Bank Raksasa AS Turunkan Pertumbuhan Ekonomi China, JPMorgan Pangkas Jadi 4,8%
Kamis, 17 Agustus 2023 - 07:38 WIB
JAKARTA - Sejumlah data ekonomi yang mengecewakan dari China telah mendorong bank-bank investasi di seluruh dunia memangkas proyeksi pertumbuhan tahun 2023. Gelombang pemotongan proyeksi ini menunjukkan adanya risiko China gagal mencapai target resmi pertumbuhan ekonomi 5% tanpa kebijakan yang lebih berfokus.
Terbaru adalah JPMorgan Chase & Co. Bank investasi terbesar asal AS ini telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2023 menjadi 4,8%. Padahal awal Mei lalu, bank tersebut masih memproyeksikan ekonomi China akan tumbuh 6,4% tahun ini.
Para ekonom JPMorgan, yang dipimpin oleh Haibin Zhu, kini memperkirakan pertumbuhan China sebesar 4,2% untuk tahun depan. Setelah pertumbuhan yang relatif rendah sebesar 3% pada tahun lalu, data yang dikompilasi oleh Bloomberg menunjukkan hal ini akan membuat China mengalami pertumbuhan di bawah 5% selama tiga tahun berturut-turut sejak zaman Mao Zedong.
Sementara itu, Barclays Plc memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,4 persen basis poin, menjadi 4,5% untuk tahun ini, sambil tetap mempertahankan proyeksi tahun 2024 di bawah konsensus sebesar 4%.
Para ekonom Barclays, termasuk Jian Chang, mengaitkan penurunan tersebut dengan data yang mengecewakan terkait konsumsi, perumahan, ekspor, dan kredit, serta kurangnya stimulus yang efektif.
Data aktivitas resmi bulan Juli menunjukkan pertumbuhan pengeluaran konsumen, produksi industri, dan investasi melambat, sementara tingkat pengangguran meningkat. Serangkaian data bukan Juni juga mengecewakan yang telah memicu sejumlah bank menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun penuh China bulan lalu.
Di antara mereka yang memangkas prediksi kali ini adalah Mizuho Financial Group Inc. Lembaga keuangan besar asal Jepang ini mengurangi proyeksi pertumbuhan PDB China tahun penuh menjadi 5% dari sebelumnya, yaitu 5.5%. Serena Zhou, ekonom senior bank tersebut untuk China, menyebut hambatan dari kelemahan berlanjut di pasar properti.
JPMorgan juga menyoroti masalah properti China. "Buruknya prospek pasar perumahan, terutama penurunan besar dalam pembelian tanah dan dimulainya rumah baru selama satu tahun lagi, cenderung meningkatkan tekanan" terhadap ekonomi, kata ekonom bank tersebut, dikutip Yahoo Finance dari Bloomberg, Kamis (17/8/2023).
Terbaru adalah JPMorgan Chase & Co. Bank investasi terbesar asal AS ini telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2023 menjadi 4,8%. Padahal awal Mei lalu, bank tersebut masih memproyeksikan ekonomi China akan tumbuh 6,4% tahun ini.
Para ekonom JPMorgan, yang dipimpin oleh Haibin Zhu, kini memperkirakan pertumbuhan China sebesar 4,2% untuk tahun depan. Setelah pertumbuhan yang relatif rendah sebesar 3% pada tahun lalu, data yang dikompilasi oleh Bloomberg menunjukkan hal ini akan membuat China mengalami pertumbuhan di bawah 5% selama tiga tahun berturut-turut sejak zaman Mao Zedong.
Sementara itu, Barclays Plc memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,4 persen basis poin, menjadi 4,5% untuk tahun ini, sambil tetap mempertahankan proyeksi tahun 2024 di bawah konsensus sebesar 4%.
Para ekonom Barclays, termasuk Jian Chang, mengaitkan penurunan tersebut dengan data yang mengecewakan terkait konsumsi, perumahan, ekspor, dan kredit, serta kurangnya stimulus yang efektif.
Data aktivitas resmi bulan Juli menunjukkan pertumbuhan pengeluaran konsumen, produksi industri, dan investasi melambat, sementara tingkat pengangguran meningkat. Serangkaian data bukan Juni juga mengecewakan yang telah memicu sejumlah bank menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun penuh China bulan lalu.
Di antara mereka yang memangkas prediksi kali ini adalah Mizuho Financial Group Inc. Lembaga keuangan besar asal Jepang ini mengurangi proyeksi pertumbuhan PDB China tahun penuh menjadi 5% dari sebelumnya, yaitu 5.5%. Serena Zhou, ekonom senior bank tersebut untuk China, menyebut hambatan dari kelemahan berlanjut di pasar properti.
JPMorgan juga menyoroti masalah properti China. "Buruknya prospek pasar perumahan, terutama penurunan besar dalam pembelian tanah dan dimulainya rumah baru selama satu tahun lagi, cenderung meningkatkan tekanan" terhadap ekonomi, kata ekonom bank tersebut, dikutip Yahoo Finance dari Bloomberg, Kamis (17/8/2023).
tulis komentar anda