BRI Catat Laba Bersih Rp6,1 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) meraih laba bersih sebesar Rp6,1 triliun hingga 31 Maret 2015 atau tumbuh 3,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp5,9 triliun.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, faktor utama penyumbang laba bersih berasal dari pendapatan bunga yang mencapai Rp20,1 triliun atau tumbuh 22,0% dibanding kuartal I 2014. Pendapatan nonbunga mencapai Rp2,7 triliun atau tumbuh sebesar 51,1% dari periode yang sama sebelumnya. ”Sehingga total pendapatan mencapai Rp23,1 triliun atau meningkat 22,4%,” kata Asmawi saat paparan kinerja kuartal I 2015 Bank BRI di Jakarta, Kamis (30/4).
Dia mengungkapkan, peningkatan laba juga didukung kenaikan total aset sebesar 31,1% yaitu dari Rp595,7 triliun menjadi Rp781,2 triliun pada kuartal I tahun ini. Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir Maret 2015 mencapai Rp587,7 triliun atau naik 25,04% dibanding posisi yang sama pada 2014 sebesar Rp470 triliun.
Dari total DPK tersebut, Current Account & Saving Account (CASA) BRI juga mengalami pertumbuhan sebesar 12,2% atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata pertumbuhan CASA industri perbankan nasional yang sebesar 6,3% per Februari 2015. Di sisi lain, lanjut Asmawi, total kredit yang sudah disalurkan BRI juga mengalami pertumbuhan 9,4% menjadi Rp472,9 triliun.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, dari semua segmen kredit, segmen mikro masih mendominasi dengan pertumbuhan sebesar 15,9% menjadi Rp157,5 triliun. Dia mengungkapkan, pertumbuhan kredit tersebut diimbangi dengan posisi neraca yang likuid, Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat sebesar 80,5% pada Maret 2015.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL/non performing loan ) netto sebesar 0,6% dan gross sebesar 2,17%. Menurut Sunarso, kenaikan rasio kredit bermasalah pada kuartal I/2015 dinilai wajar mengingat kondisi perekonomian saat ini. Meski begitu, perseroan menargetkan rasio kredit bermasalah di angka 2,2% sampai akhir 2015. ”Saya kira angka itu dibandingkan industri masih dikatakan lebih baik,” ucapnya.
Dia menambahkan, untuk mencapai angka kredit bermasalah sekitar 2,2%, pihaknya akan memfokuskan pada sektor yang tidak mudah terpengaruh gejolak ekonomi seperti ritel dan menengah. Untuk itu, lanjutnya, perseroan akan membatasi lima segmen utama bisnis pada masing- masing wilayah dan akan fokus pengembangan portofolio di bisnis utama dan pengembangan di bisnis kluster.
”Ini yang related dengan target kita menjadi the biggest national payment bank . Jadi kita mengarah berbasis kluster sehingga cashflow mengalir dari nasabah korporasi, medium terus mikro,” ungkap dia. Selain itu, Bank BRI juga berhasil menjaga posisi permodalan yang solid dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio /CAR) tercatat sebesar 20,1% pada Maret 2015 dibandingkan 18,2% pada Maret 2014. Posisi net interest margin ( NIM) dari 9,06% di kuartal I/2014 menjadi 7,57%.
Menurut dia, ada tekanan cost of fund membuat posisi net interest margin menurun di kuartal I 2015. Meski begitu, penurunan NIM ini hanya bersifat sementara dan kemungkinan akan kembali normal pada akhir 2015 di angka 8%. Di samping itu, BRI juga terus memanfaatkan penggunaan teknologi terkini. Pemanfaatan jaringan e-channel dan e-banking untuk transaksi tersebut memberikan kontribusi positif bagi kinerja bisnis BRI melalui pertumbuhan pendapatan nonbunga (fee based income).
Menurut Sunarso, pendapatan nonbunga BRI di kuartal I tahun ini meningkat secara signifikan yaitu 40,2% dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh 86%. Dari segi pengguna, pemegang kartu ATM BRI mengalami kenaikan sebesar 66,3% dari 20,5 juta menjadi 34,4 juta di kuartal I tahun ini.
Sedangkan jumlah pengguna mobile banking BRI yang pada kuartal I/2014 tercatat sebanyak 6,7 juta, meningkat 39,9% menjadi 9,4 juta pada kuartal I/2015. Jumlah pengguna internet banking BRI naik 68,0%, dari 1,48 juta menjadi 2,3 juta. Dari sisi jumlah transaksi, transaksi di ATM BRI mengalami kenaikan 15,7%, dari 334,2 juta pada kuartal I/2014 menjadi 386,5 juta di kuartal satu tahun ini.
Pada mobile banking BRI jumlah transaksi pada kuartal I/2014 sebanyak 27,9 juta, meningkat hingga 25,4% menjadi 35 juta pada kuartal I/2015. Jumlah transaksi internet banking BRI naik 95,1% yoy, dari 10,5 juta menjadi 20,5 juta. ”Dari volume transaksi, di ATM BRI naik 6,4%, dari Rp216,9 triliun pada kuartal I/2014 lalu menjadi Rp230,9 triliun di kuartal I/2015,” imbuhnya.
Sedangkan volume transaksi mobile banking BRI pada kuartal I/2014 tercatat Rp8,7 triliun, meningkat hingga 126,7% menjadi Rp19,6 triliun pada kuartal I/2015. Volume transaksi internet banking BRI naik 202,8% yakni dari Rp11,4 triliun menjadi Rp34,4 triliun.
Kunthi fahmar sandy
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, faktor utama penyumbang laba bersih berasal dari pendapatan bunga yang mencapai Rp20,1 triliun atau tumbuh 22,0% dibanding kuartal I 2014. Pendapatan nonbunga mencapai Rp2,7 triliun atau tumbuh sebesar 51,1% dari periode yang sama sebelumnya. ”Sehingga total pendapatan mencapai Rp23,1 triliun atau meningkat 22,4%,” kata Asmawi saat paparan kinerja kuartal I 2015 Bank BRI di Jakarta, Kamis (30/4).
Dia mengungkapkan, peningkatan laba juga didukung kenaikan total aset sebesar 31,1% yaitu dari Rp595,7 triliun menjadi Rp781,2 triliun pada kuartal I tahun ini. Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir Maret 2015 mencapai Rp587,7 triliun atau naik 25,04% dibanding posisi yang sama pada 2014 sebesar Rp470 triliun.
Dari total DPK tersebut, Current Account & Saving Account (CASA) BRI juga mengalami pertumbuhan sebesar 12,2% atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata pertumbuhan CASA industri perbankan nasional yang sebesar 6,3% per Februari 2015. Di sisi lain, lanjut Asmawi, total kredit yang sudah disalurkan BRI juga mengalami pertumbuhan 9,4% menjadi Rp472,9 triliun.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, dari semua segmen kredit, segmen mikro masih mendominasi dengan pertumbuhan sebesar 15,9% menjadi Rp157,5 triliun. Dia mengungkapkan, pertumbuhan kredit tersebut diimbangi dengan posisi neraca yang likuid, Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat sebesar 80,5% pada Maret 2015.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL/non performing loan ) netto sebesar 0,6% dan gross sebesar 2,17%. Menurut Sunarso, kenaikan rasio kredit bermasalah pada kuartal I/2015 dinilai wajar mengingat kondisi perekonomian saat ini. Meski begitu, perseroan menargetkan rasio kredit bermasalah di angka 2,2% sampai akhir 2015. ”Saya kira angka itu dibandingkan industri masih dikatakan lebih baik,” ucapnya.
Dia menambahkan, untuk mencapai angka kredit bermasalah sekitar 2,2%, pihaknya akan memfokuskan pada sektor yang tidak mudah terpengaruh gejolak ekonomi seperti ritel dan menengah. Untuk itu, lanjutnya, perseroan akan membatasi lima segmen utama bisnis pada masing- masing wilayah dan akan fokus pengembangan portofolio di bisnis utama dan pengembangan di bisnis kluster.
”Ini yang related dengan target kita menjadi the biggest national payment bank . Jadi kita mengarah berbasis kluster sehingga cashflow mengalir dari nasabah korporasi, medium terus mikro,” ungkap dia. Selain itu, Bank BRI juga berhasil menjaga posisi permodalan yang solid dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio /CAR) tercatat sebesar 20,1% pada Maret 2015 dibandingkan 18,2% pada Maret 2014. Posisi net interest margin ( NIM) dari 9,06% di kuartal I/2014 menjadi 7,57%.
Menurut dia, ada tekanan cost of fund membuat posisi net interest margin menurun di kuartal I 2015. Meski begitu, penurunan NIM ini hanya bersifat sementara dan kemungkinan akan kembali normal pada akhir 2015 di angka 8%. Di samping itu, BRI juga terus memanfaatkan penggunaan teknologi terkini. Pemanfaatan jaringan e-channel dan e-banking untuk transaksi tersebut memberikan kontribusi positif bagi kinerja bisnis BRI melalui pertumbuhan pendapatan nonbunga (fee based income).
Menurut Sunarso, pendapatan nonbunga BRI di kuartal I tahun ini meningkat secara signifikan yaitu 40,2% dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh 86%. Dari segi pengguna, pemegang kartu ATM BRI mengalami kenaikan sebesar 66,3% dari 20,5 juta menjadi 34,4 juta di kuartal I tahun ini.
Sedangkan jumlah pengguna mobile banking BRI yang pada kuartal I/2014 tercatat sebanyak 6,7 juta, meningkat 39,9% menjadi 9,4 juta pada kuartal I/2015. Jumlah pengguna internet banking BRI naik 68,0%, dari 1,48 juta menjadi 2,3 juta. Dari sisi jumlah transaksi, transaksi di ATM BRI mengalami kenaikan 15,7%, dari 334,2 juta pada kuartal I/2014 menjadi 386,5 juta di kuartal satu tahun ini.
Pada mobile banking BRI jumlah transaksi pada kuartal I/2014 sebanyak 27,9 juta, meningkat hingga 25,4% menjadi 35 juta pada kuartal I/2015. Jumlah transaksi internet banking BRI naik 95,1% yoy, dari 10,5 juta menjadi 20,5 juta. ”Dari volume transaksi, di ATM BRI naik 6,4%, dari Rp216,9 triliun pada kuartal I/2014 lalu menjadi Rp230,9 triliun di kuartal I/2015,” imbuhnya.
Sedangkan volume transaksi mobile banking BRI pada kuartal I/2014 tercatat Rp8,7 triliun, meningkat hingga 126,7% menjadi Rp19,6 triliun pada kuartal I/2015. Volume transaksi internet banking BRI naik 202,8% yakni dari Rp11,4 triliun menjadi Rp34,4 triliun.
Kunthi fahmar sandy
(ftr)