Adhi Karya Targetkan Raup Dana Rights Issue Rp2,7 T
A
A
A
JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) berencana melakukan penawaran umum saham terbatas atau rights issue pada pertengahan tahun ini.
Aksi korporasi tersebut dilakukan perseroan untuk meraup dana segar sebesar Rp2,7 triliun. ”Pemerintah telah keluarkan dana Rp1,4 triliun melalui penyertaan modal negara (PMN). Dari publik ditargetkan Rp1,34 triliun, jadi dananya Rp2,7 triliun,” ujar Direktur Adhi Karya Supardi saat institutional investor day di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin.
Menurut dia, dana rights issue untuk membangun light rail transit (LRT) baik untuk moda transportasi maupun infrastruktur yang ada di stasiun. Untuk moda transportasi memerlukan dana sebesar Rp6,7- 6,8 triliun. Sedangkan, infrastruktur stasiunnya sebesar Rp3 triliun. Sehingga, perseroan memerlukan dana Rp9,9 triliun dalam membangun LRT. Supardi menambahkan, menutupi kekurangan dana, perseroan bakal mencari pendanaan pembiayaan dari pinjaman perbankan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
”Kami bakar menunjuk penjamin emisi efek di akhir bulan ini. Pada Juni perseroan bakal melaksanakan rights issue itu (keluarkan saham),” ungkap dia. Sebagai catatan, proyek pembangunan LRT ini akan memakan waktu selama tiga tahun dan akan dibangun secara bertahap. Tahap pertama, akan dibangun dengan rute Cibubur-Cawang- Dukuh Atas sepanjang 30 kilometer (km).
”Konstruksi diperkirakan akan mulai semester dua tahun ini, itu kalau semua sudah jalan,” imbuhnya. Supardi mengatakan, tahun ini perseroan menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp15,2 triliun. Ditargetkan lini bisnis jasa konstruksi digenjot untuk memperoleh kontrak baru sebesar Rp12,5 triliun, lini bisnis EPC sebesar Rp460,1 miliar. Sementara, dari jenis pekerjaan, proyek gedung diproyeksikan akan memberikan kontribusi sebesar 39%.
”Jalan dan jembatan akan memberikan kontribusi 31% dan sisanya adalah proyek infrastruktur lainnya,” ujarnya. Sebagai informasi, hingga akhir Maret 2015 perseroan telah merealisasikan kontrak sebesar Rp2,5 triliun. ”Kontrak tersebut 89% diperoleh dari proyek konstruksi, sedangkan 9% sisanya merupakan proyek dari lini bisnis lainnya,” tandasnya.
Pada kategori sumber dana, realisasi kontrak baru dominan terdiri dari swasta sebanyak 56%, anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD sebesar 2,8%. Sementara, badan usaha milik negara BUMN tercatat 16%. Sementara, dalam rangka pengembangan bisnisnya, perusahaan konstruksi milik negara ini, tengah mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Pasalnya, perekonomian global saat ini memengaruhi aksi korporasinya.
”Ekonomi global sedang bergejolak, seperti perlambatan ekonomi di China dan masih menunggu The Fed yang kini belum memutuskan kenaikan suku bunga,” jelasnya. Supardi mengakui bahwa pelemahan ekonomi dunia masih bisa di antisipasi oleh perseroan yakni tetap melakukan ekspansi berupa proyek hotel yang sudah bisa mulai beroperasi Juni.
Arsy ani s
Aksi korporasi tersebut dilakukan perseroan untuk meraup dana segar sebesar Rp2,7 triliun. ”Pemerintah telah keluarkan dana Rp1,4 triliun melalui penyertaan modal negara (PMN). Dari publik ditargetkan Rp1,34 triliun, jadi dananya Rp2,7 triliun,” ujar Direktur Adhi Karya Supardi saat institutional investor day di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin.
Menurut dia, dana rights issue untuk membangun light rail transit (LRT) baik untuk moda transportasi maupun infrastruktur yang ada di stasiun. Untuk moda transportasi memerlukan dana sebesar Rp6,7- 6,8 triliun. Sedangkan, infrastruktur stasiunnya sebesar Rp3 triliun. Sehingga, perseroan memerlukan dana Rp9,9 triliun dalam membangun LRT. Supardi menambahkan, menutupi kekurangan dana, perseroan bakal mencari pendanaan pembiayaan dari pinjaman perbankan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
”Kami bakar menunjuk penjamin emisi efek di akhir bulan ini. Pada Juni perseroan bakal melaksanakan rights issue itu (keluarkan saham),” ungkap dia. Sebagai catatan, proyek pembangunan LRT ini akan memakan waktu selama tiga tahun dan akan dibangun secara bertahap. Tahap pertama, akan dibangun dengan rute Cibubur-Cawang- Dukuh Atas sepanjang 30 kilometer (km).
”Konstruksi diperkirakan akan mulai semester dua tahun ini, itu kalau semua sudah jalan,” imbuhnya. Supardi mengatakan, tahun ini perseroan menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp15,2 triliun. Ditargetkan lini bisnis jasa konstruksi digenjot untuk memperoleh kontrak baru sebesar Rp12,5 triliun, lini bisnis EPC sebesar Rp460,1 miliar. Sementara, dari jenis pekerjaan, proyek gedung diproyeksikan akan memberikan kontribusi sebesar 39%.
”Jalan dan jembatan akan memberikan kontribusi 31% dan sisanya adalah proyek infrastruktur lainnya,” ujarnya. Sebagai informasi, hingga akhir Maret 2015 perseroan telah merealisasikan kontrak sebesar Rp2,5 triliun. ”Kontrak tersebut 89% diperoleh dari proyek konstruksi, sedangkan 9% sisanya merupakan proyek dari lini bisnis lainnya,” tandasnya.
Pada kategori sumber dana, realisasi kontrak baru dominan terdiri dari swasta sebanyak 56%, anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD sebesar 2,8%. Sementara, badan usaha milik negara BUMN tercatat 16%. Sementara, dalam rangka pengembangan bisnisnya, perusahaan konstruksi milik negara ini, tengah mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi ke luar negeri. Pasalnya, perekonomian global saat ini memengaruhi aksi korporasinya.
”Ekonomi global sedang bergejolak, seperti perlambatan ekonomi di China dan masih menunggu The Fed yang kini belum memutuskan kenaikan suku bunga,” jelasnya. Supardi mengakui bahwa pelemahan ekonomi dunia masih bisa di antisipasi oleh perseroan yakni tetap melakukan ekspansi berupa proyek hotel yang sudah bisa mulai beroperasi Juni.
Arsy ani s
(ars)