Lifting Minyak 2016 Diprediksi Turun

Senin, 04 Mei 2015 - 12:24 WIB
Lifting Minyak 2016 Diprediksi Turun
Lifting Minyak 2016 Diprediksi Turun
A A A
JAKARTA - Rata-rata produksi siap jual (lifting) minyak tahun depan diperkirakan menurun seiring berkurangnya aktivitas pengeboran pada tahun ini akibat merosotnya harga minyak dunia.

Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Benny Lubiantara mengatakan, ada revisi Work Program & Budget (WP&B) 2015 akan berdampak langsung pada lifting minyak tahun depan.

Penurunan lifting minyak tidak bisa dihindari apabila tidak dilakukan peningkatan kegiatan pengembangan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). ”Kita lihat pada 2016 dampak penurunan akan terasa signifikan. Kalau revisi WP&B 2015 saat ini sudah membahas 30 wilayah kerja (WK) dari 76 WK yang berproduksi atau sudah separuhnya,” ujar Benny di Jakarta baru-baru ini.

Menurut dia, tahun ini proyeksi penurunan lifting minyak sebesar 5% berasal dari angka WP&B 2015 sebesar 849.000 barel per hari (bph) karena penurunan kegiatan pengeboran hingga 20- 30%. Penurunan tersebut bukan dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015, melainkan dari WP&B 2015 ditargetkan 849.000 bph. WP&B 2015 juga menetapkan investasi hulu migas sebesar USD22,2 miliar, turun 13,3% dibanding 2014 sebesar USD25,64miliar.

Investasi 2015 mencakup USD14,8 miliar untuk kegiatan pengeboran 952 sumur work over dan pemeliharaan 38.914 sumur. Untuk biaya pengembangan 783 sumur diprediksi menelan investasi USD4,7 miliar dan sisa USD2,7 miliar akan digunakan untuk menutupi biaya lainnya seperti administrasi dan biaya umum.

Dalam APBNP 2015, lifting minyak ditargetkan sebesar 825.000 bph. Data SKK Migas menyebutkan produksi ratarata minyak pada Januari, Februari, dan Maret 2015 masingmasing sebesar 768.000 bph, 765.000 bph, dan 765.000 bph. Menurut Benny, penurunan lifting dipengaruhi anjloknya harga minyak dunia dengan acuan harga minyak Indonesia crude price (ICP) yang kini berada di kisaran USD50 - 60 per barel.

Kondisi inilah yang kemudian membuat banyak KKKS merevisi target WP&B tahun ini. ”Walau penurunan belum signifikan, ada revisi penurunan biaya dan kegiatan sebanyak 20% sampai 30% tahun ini. Mungkin akhir Mei revisinya akan keluar,” ungkap dia

Pengamat energi John Karamoy mengatakan, wajar apabila perusahaan-perusahaan minyak mengurangi kegiatan operasinya dan otomatis memengaruhi penurunan target lifting minyak tahun depan. SKK Migas pun dinilai tidak memiliki kuasa menekan pengusaha minyak untuk mempertahankan investasi. ”Kalau penurunan operasinya lebih dari 50%, akan lebih cepat lagi penurunannya,” ujarnya.

Dia juga mengatakan saat harga minyak dunia sedang jatuh, perusahaan-perusahaan minyak di dunia juga pasti akan mengurangi kegiatan dan investasinya. Dengan demikian, perusahaan minyak tersebut hanya akan berupaya untuk mempertahankan produksinya.

”Kendati demikian, apabila ada sesuatu hal yang bisa membuat harga minyak dunia kembali naik, ada kemungkinan kegiatan operasi dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan- perusahaan minyak akan bertambah,” sebutnya.

Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam mengatakan, Pertamina ikut merevisi WP&B tahun ini dengan menunda pengeboran 100 sumur produksi baru. Penundaan tersebut karena dinilai pengembangan sumur-sumur produksi baru tidak ekonomis. ”Kalau mengebor biaya mahal, tapi produksinya kecil, kan tidak ekonomis. Buat apa dilakukan, kan meningkatkan produksi tidak hanya melakukan pengeboran, kita bisa dengan work over, dengan reaktifisasi sumur, dan lainnya,” kata dia.

Pada kuartal I/2015, Pertamina mencatat peningkatan produksi migas 10,7%. Jika pada Januari 2015 produksi mencapai 519.000 barrel oil equivalent per day (boepd) pada Februari meningkat menjadi 520.000 boepd dan menjadi 547.000 boepd pada Maret 2015.

Nanang wijayanto
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5800 seconds (0.1#10.140)