Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil Hadapi Peningkatan Ketidakpastian Global
Senin, 30 Oktober 2023 - 22:09 WIB
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) memastikan sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
Divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut. Di AS, pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2023 tercatat meningkat sebesar 4,9 persen lebih tinggi dibandingkan Kuartal I 2023 sebesar 2,1 persen dengan pasar tenaga kerja terus membaik dan tekanan inflasi persisten tinggi.
"Hal ini mendorong meningkatnya sell-off di bond market AS sejalan dengan meningkatnya ekspektasi suku bunga higher for longer dan juga peningkatan supply UST untuk membiayai defisit AS. Sementara itu, risiko geopolitik global semakin meningkat seiring dengan konflik Israel dan Hamas, yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam siaran pers, Senin (30/10/2023).
Di Eropa, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi. Sementara di China, pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global.
Lebih lanjut, kenaikan yield surat utang di AS meningkatkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia, mendorong pelemahan terutama di pasar nilai tukar dan pasar obligasi secara cukup signifikan. Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar
saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat.
Di perekonomian domestik, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28 persen yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,2 persen. Namun, perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino. Secara umum, daya beli masih tertekan
tercermin dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen serta kinerja penjualan ritel yang rendah.
Divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut. Di AS, pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2023 tercatat meningkat sebesar 4,9 persen lebih tinggi dibandingkan Kuartal I 2023 sebesar 2,1 persen dengan pasar tenaga kerja terus membaik dan tekanan inflasi persisten tinggi.
"Hal ini mendorong meningkatnya sell-off di bond market AS sejalan dengan meningkatnya ekspektasi suku bunga higher for longer dan juga peningkatan supply UST untuk membiayai defisit AS. Sementara itu, risiko geopolitik global semakin meningkat seiring dengan konflik Israel dan Hamas, yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam siaran pers, Senin (30/10/2023).
Di Eropa, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi. Sementara di China, pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global.
Lebih lanjut, kenaikan yield surat utang di AS meningkatkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia, mendorong pelemahan terutama di pasar nilai tukar dan pasar obligasi secara cukup signifikan. Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar
saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat.
Di perekonomian domestik, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28 persen yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,2 persen. Namun, perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino. Secara umum, daya beli masih tertekan
tercermin dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen serta kinerja penjualan ritel yang rendah.
tulis komentar anda