Menteri Edy Perkenalkan Alat Mitigasi Tsunami Berbiaya Murah
Sabtu, 18 Juli 2020 - 12:07 WIB
JAKARTA - Secara geografis, posisi Indonesia berada pada jalur cincin api (ring of fire) dan pertemuan tiga lempeng besar yang saling bertumbukan. Hal tersebut mengakibatkan Indonesia rawan terjadi bencana gempa dan tsunami.
Berbagai bencana yang terjadi, seperti tsunami, kerap kali menelan banyak korban jiwa. Salah satu faktor penyebab tingginya korban jiwa dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat pesisir pada khususnya, mengenai tanda-tanda tsunami dan tindakan awal yang harus dilakukan.
(Baca Juga: Pemerintah Akan Menata Ulang Kabel Bawah Laut di Kepri )
Menanggapi prevalensi bencana di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) tengah mengembangkan pendekatan berbasis masyarakat untuk kesiapsiagaan tsunami sebagai sarana untuk mengarusutamakan upaya mitigasi bencana di antara masyarakat pesisir.
Di samping itu, KKP juga telah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang efisien dan efektif yang dapat dengan mudah ditiru dan dikembangkan di daerah-daerah rawan tsunami. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, mengatakan bahwa perencanaan tata ruang pantai dan memberdayakan masyarakat, serta menilai peran mereka adalah kunci keberhasilan mitigasi tsunami.
“Pentingnya komponen kultural dalam kerangka mitigasi gelombang tsunami mendorong para peneliti di BRDSM untuk mengembangkan sebuah alat deteksi tsunami yang dapat diproduksi, dijaga dan dipelihara langsung oleh masyarakat dan melengkapi sistem eksisting yang ada," kata Edy dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (18/7/2020).
(Baca Juga: Yuks, Belajar Seluk Beluk Keluatan dan Perikanan Lewat e-Jaring )
Kata dia, KKP saat ini telah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami berbasis pemantauan muka air di mana komponen keterlibatan dan budaya kesadaran masyarakat diperkuat secara bersamaan.
"Sistem sederhana ini memanfaatkan pengukuran muka air secara rapat dan cepat (real time) dan dapat memberikan peringatan dini secara cepat ke perangkat yang ditetapkan (email dan SMS),” terang menteri Edhy.
Sambung dia, alat sistem peringatan dini tsunami yang diberi nama IDSL (Inexpensive Device for Sea Level measurement) atau PUMMA (Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air laut) merupakan buah karya kerja sama antara Pusriskel BRSDM KKP, Joint Research Centre – European Comission, Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) dan Badan Informasi Geospasial (BIG).
“Alat ini tidak hanya memberikan informasi langsung tentang perubahan kenaikan permukaan laut karena anomali yang tiba-tiba, tetapi juga memperkuat kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap peristiwa tsunami di masa depan,” tandasnya.
Berbagai bencana yang terjadi, seperti tsunami, kerap kali menelan banyak korban jiwa. Salah satu faktor penyebab tingginya korban jiwa dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat pesisir pada khususnya, mengenai tanda-tanda tsunami dan tindakan awal yang harus dilakukan.
(Baca Juga: Pemerintah Akan Menata Ulang Kabel Bawah Laut di Kepri )
Menanggapi prevalensi bencana di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) tengah mengembangkan pendekatan berbasis masyarakat untuk kesiapsiagaan tsunami sebagai sarana untuk mengarusutamakan upaya mitigasi bencana di antara masyarakat pesisir.
Di samping itu, KKP juga telah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang efisien dan efektif yang dapat dengan mudah ditiru dan dikembangkan di daerah-daerah rawan tsunami. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, mengatakan bahwa perencanaan tata ruang pantai dan memberdayakan masyarakat, serta menilai peran mereka adalah kunci keberhasilan mitigasi tsunami.
“Pentingnya komponen kultural dalam kerangka mitigasi gelombang tsunami mendorong para peneliti di BRDSM untuk mengembangkan sebuah alat deteksi tsunami yang dapat diproduksi, dijaga dan dipelihara langsung oleh masyarakat dan melengkapi sistem eksisting yang ada," kata Edy dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (18/7/2020).
(Baca Juga: Yuks, Belajar Seluk Beluk Keluatan dan Perikanan Lewat e-Jaring )
Kata dia, KKP saat ini telah mengembangkan sistem peringatan dini tsunami berbasis pemantauan muka air di mana komponen keterlibatan dan budaya kesadaran masyarakat diperkuat secara bersamaan.
"Sistem sederhana ini memanfaatkan pengukuran muka air secara rapat dan cepat (real time) dan dapat memberikan peringatan dini secara cepat ke perangkat yang ditetapkan (email dan SMS),” terang menteri Edhy.
Sambung dia, alat sistem peringatan dini tsunami yang diberi nama IDSL (Inexpensive Device for Sea Level measurement) atau PUMMA (Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air laut) merupakan buah karya kerja sama antara Pusriskel BRSDM KKP, Joint Research Centre – European Comission, Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) dan Badan Informasi Geospasial (BIG).
“Alat ini tidak hanya memberikan informasi langsung tentang perubahan kenaikan permukaan laut karena anomali yang tiba-tiba, tetapi juga memperkuat kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap peristiwa tsunami di masa depan,” tandasnya.
(akr)
tulis komentar anda