Takut Rusia, Moldova Ingin Gabung dengan Uni Eropa Secepatnya
Sabtu, 20 Mei 2023 - 23:00 WIB
CHISINAU - Moldova menginginkan keanggotaan Uni Eropa (UE) secepat mungkin sebagai perlindungan terhadap ancaman dari Rusia . Presiden Maia Sandu mengatakan, kepada AFP dalam sebuah wawancara bahwa, dia berharap dapat memulai pembicaraan dalam beberapa bulan ke depan.
Negara kecil berpenduduk 2,6 juta orang yang terletak di antara Rumania dan Ukraina yang dilanda perang, pada 1 Juni akan menggelar pertemuan puncak besar pertama di Eropa.
Pertemuan Komunitas Politik Eropa itu –sebuah forum yang dibuat tahun lalu yang menyatukan para pemimpin dari semua 27 negara Uni Eropa dengan 20 tetangga blok itu– akan menjadi kesempatan bagi Moldova untuk membakar kredensial soal kandidatnya.
Bagi Sandu, keanggotaan Uni Eropa adalah satu-satunya jaminan saat menjadi target Rusia berikutnya. Negara bekas republik Soviet itu sudah memiliki wilayah yang memisahkan diri, Transnistria di mana Rusia telah menempatkan sejumlah kecil pasukan.
"Tentu saja, tidak ada yang sebanding dengan apa yang terjadi di Ukraina, tetapi kami melihat risikonya dan kami percaya bahwa kami dapat menyelamatkan demokrasi kami hanya sebagai bagian dari Uni Eropa," katanya.
"Kami percaya bahwa Rusia akan terus menjadi sumber ketidakstabilan besar untuk tahun-tahun mendatang dan kami perlu melindungi diri kami sendiri," tambah Sandu di sela-sela KTT Dewan Eropa di Islandia yang berakhir pada hari Selasa, lalu.
Pemimpin berusia 50 tahun itu, yang menjabat sejak 2020, pada Februari menuduh Rusia mengobarkan kudeta untuk mencoba merebut kekuasaan di Moldova.
"Perang Ukraina membuat segalanya menjadi hitam dan putih. Jadi sangat jelas apa arti dunia bebas, dan apa arti dunia otoriter, bagi kita semua," ungkapnya.
Negara kecil berpenduduk 2,6 juta orang yang terletak di antara Rumania dan Ukraina yang dilanda perang, pada 1 Juni akan menggelar pertemuan puncak besar pertama di Eropa.
Pertemuan Komunitas Politik Eropa itu –sebuah forum yang dibuat tahun lalu yang menyatukan para pemimpin dari semua 27 negara Uni Eropa dengan 20 tetangga blok itu– akan menjadi kesempatan bagi Moldova untuk membakar kredensial soal kandidatnya.
Bagi Sandu, keanggotaan Uni Eropa adalah satu-satunya jaminan saat menjadi target Rusia berikutnya. Negara bekas republik Soviet itu sudah memiliki wilayah yang memisahkan diri, Transnistria di mana Rusia telah menempatkan sejumlah kecil pasukan.
"Tentu saja, tidak ada yang sebanding dengan apa yang terjadi di Ukraina, tetapi kami melihat risikonya dan kami percaya bahwa kami dapat menyelamatkan demokrasi kami hanya sebagai bagian dari Uni Eropa," katanya.
"Kami percaya bahwa Rusia akan terus menjadi sumber ketidakstabilan besar untuk tahun-tahun mendatang dan kami perlu melindungi diri kami sendiri," tambah Sandu di sela-sela KTT Dewan Eropa di Islandia yang berakhir pada hari Selasa, lalu.
Pemimpin berusia 50 tahun itu, yang menjabat sejak 2020, pada Februari menuduh Rusia mengobarkan kudeta untuk mencoba merebut kekuasaan di Moldova.
"Perang Ukraina membuat segalanya menjadi hitam dan putih. Jadi sangat jelas apa arti dunia bebas, dan apa arti dunia otoriter, bagi kita semua," ungkapnya.
(akr)
tulis komentar anda