Sri Mulyani Bicara Soal Ramalan Ekonomi Dunia Akan Gelap Gulita

Senin, 31 Juli 2023 - 13:09 WIB
Menteri Keuangan atau Menkeu, Sri Mulyani Indrawati bicara soal ramalan yang menyebutkan ekonomi global bakal gelap gulita tahun ini. Foto/Dok
JAKARTA - Menteri Keuangan atau Menkeu, Sri Mulyani Indrawati bicara soal ramalan yang menyebutkan ekonomi global bakal gelap gulita tahun ini. Hal itu menjadi oleh-oleh Menkeu usai menghadiri pertemuan G20 di India pekan lalu.

"Kondisi ekonomi global , dunia akan gelap gulita pada tahun 2023 ini karena pertumbuhan dunia diramal hanya 2,1%. Ini turun drastis dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang 6,3%," ujar Sri Mulyani dalam Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah Periode I 2023 di Jakarta, Senin (31/7/2023).





Maka dari itu, diperkirakan banyak negara akan mengalami resesi. Sekarang, situasi sudah di pertengahan tahun, dan kondisinya ternyata agak lebih baik dari yang semula diperkirakan.

"Namun kalau kita lihat, pertumbuhan perdagangan dunia ini at the lowest point, paling rendah hanya 2,0%. Tahun 2021 pertumbuhan perdagangan global mencapai 10,7%," ungkap Sri Mulyani.



Dia mengatakan, kalau dunia tidak saling berdagang, pasti ada bagian dunia yang membutuhkan barang atau jasa tapi tidak mendapatkannya, dan kemudian akan mendorong harga-harga menjadi naik. Inilah alasan disrupsi yang terjadi baik dari sisi supply maupun perdagangan serta dari sisi distribusi akan sangat menentukan inflasi.

"Inflasi tertinggi terjadi di tahun 2022, seluruh dunia mengalami kenaikan yang sangat tinggi, inflasinya di 8,7% dari yang tadinya 0%, atau mendekati 0. Negara maju, bahkan beberapa di antaranya mengalami deflasi namun kemudian melonjak menjadi 7,3%," tambah Sri.

Hal ini menggerus daya beli, dan berdampak pada permintaan yang menurun, kegiatan produksi pun juga akan mulai menurun. Indikator PMI Manufaktur di Juni 2023, mayoritas sebesar 61,9% dari negara G20 dan ASEAN-6 mengalami kontraksi, di antaranya adalah AS, Eropa, Jerman, Prancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Italia, Brazil, Afrika Selatan, dan Singapura.

Sebanyak 23,8% yang ekspansinya melambat, antara lain China, Thailand, Filipina, India, dan Rusia. Kemudian hanya 14,3% yang mengalami ekspansi dan akselerasi, yaitu Indonesia, Turki, dan Meksiko.

"Ini yang kontraksi negara-negara besar, bahkan negara tetangga kita Malaysia dan Vietnam juga kontraktif, ini yang menggambarkan bahwa dampak perlemahan ekonomi global akibat termasuk salah satunya inflasi yang menggerus daya beli itu sangat besar," pungkas Sri.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More