Manufaktur China Anjlok Terendah dalam Setahun
A
A
A
SHANGHAI - Aktivitas manufaktur China pada April anjlok ke level terendah dalam satu tahun terakhir. Riset awal indeks manufaktur (PMI) China oleh HSBC dan Markit mencatat, aktivitas manufaktur negara Tirai Bambu tersebut sebesar 49,2.
Angka tersebut di bawah perkiraan Reuters sebesar 49,6 atau sama dengan angka akhir Maret lalu. Data di bawah 50 tersebut merupakan sinyal adanya kontraksi.
"Operasional di sektor manufaktur China memburuk sedikit untuk bulan kedua yang berlanjut ke bulan April. Produksi hanya naik tipis, sementara total bisnis baru mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut," kata ekonom Markit Annabel Fiddes seperti dilansir dari CNBC, Kamis (23/4/2015).
Dia mengatakan, kuatnya tekanan deflasi di sektor manufaktur mencerminkan melemahnya permintaan, ditambah menurunnya aktivitas di perusahaan manufaktur selama 18 bulan berturut-turut.
"Ada catatan yang lebih baik, di mana permintaan dari luar negeri meningkat pada bulan April, dengan ekspor baru mengalami kenaikan untuk kali pertama dalam tiga bulan," imbuhnya.
Akibat data ini, pasar saham China mundur, dengan indeks Composite Shanghai anjlok 0,3%, sedangkan indeks Hang Seng terpangkas 0,6%. Sementara dolar Australia terhadap USD jatuh ke 0,7718 dari sebelumnya 0,7733.
Melemahnya data ekonomi China mendorong pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah demi merangsang pertumbuhan ekonomi. Pada hari Minggu lalu, China memangkas rasio giro wajib minimum di perbankan sebesar 100 basis poin, pemangkasan paling agresif sejak 2008 saat krisis keuangan global.
Sementara sejak November tahun lalu, pembuat kebijakan telah mencoba membendung perlambatan ekonomi lebih lanjut, dengan melakukan sejumlah program pelonggaran moneter, baik pemangkasan rasio giro wajib minimum maupun penurunan suku bunga. Adapun Ekonomi China pada kuartal I hanya tumbuh 7%, paling lambat dalam enam tahun terakhir.
"Meskipun momentum tampaknya telah melemah baru-baru ini, kita tidak melihat alasan untuk terlalu khawatir. Itu karena pelemahan pertumbuhan biasanya akan mereda pada kuartal II," kata ekonom Capital Economics Julian Evans-Pritchard.
Hal ini karena, dia menuturkan, aktivitas manufaktur China pada periode yang sama tahun lalu lebih rendah, yakni pada 48,1. Diharapkan ke depannya akan makin banyak langkah dari pemerintah China untuk mendukung pertumbuhan.
Angka tersebut di bawah perkiraan Reuters sebesar 49,6 atau sama dengan angka akhir Maret lalu. Data di bawah 50 tersebut merupakan sinyal adanya kontraksi.
"Operasional di sektor manufaktur China memburuk sedikit untuk bulan kedua yang berlanjut ke bulan April. Produksi hanya naik tipis, sementara total bisnis baru mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut," kata ekonom Markit Annabel Fiddes seperti dilansir dari CNBC, Kamis (23/4/2015).
Dia mengatakan, kuatnya tekanan deflasi di sektor manufaktur mencerminkan melemahnya permintaan, ditambah menurunnya aktivitas di perusahaan manufaktur selama 18 bulan berturut-turut.
"Ada catatan yang lebih baik, di mana permintaan dari luar negeri meningkat pada bulan April, dengan ekspor baru mengalami kenaikan untuk kali pertama dalam tiga bulan," imbuhnya.
Akibat data ini, pasar saham China mundur, dengan indeks Composite Shanghai anjlok 0,3%, sedangkan indeks Hang Seng terpangkas 0,6%. Sementara dolar Australia terhadap USD jatuh ke 0,7718 dari sebelumnya 0,7733.
Melemahnya data ekonomi China mendorong pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah demi merangsang pertumbuhan ekonomi. Pada hari Minggu lalu, China memangkas rasio giro wajib minimum di perbankan sebesar 100 basis poin, pemangkasan paling agresif sejak 2008 saat krisis keuangan global.
Sementara sejak November tahun lalu, pembuat kebijakan telah mencoba membendung perlambatan ekonomi lebih lanjut, dengan melakukan sejumlah program pelonggaran moneter, baik pemangkasan rasio giro wajib minimum maupun penurunan suku bunga. Adapun Ekonomi China pada kuartal I hanya tumbuh 7%, paling lambat dalam enam tahun terakhir.
"Meskipun momentum tampaknya telah melemah baru-baru ini, kita tidak melihat alasan untuk terlalu khawatir. Itu karena pelemahan pertumbuhan biasanya akan mereda pada kuartal II," kata ekonom Capital Economics Julian Evans-Pritchard.
Hal ini karena, dia menuturkan, aktivitas manufaktur China pada periode yang sama tahun lalu lebih rendah, yakni pada 48,1. Diharapkan ke depannya akan makin banyak langkah dari pemerintah China untuk mendukung pertumbuhan.
(rna)