China Hindari PHK Massal Saat Ekonomi Melemah

Kamis, 07 Mei 2015 - 09:40 WIB
China Hindari PHK Massal Saat Ekonomi Melemah
China Hindari PHK Massal Saat Ekonomi Melemah
A A A
Saat ekonomi China melemah, pertumbuhan tampaknya akan berada di bawah 7%. Kondisi ini membuat Pemerintah China bergerak cepat menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Perusahaan-perusahaan negara didorong untuk tetap mempertahankan pegawainya.

Pemerintah juga menawarkan subsidi dan keringanan pajak pada perusahaan-perusahaan yang tidak memecat pegawainya. Beberapa bisnis bahkan merekrut pegawai baru meski pertumbuhan ekonomi lemah. Sejumlah kebijakan pemerintahan tampaknya mulai membuahkan hasil.

”Tidak ada masalah besar di sektor tenaga kerja. Mereka (para pemimpin) khawatir tentang risiko keuangan dan risiko utang,” ujar seorang ekonom senior di Development Research Centre, think tank yang berafiliasi dengan kabinet China, pada kantor berita Reuters . Kendati demikian, berbagai hal dapat berubah cepat.

Dalam salah satu sinyal pertama tekanan pada pasar tenaga kerja China, Pemerintah Daerah Liaoning menyatakan, pada April pihaknya memangkas target penciptaan lapangan kerja 2015 menjadi 400.000 dari 700.000, mencerminkan tren sektor tenaga kerja yang memburuk. Pernyataan itu muncul seiring data yang menunjukkan ekonomi salah satu provinsi di China itu hanya tumbuh 1,9% pada kuartal I/2015, terendah dibandingkan 31 provinsi dan wilayah China.

Hilangnya peluang kerja atau peningkatan pengangguran selalu mengkhawatirkan bagi Pemerintah China yang terobsesi pada stabilitas. Apalagi dengan, adanya 7,5 juta lulusan universitas yang diperkirakan bergabung pada pasar tenaga kerja tahun ini. Peningkatan jumlah pengangguran dapat mendorong pemerintah memperkuat langkah kebijakan ekonomi.

”Sejauh kami dapat mencegah orang kehilangan pekerjaan mereka dan mencegah kerusuhan sosial, kita harus menaikkan gaji dan menyediakan keamanan sosial serta pensiun,” ujar seorang peneliti di badan perencana ekonomi China, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC). Pada kuartal I/2015, saat pertumbuhan merosot menjadi 7%, tingkat pengangguran resmi tetap tidak berubah.

Tingkat pengangguran bertahan 4,05% pada akhir Maret, dibandingkan 4,1% pada akhir 2014. Kendati demikian, data itu tidak cukup relevan untuk 274 juta pekerja migran perkotaan yang paling rentan kehilangan pekerjaan saat ekonomi melemah. Bahkan, sejumlah indikator telah menunjukkan tekanan yang terus bertambah. Survei privat sektor manufaktur China menunjukkan, pabrik-pabrik telah memangkas lapangan kerja untuk 18 bulan.

Adapun data pemerintah menunjukkan, penciptaan lapangan kerja melemah pada kuartal I/2015 menjadi 3,24 juta, dari 3,44 juta setahun lalu. Lebih buruk lagi, data ekonomi yang mengecewakan pada Maret meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan tahunan mungkin kurang dari 7%. Jumlah tersebut lebih rendah dari pertumbuhan 7,2% yang diperlukan pada 2014 untuk menciptakan 10 juta lapangan kerja baru.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6515 seconds (0.1#10.140)