan berbagai konflik seperti di Ukraina dan Timur Tengah, perdagangan global tumbuh jauh lebih lamban dibandingkan proyeksi setahun lalu.

Wabah ebola di Afrika barat, musim dingin ekstrem di Amerika Serikat (AS), dan melemahnya harga minyak dunia juga mengakibatkan penurunan perdagangan, seiring fluktuasi nilai tukar mata uang yang sangat besar. ”Semua itu memiliki dampak, kadangkala efeknya mengacaukan,” kata Azevedo. WTO menjelaskan, proyeksi awal menunjukkan perdagangan global tumbuh hanya 2,8% tahun lalu dan diproyeksikan tumbuh hanya 3,3% tahun ini. Setahun lalu WTO memberikan sikap yang berbeda. April lalu lembaga itu memproyeksikan perdaganganakantumbuh4,6% pada 2014 dan 5,8% tahun ini.

Meski demikian, WTO menurunkan proyeksinya pada September, menjadi 3,1% dan 4% secara berturut-turut, sebelum memangkasnya lagi pekan ini. Tahun lalu merupakan tahun ketiga berturut-turut di mana perdagangan tumbuh kurang dari 3%. Faktanya, pertumbuhan perdagangan ratarata hanya 2,4% antara 2012 dan 2014, level terendah yang tercatat dalam periode tiga tahun saat perdagangan tumbuh.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5337 seconds (0.1#10.140)