Mengejutkan, Airbus Uji Pesawat Terbang Tanpa Pilot
Senin, 03 Juli 2023 - 08:02 WIB
"Pesawat perlu, dengan sendirinya, memulihkan semua informasi. Jadi, pesawat perlu mendengarkan pesan bandara dari kontrol lalu lintas udara.
"Kemudian pesawat harus memilih bandara yang paling sesuai untuk pengalihan," katanya.
Project Dragonfly melakukan dua kali pendaratan darurat yang sukses.
Selama penerbangan uji coba, pengawas lalu lintas udara Prancis sepenuhnya memahami situasi dan pesawat mendarat dengan selamat. "Ini benar-benar prestasi yang luar biasa," kata Mendes.
Untungnya, hampir semua pendaratan tidak terlalu dramatis, dan Project Dragonfly juga melihat jenis yang lebih biasa. Sebagian besar bandara besar memiliki teknologi yang memandu pesawat ke landasan pacu, yang disebut pendekatan presisi.
Namun tidak semua bandara di dunia memiliki teknologi tersebut, sehingga Airbus mencari cara lain untuk mendarat. Project Dragonfly mengeksplorasi penggunaan berbagai sensor untuk membantu pesawat melakukan pendaratan otomatis.
Ini termasuk menggunakan kombinasi kamera biasa, inframerah dan teknologi radar. Tim ini juga mengumpulkan data dari seluruh dunia, sehingga semua jenis kondisi cuaca dapat dimodelkan.
Selain memberikan lebih banyak informasi kepada pesawat, sensor tambahan memberikan kejelasan ekstra kepada pilot, saat memantau pendaratan. Misalnya, kamera inframerah berguna dalam kondisi berawan, karena semakin dekat Anda dengan objek, semakin banyak panas yang dapat ditangkap oleh sensor inframerah.
"Teknologi ini akan membuat pilot merasa nyaman dengan fakta bahwa dia benar-benar sejajar dan berada di jalur yang tepat untuk menuju landasan pacu," kata Nuria Torres Mataboch, seorang insinyur visi komputer pada proyek Dragonfly.
Selain itu, ia tidak yakin bahwa pesawat yang terbang sendiri akan mampu menangani skenario kompleks yang muncul. "Otomatisasi tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan oleh dua pilot yang terlatih dan beristirahat di dek penerbangan," ujarnya dari markasnya di bandara Sydney.
"Kemudian pesawat harus memilih bandara yang paling sesuai untuk pengalihan," katanya.
Project Dragonfly melakukan dua kali pendaratan darurat yang sukses.
Selama penerbangan uji coba, pengawas lalu lintas udara Prancis sepenuhnya memahami situasi dan pesawat mendarat dengan selamat. "Ini benar-benar prestasi yang luar biasa," kata Mendes.
Untungnya, hampir semua pendaratan tidak terlalu dramatis, dan Project Dragonfly juga melihat jenis yang lebih biasa. Sebagian besar bandara besar memiliki teknologi yang memandu pesawat ke landasan pacu, yang disebut pendekatan presisi.
Namun tidak semua bandara di dunia memiliki teknologi tersebut, sehingga Airbus mencari cara lain untuk mendarat. Project Dragonfly mengeksplorasi penggunaan berbagai sensor untuk membantu pesawat melakukan pendaratan otomatis.
Ini termasuk menggunakan kombinasi kamera biasa, inframerah dan teknologi radar. Tim ini juga mengumpulkan data dari seluruh dunia, sehingga semua jenis kondisi cuaca dapat dimodelkan.
Selain memberikan lebih banyak informasi kepada pesawat, sensor tambahan memberikan kejelasan ekstra kepada pilot, saat memantau pendaratan. Misalnya, kamera inframerah berguna dalam kondisi berawan, karena semakin dekat Anda dengan objek, semakin banyak panas yang dapat ditangkap oleh sensor inframerah.
"Teknologi ini akan membuat pilot merasa nyaman dengan fakta bahwa dia benar-benar sejajar dan berada di jalur yang tepat untuk menuju landasan pacu," kata Nuria Torres Mataboch, seorang insinyur visi komputer pada proyek Dragonfly.
Selain itu, ia tidak yakin bahwa pesawat yang terbang sendiri akan mampu menangani skenario kompleks yang muncul. "Otomatisasi tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan oleh dua pilot yang terlatih dan beristirahat di dek penerbangan," ujarnya dari markasnya di bandara Sydney.
tulis komentar anda