Gapki Dorong Percepatan Peremajaan Sawit Rakyat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mendorong percepatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk mengantisipasi menurunnya produksi minyak kelapa sawit di masa mendatang. Setiap tahun penanaman kembali atau replanting ditargetkan 5% dari total luas lahan sawit yang ada.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Gapki Eddy Martono dalam acara buka puasa di Jakarta, Jumat (14/4/2023). Eddy memerkirakan pada tahun ini akan ada kenaikan konsumsi minyak sawit hingga 3 juta ton.
"Kita akan lakukan percepatan PSR, melakukan replanting 5% dari lahan yang ada. Jangan sampai konsumsi naik tapi produksi turun," kata Eddy yang baru saja dikukuhkan menjadi Ketua Umum Gapki periode 2023-2028.
Berdasarkan data Gapki, produksi minyak sawit memang mengalami tren penurunan sejak September 2022. Pada Desember 2022, produksi minyak sawit sebesar 4,3 juta ton, kemudian turun menjadi 3,892 juta ton pada Januari 2023. Pada Februari kembali turun menjadi 3,883 juta ton.
Eddy mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan produksi minyak sawit terus menurun. Salah satunya adalah kenaikan harga pupuk hingga dua kali lipat, sehingga berpengaruh pada produksi sawit.
Menurutnya, saat ini stok Crude Palm Oil (CPO) sebesar 47 juta ton dengan konsumsi sekitar 23 juta ton. Melihat data itu, maka sejauh ini situasinya masih aman tapi tetap harus memperhatikan permintaan dunia terhadap minyak nabati. "Saya sangat berharap musim kemarau tahun ini tidak berkepanjangan, sehingga produksi sawit kembali naik," kata Eddy.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, berdasarkan data Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), di Indonesia berpeluang terjadinya Elnino kecil yang terus mengecil hingga memasuki akhir musim kemarau 2023. Menurut Mukti, kondisi itu diprediksi tidak akan begitu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Namun yang perlu diwaspadai adalah potensi kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau.
"Anggota Gapki harus mempersiapkan sarana, prasarana, dan sumber daya untuk menghadapi musik kemarau, termasuk kolaborasi dengan komunitas masyarakat peduli api (MPA).
Hal ini disampaikan Ketua Umum Gapki Eddy Martono dalam acara buka puasa di Jakarta, Jumat (14/4/2023). Eddy memerkirakan pada tahun ini akan ada kenaikan konsumsi minyak sawit hingga 3 juta ton.
"Kita akan lakukan percepatan PSR, melakukan replanting 5% dari lahan yang ada. Jangan sampai konsumsi naik tapi produksi turun," kata Eddy yang baru saja dikukuhkan menjadi Ketua Umum Gapki periode 2023-2028.
Berdasarkan data Gapki, produksi minyak sawit memang mengalami tren penurunan sejak September 2022. Pada Desember 2022, produksi minyak sawit sebesar 4,3 juta ton, kemudian turun menjadi 3,892 juta ton pada Januari 2023. Pada Februari kembali turun menjadi 3,883 juta ton.
Eddy mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan produksi minyak sawit terus menurun. Salah satunya adalah kenaikan harga pupuk hingga dua kali lipat, sehingga berpengaruh pada produksi sawit.
Menurutnya, saat ini stok Crude Palm Oil (CPO) sebesar 47 juta ton dengan konsumsi sekitar 23 juta ton. Melihat data itu, maka sejauh ini situasinya masih aman tapi tetap harus memperhatikan permintaan dunia terhadap minyak nabati. "Saya sangat berharap musim kemarau tahun ini tidak berkepanjangan, sehingga produksi sawit kembali naik," kata Eddy.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, berdasarkan data Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), di Indonesia berpeluang terjadinya Elnino kecil yang terus mengecil hingga memasuki akhir musim kemarau 2023. Menurut Mukti, kondisi itu diprediksi tidak akan begitu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Namun yang perlu diwaspadai adalah potensi kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau.
"Anggota Gapki harus mempersiapkan sarana, prasarana, dan sumber daya untuk menghadapi musik kemarau, termasuk kolaborasi dengan komunitas masyarakat peduli api (MPA).
(nng)