China Segera Buka Zona Pasar Bebas Baru
A
A
A
BEIJING - China akan meluncurkan tiga zona perdagangan bebas baru hari ini. Langkah ini melanjutkan proyek pertama yang dimulai di Shanghai meski hingga saat ini perkembangannya belum maksimal.
”Zona perdagangan bebas (freetrade zone /FTZ) akan dibuka di Provinsi Guangdong, Pelabuhan Tianjin, dan Provinsi Fujian,” ungkap laman People’s Daily yang menjadi corong Partai Komunis China yang berkuasa, dikutip kantor berita AFP . Menurut Dewan Negara atau Kabinet China, setiap FTZ akan mencakup wilayah seluas 120 kilometer persegi.
FTZ pertama di China yang dibangun dipusat perdagangan Shanghai pada September 2013, juga akan diperluas hingga empat kali lipat dari luas saat ini. ”Dengan demikian, luasnya sama dan serupa dengan pusat keuangan Lujiazui yang menjadi basis manufaktur dan teknologi tinggi,” papar kantor kabinet China.
Saat FTZ Shanghai diluncurkan, pemerintah menjanjikan sejumlah reformasi keuangan, termasuk membuat nilai tukar yuan ditentukan pasar dan suku bunga nol. Meski demikian, pemerintah belum melaksanakan janjinya tersebut.
”Semua empat zona itu dalam daftar negatif yang melarang atau membatasi investasi asing pada 122 sektor bisnis, mulai dari benih hasil modifikasi genetika dan pertambangan mineral langka hingga layanan berita internet dan siaran televisi,” papar pernyataan kabinet China.
Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen menjelaskan, daftar itu sudah berkurang dari sebelumnya 139 sektor yang masuk daftar negatif. ”Keterbukaan semakin ditingkatkan saat ini,” ujarnya.
FTZ Guangdong bertujuan mempercepat integrasi ekonomi dengan wilayah tetangga Hong Kong, bekas koloni Inggris yang sekarang menjadi wilayah pemerintahan khusus China.
Pemerintah akan mengizinkan perusahaan-perusahaan Hong Kong dan Makau untuk mengeluarkan obligasi berdenominasi yuan di China daratan dan membuka banyak pintu bagi perusahaan di zona itu untuk menjual saham-saham berdenominasi yuan di Hong Kong.
Zona Fujian fokus di Taiwan yang dianggap China sebagai bagian wilayah kedaulatannya. Fujian juga akan menjadi platform kerja sama untuk jalan sutra maritim abad 21. Inisiatif ini didukung oleh Presiden China Xi Jinping yang berupaya mengamankan rute-rute perdagangan, terutama melalui diplomasi ekonomi.
”Perusahaan-perusahaan dan individu di zona Fujian akan diizinkan berinvestasi ke luar negeri secara langsung, menggunakan aset keuangan mereka sendiri,” papar kabinet China. FTZ Tianjin menjadi bagian meningkatkan integrasi dengan kota Beijing dan Provinsi Hebei.
Pembangunan FTZ baru itu bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi yang melemah di negara itu. Adapun Bank Sentral China (People’s Bank of China/ PBoC) akhir pekan lalu mengumumkan akan memangkas level dana yang harus disimpan bank komersial (reserve requirement ratio /RRR) hingga 1% poin.
Pemangkasan ini yang kedua tahun ini untuk mendorong pinjaman. Kebijakan yang mulai berlaku kemarin ini diumumkan setelah laporan ekonomi China yang membukukan pertumbuhan kuartalan terburuk dalam enam tahun terakhir. PBoC menyatakan pihaknya segera menambah pemangkasan RRR sebesar 1% poin untuk layanan pertanian dan pemangkasan lagi 2% untuk Agricultural Development Bank of China.
Pemerintah juga memangkas 0,5% untuk sejumlah bank yang memberikan pinjaman pertanian atau bisnis skala kecil. ”Pemangkasan akan semakin memperkuat kemampuan institusi keuangan untuk mendukung restrukturisasi,” ungkap pernyataan PBoC.
Pengurangan RRR ini serupa dengan yang dilakukan pada awal Februari yang merupakan pemangkasan pertama sejak Mei 2012. Helen Qiao, ekonom China di Morgan Stanley, menjelaskan, pemangkasan terbaru itu akan mengurangi penurunan ekonomi.
”Langkah ini positif, menunjukkan para pembuat kebijakan mencoba mengatasi dampak potensi aliran keluar modal dan menstabilkan lingkungan makro,” kata Qiao yang menambahkan, pemangkasan ini menunjukkan semakin intensifnya kebijakan dana murah oleh pemerintah.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melemah menjadi 7% pada kuartal I/2015 dari 7,3% pada kuartal IV/2014. Ini hasil terburuk dalam enam tahun.
Syarifudin
”Zona perdagangan bebas (freetrade zone /FTZ) akan dibuka di Provinsi Guangdong, Pelabuhan Tianjin, dan Provinsi Fujian,” ungkap laman People’s Daily yang menjadi corong Partai Komunis China yang berkuasa, dikutip kantor berita AFP . Menurut Dewan Negara atau Kabinet China, setiap FTZ akan mencakup wilayah seluas 120 kilometer persegi.
FTZ pertama di China yang dibangun dipusat perdagangan Shanghai pada September 2013, juga akan diperluas hingga empat kali lipat dari luas saat ini. ”Dengan demikian, luasnya sama dan serupa dengan pusat keuangan Lujiazui yang menjadi basis manufaktur dan teknologi tinggi,” papar kantor kabinet China.
Saat FTZ Shanghai diluncurkan, pemerintah menjanjikan sejumlah reformasi keuangan, termasuk membuat nilai tukar yuan ditentukan pasar dan suku bunga nol. Meski demikian, pemerintah belum melaksanakan janjinya tersebut.
”Semua empat zona itu dalam daftar negatif yang melarang atau membatasi investasi asing pada 122 sektor bisnis, mulai dari benih hasil modifikasi genetika dan pertambangan mineral langka hingga layanan berita internet dan siaran televisi,” papar pernyataan kabinet China.
Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen menjelaskan, daftar itu sudah berkurang dari sebelumnya 139 sektor yang masuk daftar negatif. ”Keterbukaan semakin ditingkatkan saat ini,” ujarnya.
FTZ Guangdong bertujuan mempercepat integrasi ekonomi dengan wilayah tetangga Hong Kong, bekas koloni Inggris yang sekarang menjadi wilayah pemerintahan khusus China.
Pemerintah akan mengizinkan perusahaan-perusahaan Hong Kong dan Makau untuk mengeluarkan obligasi berdenominasi yuan di China daratan dan membuka banyak pintu bagi perusahaan di zona itu untuk menjual saham-saham berdenominasi yuan di Hong Kong.
Zona Fujian fokus di Taiwan yang dianggap China sebagai bagian wilayah kedaulatannya. Fujian juga akan menjadi platform kerja sama untuk jalan sutra maritim abad 21. Inisiatif ini didukung oleh Presiden China Xi Jinping yang berupaya mengamankan rute-rute perdagangan, terutama melalui diplomasi ekonomi.
”Perusahaan-perusahaan dan individu di zona Fujian akan diizinkan berinvestasi ke luar negeri secara langsung, menggunakan aset keuangan mereka sendiri,” papar kabinet China. FTZ Tianjin menjadi bagian meningkatkan integrasi dengan kota Beijing dan Provinsi Hebei.
Pembangunan FTZ baru itu bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi yang melemah di negara itu. Adapun Bank Sentral China (People’s Bank of China/ PBoC) akhir pekan lalu mengumumkan akan memangkas level dana yang harus disimpan bank komersial (reserve requirement ratio /RRR) hingga 1% poin.
Pemangkasan ini yang kedua tahun ini untuk mendorong pinjaman. Kebijakan yang mulai berlaku kemarin ini diumumkan setelah laporan ekonomi China yang membukukan pertumbuhan kuartalan terburuk dalam enam tahun terakhir. PBoC menyatakan pihaknya segera menambah pemangkasan RRR sebesar 1% poin untuk layanan pertanian dan pemangkasan lagi 2% untuk Agricultural Development Bank of China.
Pemerintah juga memangkas 0,5% untuk sejumlah bank yang memberikan pinjaman pertanian atau bisnis skala kecil. ”Pemangkasan akan semakin memperkuat kemampuan institusi keuangan untuk mendukung restrukturisasi,” ungkap pernyataan PBoC.
Pengurangan RRR ini serupa dengan yang dilakukan pada awal Februari yang merupakan pemangkasan pertama sejak Mei 2012. Helen Qiao, ekonom China di Morgan Stanley, menjelaskan, pemangkasan terbaru itu akan mengurangi penurunan ekonomi.
”Langkah ini positif, menunjukkan para pembuat kebijakan mencoba mengatasi dampak potensi aliran keluar modal dan menstabilkan lingkungan makro,” kata Qiao yang menambahkan, pemangkasan ini menunjukkan semakin intensifnya kebijakan dana murah oleh pemerintah.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melemah menjadi 7% pada kuartal I/2015 dari 7,3% pada kuartal IV/2014. Ini hasil terburuk dalam enam tahun.
Syarifudin
(ftr)