LRT Jabodebek Hanya Mengoperasikan 8 Trainset, Cek Lagi Jadwal Perjalanannya
Senin, 06 November 2023 - 15:46 WIB
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengungkap, saat ini pihaknya hanya mengoperasikan delapan trainset LRT Jabodebek . Jumlah trainset yang beroperasi itu mengalami penurunan dari sebelumnya sembilan trainset yang dioperasikan untuk LRT Jabobek.
"Yang beroperasi hari ini 8 trainset," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus saat dihubungi MNC Portal, Senin (6/11/2023).
Jika hanya delapan trainset yang beroperasi, maka terdapat 19 trainset lain yang saat ini sedang dalam masa tunggu perawatan bubut roda. Selama proses perawatan berlangsung, pelayanan LRT Jabodebek akan disesuaikan dengan headway (waktu tunggu antar-kereta).
Pada peak hours untuk relasi Dukuh Atas-Jatimulya yakni pukul 06.00-10.30 WIB dan pukul 16.30-20.00 WIB dan waktu tunggu antar-kereta mencapai 30 menit. Sementara untuk 10.30-16.30 waktu tunggunya mencapai 1 jam.
Kemudian untuk relasi Jatimulya-Dukuh Atas perjalanan dimulai pada pukul 05.00 WIB dan berakhir pukul 19.00 WIB dengan jarak waktu tunggu kereta pada peak hours (05.00-09.00 WIB) 30 menit dan non-peak hours 1 jam.
Lalu untuk relasi Dukuh Atas-Harjamukti perjalanan dimulai pukul 05.12 WIB dan berakhir pukul 20.12 WIB dengan jarak waktu tunggu pada peak hours (05.12-09.42) 30 menit dan non-peak hours 1 jam. Begitu pula untuk relasi Harjamukti-Dukuh Atas.
Sebelumnya, Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardoyo mengatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk bubut roda satu trainsetnya memakan waktu hingga 5-7 hari. Lama waktu itu juga akibat mesin bubut yang dimilikinya hanya satu saja.
"Setelah itu baru kita akan setting sensor-sensor yang ada di roda itu tadi, sensor anjlok, sensor untuk pengereman dan lainnya kita setting karena kereta kita kan sudah tidak beroperasi secara manual, beda dengan kereta manual. Begitu sudah selesai, pasang, dia bisa jalan," katanya
Kuswardoyo mengatakan masalah keausan roda baru muncul pada setelah LRT Jabodebek beroperasi secara komersial. Sehingga pihaknya tidak ada persiapan untuk mengatasi permasalahan itu.
"Iya betul. Kita belum menyiapkan apa-apa karena kan selama ini sarana itu masih menjadi tanggung jawabnya produsen. Nah ini pada saat setelah dikerjakan, kita baru tahu bahwa ternyata tingkat keausannya sedemikian tinggi," katanya.
"Yang beroperasi hari ini 8 trainset," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus saat dihubungi MNC Portal, Senin (6/11/2023).
Jika hanya delapan trainset yang beroperasi, maka terdapat 19 trainset lain yang saat ini sedang dalam masa tunggu perawatan bubut roda. Selama proses perawatan berlangsung, pelayanan LRT Jabodebek akan disesuaikan dengan headway (waktu tunggu antar-kereta).
Pada peak hours untuk relasi Dukuh Atas-Jatimulya yakni pukul 06.00-10.30 WIB dan pukul 16.30-20.00 WIB dan waktu tunggu antar-kereta mencapai 30 menit. Sementara untuk 10.30-16.30 waktu tunggunya mencapai 1 jam.
Kemudian untuk relasi Jatimulya-Dukuh Atas perjalanan dimulai pada pukul 05.00 WIB dan berakhir pukul 19.00 WIB dengan jarak waktu tunggu kereta pada peak hours (05.00-09.00 WIB) 30 menit dan non-peak hours 1 jam.
Lalu untuk relasi Dukuh Atas-Harjamukti perjalanan dimulai pukul 05.12 WIB dan berakhir pukul 20.12 WIB dengan jarak waktu tunggu pada peak hours (05.12-09.42) 30 menit dan non-peak hours 1 jam. Begitu pula untuk relasi Harjamukti-Dukuh Atas.
Sebelumnya, Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardoyo mengatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk bubut roda satu trainsetnya memakan waktu hingga 5-7 hari. Lama waktu itu juga akibat mesin bubut yang dimilikinya hanya satu saja.
"Setelah itu baru kita akan setting sensor-sensor yang ada di roda itu tadi, sensor anjlok, sensor untuk pengereman dan lainnya kita setting karena kereta kita kan sudah tidak beroperasi secara manual, beda dengan kereta manual. Begitu sudah selesai, pasang, dia bisa jalan," katanya
Kuswardoyo mengatakan masalah keausan roda baru muncul pada setelah LRT Jabodebek beroperasi secara komersial. Sehingga pihaknya tidak ada persiapan untuk mengatasi permasalahan itu.
"Iya betul. Kita belum menyiapkan apa-apa karena kan selama ini sarana itu masih menjadi tanggung jawabnya produsen. Nah ini pada saat setelah dikerjakan, kita baru tahu bahwa ternyata tingkat keausannya sedemikian tinggi," katanya.
(uka)
tulis komentar anda