Industri Sawit Sumbang Devisa Rp327 Triliun hingga Agustus 2023

Kamis, 02 November 2023 - 13:56 WIB
Ketua Umum Gapki Eddy Martono dalam acara pembukaan IPOC 2023 bertajuk Enhanching Resiliency Amid Market Ucertainty, di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kamis (2/11/2023). FOTO/Nanang Wijayanto
NUSA DUA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( Gapki ) mengungkapkan industri sawit Indonesia berhasil menyumbang devisa sebesar USD20,6 miliar atau Rp327 triliun periode Januari-Agustus 2023. Rinciannya, sebanyak 36,3 juta ton dari ekspor biodiesel, dan oleokimia lebih dari 23,4 juta ton.

"Industri sawit akan terus berkontribusi kepada negara meskipun dibayangi tantangan ekonomi dan geopolitik global," ujar Ketua Umum Gapki, Eddy Martono dalam acara IPOC 2023 bertajuk Enhanching Resiliency Amid Market Ucertainty, di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Kamis (2/11/2023).





Dia memproyeksikan sepanjang 2023 kinerja industri kelapa sawit tidak lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dari segi harga tahun ini tidak sebaik tahun lalu. Mengutip Investing.com, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada semester I 2023.

Pada semester I 2022, rata-rata harga CPO di bursa komoditas Rotterdam sempat mencapai USD 1.659,6 per ton. Kemudian pada semester I 2023 rata-rata harganya menjadi USD 950,8 per ton. Secara kumulatif, rata-rata harganya melemah 42,7% dibanding semester I tahun lalu. Berdasarkan prediksi Bank Dunia, harga minyak sawit akan cenderung naik lagi tahun depan rata-rata menjadi USD1.020 per ton pada 2024.

"Kami memperkirakan, harga baru akan bullish pada 2024 karena beberapa faktor salah satunya El Nino yang kami alami tahun ini akan mempengaruhi produksi tahun depan," kata dia.

Lebih lanjut, El Nino tahun ini juga diperkirakan akan mempengaruhi produksi tahun depan meskipun pemerintah menerapkan mandatori B35 dan peningkatan konsumsi pangan. Belum lagi, penurunan harga minyak sawit global yang dipicu melemahnya daya beli akibat perlambatan ekonomi di berbagai negara dan melimpahnya stok di negara-negara produsen.

"Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar mengalami stagnasi produksi dalam beberapa tahun terakhir juga akibat lambatnya kemajuan dalam penanaman kembali oleh petani kecil," kata dia.



Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Gapki, M Hadi Sugeng memproyeksikan produksi tahun ini tumbuh tipis di kisaran 5-10% CPO dan Crude Palm Karnel Oil. "Di kuartal III 2023 ini kemungkinan kita akan stagnasi produksi," jelasnya.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More