Sekitar 28% Pekerja Indonesia Tak Siap Masa Pensiun
A
A
A
JAKARTA - HSBC Indonesia mengumumkan hasil temuan bahwa sekitar 28% pekerja Indonesia tidak memiliki persiapan yang matang atas masa pensiunnya.
Temuan tersebut berdasarkan survei bertajuk future of retirement dengan melibatkan 1.000 responden dengan rentang usia 25 tahun ke atas. Head of Wealth Management HSBC Indonesia Steven Suryana mengatakan, hal tersebut ditengarai oleh beberapa faktor yang menghambat persiapan mereka. ”Sebanyak 23% pekerja Indonesia menyatakan bahwa alasan utama yang menghambat persiapan yang matang untuk pensiun adalah ketidakmampuan untuk menyisihkan pendapatannya,” katanya dalam paparan hasil risetnya di Jakarta, kemarin.
Alasan lain, lanjut Steven, sebanyak 66% dari responden menyatakan sedang memiliki kewajiban yang lebih mendesak. Adapun 52% responden di usia pekerja dan 49% responden usia pensiun menyatakan mereka tidak memulai persiapan lebih awal. ”Faktor lain dari ketidaksiapan ini tampak dari perbedaan kontras antara responden usia pekerja yang berencana menyisihkan seperempat pendapatannya untuk tabungan pensiun, dan responden usia pensiun menyatakan bahwa pada saat bekerja mereka menyisihkan pendapatannya kurang dari 15%,” imbuhnya.
Dari hasil riset tersebut, Steven menyebutkan, terdapat kecenderungan pada tiga perempat usia pekerja yang berencana untuk melalui masa semi pensiun sebelum pensiun sepenuhnya. Masa sebelum pensiun tersebut, sebesar 44% ingin tetap menjalani pekerjaan mereka saat ini, namun dengan jam kerja yang lebih sedikit.
Sementara, lanjut dia, sebesar 44% lainnya menyatakan ingin melakukan pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan saat ini dengan jam kerja yang sedikit. Adapun 11% sisanya merencanakan untuk bekerja dengan jumlah jam kerja yang sama meski dengan pekerjaannya berbeda. Adapun keinginan untuk melalui masa transisi dengan menjalani periode semi pensiun. Dari riset menunjukkan bahwa lebih banyak karena pilihan, bukan karena keharusan. Pada umumnya responden ingin tetap menjalani gaya hidup aktif dan memang menikmati kerjanya.
”Ada juga faktor budaya yang memengaruhi gaya hidup setelah pensiun. Indonesia memiliki 28% yang memilih untuk menabung semaksimal mungkin untuk diwariskan kepada generasi berikutnya,” sebutnya. Kendati demikian, jumlah responden Indonesia yang memilih untuk menyeimbangkan penggunaan sebagian uang secara pribadi, dan menyisihkan sebagian lainnya untuk generasi berikutnya, masih lebih besar yakni 56%.
Arsy ani s
Temuan tersebut berdasarkan survei bertajuk future of retirement dengan melibatkan 1.000 responden dengan rentang usia 25 tahun ke atas. Head of Wealth Management HSBC Indonesia Steven Suryana mengatakan, hal tersebut ditengarai oleh beberapa faktor yang menghambat persiapan mereka. ”Sebanyak 23% pekerja Indonesia menyatakan bahwa alasan utama yang menghambat persiapan yang matang untuk pensiun adalah ketidakmampuan untuk menyisihkan pendapatannya,” katanya dalam paparan hasil risetnya di Jakarta, kemarin.
Alasan lain, lanjut Steven, sebanyak 66% dari responden menyatakan sedang memiliki kewajiban yang lebih mendesak. Adapun 52% responden di usia pekerja dan 49% responden usia pensiun menyatakan mereka tidak memulai persiapan lebih awal. ”Faktor lain dari ketidaksiapan ini tampak dari perbedaan kontras antara responden usia pekerja yang berencana menyisihkan seperempat pendapatannya untuk tabungan pensiun, dan responden usia pensiun menyatakan bahwa pada saat bekerja mereka menyisihkan pendapatannya kurang dari 15%,” imbuhnya.
Dari hasil riset tersebut, Steven menyebutkan, terdapat kecenderungan pada tiga perempat usia pekerja yang berencana untuk melalui masa semi pensiun sebelum pensiun sepenuhnya. Masa sebelum pensiun tersebut, sebesar 44% ingin tetap menjalani pekerjaan mereka saat ini, namun dengan jam kerja yang lebih sedikit.
Sementara, lanjut dia, sebesar 44% lainnya menyatakan ingin melakukan pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan saat ini dengan jam kerja yang sedikit. Adapun 11% sisanya merencanakan untuk bekerja dengan jumlah jam kerja yang sama meski dengan pekerjaannya berbeda. Adapun keinginan untuk melalui masa transisi dengan menjalani periode semi pensiun. Dari riset menunjukkan bahwa lebih banyak karena pilihan, bukan karena keharusan. Pada umumnya responden ingin tetap menjalani gaya hidup aktif dan memang menikmati kerjanya.
”Ada juga faktor budaya yang memengaruhi gaya hidup setelah pensiun. Indonesia memiliki 28% yang memilih untuk menabung semaksimal mungkin untuk diwariskan kepada generasi berikutnya,” sebutnya. Kendati demikian, jumlah responden Indonesia yang memilih untuk menyeimbangkan penggunaan sebagian uang secara pribadi, dan menyisihkan sebagian lainnya untuk generasi berikutnya, masih lebih besar yakni 56%.
Arsy ani s
(ars)