Dampak Ekonomi Gempa Diprediksi 20% dari PDB Nepal
A
A
A
KHATMANDU - Dampak ekonomi bencana gempa bumi Nepal, yang telah merenggut nyawa sedikitnya 3.200 orang dan melukai ribuan lainnya diprediksi bisa melebihi USD5 miliar atau setara Rp65 triliun (kurs Rp13.000/USD). Nilai itu setara dengan 20% dari produk domestik bruto (PDB) Nepal.
Kepala Ekonom Asia-Pasifik di IHS Rajiv Biswas dalam sebuah catatan menyatakan, dengan korban tewas dan jumlah perkiraan korban dari gempa Nepal meningkat pesat, berdampak parah terhadap ekonomi negara tersebut.
"Total biaya rekonstruksi jangka panjang di Nepal dengan standar bangunan yang tepat untuk daerah rawan gempa bisa melebihi USD5 miliar," kata dia seperti dilansir dari CNBC, Senin (27/4/2015).
Sebuah gempa berkekuatan 7,8 skala richter melanda ibu kota Nepal, Kathmandu dan kota Pokhara pada Sabtu siang waktu setempat, yang menghancurkan bangunan dan rumah serta monumen sejarah, jalan hingga merusak infrastruktur telekomunikasi.
"Standar pembangunan perumahan di Nepal sangat rendah, sehingga kerusakan bangunan sangat parah," kata Biswas.
Menurut dia, kemampuan Nepal sebagai negara miskin untuk mendanai upaya penanganan bencana dan rekonstruksi jangka panjang sangat terbatas.
Data Bank Dunia menunjukkan, PDB Nepal per kapita hanya USD694 atau setara Rp9,02 juta pada 2013. Angka itu jauh dibanding negara tetangganya, India yang mencapai USD1.497 atau Rp19,46 juta dan China sebesar USD6.807 atau setara Rp88,49 juta.
"Sebuah bantuan bencana internasional terkoordinasi dan program rekonstruksi jangka panjang perlu didanai oleh bantuan bilateral dari negara-negara donor dan lembaga pembiayaan infrastruktur di bawah manajemen yang terkoordinasi dari lembaga multilateral seperti PBB," tutur dia.
Pemerintah dan lembaga bantuan masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan ke Kathmandu. India, China, Pakistan dan AS memimpin upaya bantuan internasional. Namun, pekerjaan penyelamatan terhambat oleh serangkaian gempa susulan dan cuaca yang buruk.
Kepala Ekonom Asia-Pasifik di IHS Rajiv Biswas dalam sebuah catatan menyatakan, dengan korban tewas dan jumlah perkiraan korban dari gempa Nepal meningkat pesat, berdampak parah terhadap ekonomi negara tersebut.
"Total biaya rekonstruksi jangka panjang di Nepal dengan standar bangunan yang tepat untuk daerah rawan gempa bisa melebihi USD5 miliar," kata dia seperti dilansir dari CNBC, Senin (27/4/2015).
Sebuah gempa berkekuatan 7,8 skala richter melanda ibu kota Nepal, Kathmandu dan kota Pokhara pada Sabtu siang waktu setempat, yang menghancurkan bangunan dan rumah serta monumen sejarah, jalan hingga merusak infrastruktur telekomunikasi.
"Standar pembangunan perumahan di Nepal sangat rendah, sehingga kerusakan bangunan sangat parah," kata Biswas.
Menurut dia, kemampuan Nepal sebagai negara miskin untuk mendanai upaya penanganan bencana dan rekonstruksi jangka panjang sangat terbatas.
Data Bank Dunia menunjukkan, PDB Nepal per kapita hanya USD694 atau setara Rp9,02 juta pada 2013. Angka itu jauh dibanding negara tetangganya, India yang mencapai USD1.497 atau Rp19,46 juta dan China sebesar USD6.807 atau setara Rp88,49 juta.
"Sebuah bantuan bencana internasional terkoordinasi dan program rekonstruksi jangka panjang perlu didanai oleh bantuan bilateral dari negara-negara donor dan lembaga pembiayaan infrastruktur di bawah manajemen yang terkoordinasi dari lembaga multilateral seperti PBB," tutur dia.
Pemerintah dan lembaga bantuan masih terus melakukan pencarian dan penyelamatan ke Kathmandu. India, China, Pakistan dan AS memimpin upaya bantuan internasional. Namun, pekerjaan penyelamatan terhambat oleh serangkaian gempa susulan dan cuaca yang buruk.
(rna)