Sri Mulyani Sebut Dampak Perlambatan Ekonomi Global Mulai Terasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mewaspadai perlambatan ekonomi global yang sudah mulai terasa. Hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dia melaporkan sampai bulan Juni 2023 mencapai USD20,61 miliar, atau turun 21,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Nilai ekspor hampir dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2021 dan 2022 itu sangat tinggi, tentu karena harga komoditas yang waktu itu melambung sangat besar namun juga karena kemampuan Indonesia untuk menjaga ekspornya," jelas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Juli 2023 secara virtual di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Menurut dunia perlambatan ekonomi global juga mempengaruhi permintaan terhadap barang ekspor serta harga komoditas juga mengalami koreksi.
"Sehingga kita lihat, tren dari ekspor mulai mengalami penurunan dari sisi growth yang double digit yang sangat tinggi sekarang bahkan kontraksi," jelasnya.
Sementara itu, impor tercatat USD17,15 miliar atau turun tajam hingga 18,3% yoy. DIa mengatakan, industri manufaktur yang terafiliasi dengan ekspor akan terpengaruh dengan potensi demand-nya.
"Neraca perdagangan kita hingga Juni 2023 tetap surplus sebesar USD3,45 miliar, meskipun ekspor dan impor keduanya kontraksi, tapi tingkat ekspor lebih tinggi daripada impor. Secara akumulasi periode Januari-Juni 2023, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD19,93 miliar," tambah Sri.
Menurutnya, ini adalah sebuah prestasi, yang artinya Indonesia berhasil mencatatkan surplus 38 bulan berturut-turut.
"Neraca perdagangan kita tetap terjaga surplus, dan ini mempengaruhi penguatan dari sektor neraca pembayaran atau external balance kita," kata dia.
Dia melaporkan sampai bulan Juni 2023 mencapai USD20,61 miliar, atau turun 21,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Nilai ekspor hampir dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2021 dan 2022 itu sangat tinggi, tentu karena harga komoditas yang waktu itu melambung sangat besar namun juga karena kemampuan Indonesia untuk menjaga ekspornya," jelas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Juli 2023 secara virtual di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Menurut dunia perlambatan ekonomi global juga mempengaruhi permintaan terhadap barang ekspor serta harga komoditas juga mengalami koreksi.
"Sehingga kita lihat, tren dari ekspor mulai mengalami penurunan dari sisi growth yang double digit yang sangat tinggi sekarang bahkan kontraksi," jelasnya.
Sementara itu, impor tercatat USD17,15 miliar atau turun tajam hingga 18,3% yoy. DIa mengatakan, industri manufaktur yang terafiliasi dengan ekspor akan terpengaruh dengan potensi demand-nya.
"Neraca perdagangan kita hingga Juni 2023 tetap surplus sebesar USD3,45 miliar, meskipun ekspor dan impor keduanya kontraksi, tapi tingkat ekspor lebih tinggi daripada impor. Secara akumulasi periode Januari-Juni 2023, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD19,93 miliar," tambah Sri.
Menurutnya, ini adalah sebuah prestasi, yang artinya Indonesia berhasil mencatatkan surplus 38 bulan berturut-turut.
"Neraca perdagangan kita tetap terjaga surplus, dan ini mempengaruhi penguatan dari sektor neraca pembayaran atau external balance kita," kata dia.
(nng)