Ekonomi Indonesia 2016 Diramal Tak Sampai 6,6%
A
A
A
JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meramalkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 tidak akan sampai 6,6% seperti yang diyakini Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Direktur Indef Enny Sri Hartati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan masih memiliki potensi untuk mencapai 6%, namun tidak sampai 6,6%.
Itupun harus digenjot dengan menggeser prioritas kepada sektor pertanian dan industri, bukan dengan memprioritaskan properti dan keuangan.
"Sebenarnya potensi bisa (ekonomi 6%) tapi tergantung. Tahun 2015 kan kecil 5,2%-5,3% saja. Tapi itu akan jadi 6% kalau yang 2015 tumbuh ke sektor tradable, seperti pertanian dan industri. Kalau bergeser ke sana baru bisa, kalau business as usual, seperti properti dan keuangan tidak mungkin," tuturnya kepada Sindonews di Jakarta, Jumat (1/5/2015).
Terlebih, sambung dia, pembangunan infrastruktur yang mulai dilakukan pemerintah tidak ada yang mampu memberikan dampak signifikan dalam jangka pendek. Pasalnya, beberapa proyek infrastruktur yang digeber terlebih dahulu bersifat jangka panjang seperti kereta api super cepat.
"Asal nanti setelah kuartal II/2015 yang tumbuh sudah mulai bergeser ke sektor industri, pertanian, pertambangan. Nanti multiplier effect-nya cukup besar. Walaupun sampai 6,6% tidak bisa," ujar dia.
Enny menambahkan, perbaikan infrastruktur jangka pendek seperti irigasi pertanian pun harus dibarengi dengan kebutuhan pendukung lainnya. Misal, penyediaan traktor harus diikuti dengan penyediaan air agar bisa digunakan petani untuk menanam.
"Ada traktor, tidak ada air, tidak bisa nanam. Industri selama kebutuhan energi tidak terpenuhi, tidak bisa terkejar. Jadi memang cukup jauh kan. Tapi kalau kuartal II ini beberapa proyek infrastruktur termasuk PMN fokus untuk menstimulus sektor riil, memang potensi 6% pada 2016 masih bisa dikejar," pungkas Enny.
(Baca: Target Ekonomi Sulit Dicapai Meski 10 Malaikat Turun)
Direktur Indef Enny Sri Hartati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan masih memiliki potensi untuk mencapai 6%, namun tidak sampai 6,6%.
Itupun harus digenjot dengan menggeser prioritas kepada sektor pertanian dan industri, bukan dengan memprioritaskan properti dan keuangan.
"Sebenarnya potensi bisa (ekonomi 6%) tapi tergantung. Tahun 2015 kan kecil 5,2%-5,3% saja. Tapi itu akan jadi 6% kalau yang 2015 tumbuh ke sektor tradable, seperti pertanian dan industri. Kalau bergeser ke sana baru bisa, kalau business as usual, seperti properti dan keuangan tidak mungkin," tuturnya kepada Sindonews di Jakarta, Jumat (1/5/2015).
Terlebih, sambung dia, pembangunan infrastruktur yang mulai dilakukan pemerintah tidak ada yang mampu memberikan dampak signifikan dalam jangka pendek. Pasalnya, beberapa proyek infrastruktur yang digeber terlebih dahulu bersifat jangka panjang seperti kereta api super cepat.
"Asal nanti setelah kuartal II/2015 yang tumbuh sudah mulai bergeser ke sektor industri, pertanian, pertambangan. Nanti multiplier effect-nya cukup besar. Walaupun sampai 6,6% tidak bisa," ujar dia.
Enny menambahkan, perbaikan infrastruktur jangka pendek seperti irigasi pertanian pun harus dibarengi dengan kebutuhan pendukung lainnya. Misal, penyediaan traktor harus diikuti dengan penyediaan air agar bisa digunakan petani untuk menanam.
"Ada traktor, tidak ada air, tidak bisa nanam. Industri selama kebutuhan energi tidak terpenuhi, tidak bisa terkejar. Jadi memang cukup jauh kan. Tapi kalau kuartal II ini beberapa proyek infrastruktur termasuk PMN fokus untuk menstimulus sektor riil, memang potensi 6% pada 2016 masih bisa dikejar," pungkas Enny.
(Baca: Target Ekonomi Sulit Dicapai Meski 10 Malaikat Turun)
(rna)