Waspada! Awal Pekan IHSG Bakal Dipojokkan di Area 6.640-6.660
Sabtu, 27 Mei 2023 - 10:30 WIB
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan ( IHSG ) berpeluang melanjutkan tekanan pada awal pekan depan Senin (29/5), setelah tak berdaya pada penutupan Jumat (26/5). Secara teknikal penutupan akhir minggu ini menandai adanya breaklow level psikologis di 6.700.
"Waspadai pelemahan lanjutan ke support area 6.640-6.660 pada Senin," tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, dikutip Sabtu (27/5/2023).
Secara fundamental, kondisi makro dalam negeri masih terhitung stabil setelah Bank Indonesia ( BI ) kembali mempertahankan suku bunga acuan di 5,75%. Namun, pertumbuhan kredit bank mengalami perlambatan menjadi 8,08% yoy pada periode April 2023, dibandingkan Maret sebesar 9,37% yoy.
Dari sisi eksternal, terutama Amerika Serikat, pelaku pasar tampak masih meraba sinyal kesepakatan penambahan plafon utang (debt ceiling) demi menghindarkan negeri Paman Sam dari kondisi gagal bayar (default). Kabar ini tampaknya membawa angin segar bagi tiga indeks utama Wall Street pada pembukaan Jumat kemarin.
Perwakilan Gedung Putih dan Partai Republik dikabarkan semakin dekat untuk mencapai kesepakatan dalam menaikkan jumlah utang dan membatasi belanja Pemerintah AS dalam dua tahun ke depan.
"Di bawah kesepakatan yang akan dicapai ini, belanja pertahanan diizinkan untuk dinaikkan 3% tahun depan sesuai permintaan Presiden Joe Biden," terang Philip Sekuritas Indonesia dalam risetnya.
Di sisi lain, peningkatan indeks konsumsi pribadi (PCE) periode April 2023 sebesar 4,4% yoy kembali meningkatkan kecemasan pasar terhadap kemungkinan pengetatan moneter. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 4,2%. PCE yang notabene menjadi alat bagi bank sentral AS (Federal Reserve) untuk mengukur inflasi itu juga meningkat 0,4% secara bulanan (MoM), dari bulan lalu di level 0,1% MoM.
"Walaupun suku bunga acuan (Indonesia) jauh berada di atas inflasi dan nilai tukar rupiah relatif stabil, tapi risiko dari kenaikan suku bunga acuan The Fed masih cukup besar," lanjut Phintraco.
Pada pekan depan, sejumlah data makro regional juga menjadi perhatian investor. China bakal merilis data NBS Manufacturing PMI periode Mei 2023 pada Rabu (31/5), dan AS akan mengumumkan data ISM Manufacturing PMI terbaru pada Kamis (1/6).
Sebagai catatan, IHSG ditutup melemah 0,26% di 6.687,00 pada Jumat (26/5). Sebanyak 204 saham menguat, 324 melemah, dan 209 lainnya stagnan. Transaksi mencapai Rp9,26 triliun, dengan volume bersih 21,53 miliar lembar saham.
"Waspadai pelemahan lanjutan ke support area 6.640-6.660 pada Senin," tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, dikutip Sabtu (27/5/2023).
Secara fundamental, kondisi makro dalam negeri masih terhitung stabil setelah Bank Indonesia ( BI ) kembali mempertahankan suku bunga acuan di 5,75%. Namun, pertumbuhan kredit bank mengalami perlambatan menjadi 8,08% yoy pada periode April 2023, dibandingkan Maret sebesar 9,37% yoy.
Dari sisi eksternal, terutama Amerika Serikat, pelaku pasar tampak masih meraba sinyal kesepakatan penambahan plafon utang (debt ceiling) demi menghindarkan negeri Paman Sam dari kondisi gagal bayar (default). Kabar ini tampaknya membawa angin segar bagi tiga indeks utama Wall Street pada pembukaan Jumat kemarin.
Perwakilan Gedung Putih dan Partai Republik dikabarkan semakin dekat untuk mencapai kesepakatan dalam menaikkan jumlah utang dan membatasi belanja Pemerintah AS dalam dua tahun ke depan.
"Di bawah kesepakatan yang akan dicapai ini, belanja pertahanan diizinkan untuk dinaikkan 3% tahun depan sesuai permintaan Presiden Joe Biden," terang Philip Sekuritas Indonesia dalam risetnya.
Di sisi lain, peningkatan indeks konsumsi pribadi (PCE) periode April 2023 sebesar 4,4% yoy kembali meningkatkan kecemasan pasar terhadap kemungkinan pengetatan moneter. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 4,2%. PCE yang notabene menjadi alat bagi bank sentral AS (Federal Reserve) untuk mengukur inflasi itu juga meningkat 0,4% secara bulanan (MoM), dari bulan lalu di level 0,1% MoM.
"Walaupun suku bunga acuan (Indonesia) jauh berada di atas inflasi dan nilai tukar rupiah relatif stabil, tapi risiko dari kenaikan suku bunga acuan The Fed masih cukup besar," lanjut Phintraco.
Pada pekan depan, sejumlah data makro regional juga menjadi perhatian investor. China bakal merilis data NBS Manufacturing PMI periode Mei 2023 pada Rabu (31/5), dan AS akan mengumumkan data ISM Manufacturing PMI terbaru pada Kamis (1/6).
Sebagai catatan, IHSG ditutup melemah 0,26% di 6.687,00 pada Jumat (26/5). Sebanyak 204 saham menguat, 324 melemah, dan 209 lainnya stagnan. Transaksi mencapai Rp9,26 triliun, dengan volume bersih 21,53 miliar lembar saham.
(uka)
tulis komentar anda