The 21st Economix FEB UI Sukses Gelar Seminar Internasional, Dihadiri Pembicara Hebat
Kamis, 30 November 2023 - 11:00 WIB
DEPOK - The 21st Economix dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia kembali menyelenggarakan seminar internasional dengan tema "Indonesia's International Seminar: Navigating the Future of the Global Value Chain and Green Transition" beserta konferensi pers, pada Senin, (27/11/2023). Acara ini diadakan di Balai Purnomo Prawiro, FISIP UI, Depok, Jawa Barat, dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Economix FEB UI.
Economix: Global Economic Challenges merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh KANOPI FEB UI. Pada tahun ke-21 ini, Economix menjalankan serangkaian acara yang terdiri dari seminar internasional, kompetisi internasional, dan MUN (Model United Nations) yang dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum dari berbagai negara.
Acara Economix FEB UI bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat dengan berbagai latar belakang untuk berdiskusi, berbagi, serta bertukar pendapat untuk menemukan solusi atas permasalahan global yang sedang terjadi pada saat ini.
Setiap tahun, Economix secara konsisten menyelenggarakan seminar internasional. Tahun ini, seminar internasional tersebut berhasil diselenggarakan dengan sukses yang luar biasa. Acara ini dibagi dalam dua sesi dan dihadiri oleh tokoh-tokoh ternama seperti Dr. (H.C.) M. Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia, Koji Hachiyama, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Menteri Pertahanan, Juan Permata Adoe, H.E. Ms Penny Williams, Nelwin Aldriansyah.
Serta, Dida Gardera, Felia Salim, Ir. Yudo Dwinanda Priaadi, Dr. Rasio Ridho Sani, serta Tom Lembong-Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Tak hanya itu, Dr. Poempida Hidayatullah Perwakilan dari Calon Presiden Ganjar-Pranowo turut hadir dalam acara yang sangat berkesan ini.
Dalam sambutan pembukaan The 21st Economix International Seminar, Dr. (H.C.) M. Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia), menyampaikan pandangannya mengenai globalisasi. Kalla menyebutkan bahwa semua negara maju sangat menghargai waktu, dan menjelaskan perjalanan globalisasi dari dasar pemahaman sejarahnya.
"Globalisasi bukanlah suatu konsep yang muncul begitu saja. Apakah penyebabnya? Apa efeknya? Pertanyaan-pertanyaan ini telah mengiringi kita sejak era globalisasi dimulai pada tahun 1980-an. Kala itu, dalam masa resesi tahun 1929, ekonom John Maynard Keynes mengusulkan adanya peran pemerintah yang signifikan. Namun, pada tahun 1950-an, Milton Friedman memperkenalkan kembali konsep liberalisme ekonomi," ucap Jusuf Kalla.
Dalam pemahaman globalisasi, Jusuf Kalla menyoroti perang dingin antara sistem ekonomi Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berujung pada keruntuhan Uni Soviet. Dia juga membahas transisi Tiongkok dari ekonomi tertutup ke terbuka serta peran teknologi sebagai cerminan utama globalisasi saat ini.
Kalla mengilustrasikan efek globalisasi dalam manufaktur, seperti produksi handphone yang melibatkan desain Amerika, bahan melalui Taiwan, dan produksi di Tiongkok, pola yang juga terjadi dalam industri pakaian. Namun, Kalla juga mengingatkan dampak negatif globalisasi yang mengancam persaingan ekonomi negara berkembang, mengurangi stabilitas pasar global, dan memberikan tekanan pada industri di beberapa negara tersebut.
Economix: Global Economic Challenges merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh KANOPI FEB UI. Pada tahun ke-21 ini, Economix menjalankan serangkaian acara yang terdiri dari seminar internasional, kompetisi internasional, dan MUN (Model United Nations) yang dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum dari berbagai negara.
Acara Economix FEB UI bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat dengan berbagai latar belakang untuk berdiskusi, berbagi, serta bertukar pendapat untuk menemukan solusi atas permasalahan global yang sedang terjadi pada saat ini.
Setiap tahun, Economix secara konsisten menyelenggarakan seminar internasional. Tahun ini, seminar internasional tersebut berhasil diselenggarakan dengan sukses yang luar biasa. Acara ini dibagi dalam dua sesi dan dihadiri oleh tokoh-tokoh ternama seperti Dr. (H.C.) M. Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia, Koji Hachiyama, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Menteri Pertahanan, Juan Permata Adoe, H.E. Ms Penny Williams, Nelwin Aldriansyah.
Serta, Dida Gardera, Felia Salim, Ir. Yudo Dwinanda Priaadi, Dr. Rasio Ridho Sani, serta Tom Lembong-Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Tak hanya itu, Dr. Poempida Hidayatullah Perwakilan dari Calon Presiden Ganjar-Pranowo turut hadir dalam acara yang sangat berkesan ini.
Dalam sambutan pembukaan The 21st Economix International Seminar, Dr. (H.C.) M. Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia), menyampaikan pandangannya mengenai globalisasi. Kalla menyebutkan bahwa semua negara maju sangat menghargai waktu, dan menjelaskan perjalanan globalisasi dari dasar pemahaman sejarahnya.
"Globalisasi bukanlah suatu konsep yang muncul begitu saja. Apakah penyebabnya? Apa efeknya? Pertanyaan-pertanyaan ini telah mengiringi kita sejak era globalisasi dimulai pada tahun 1980-an. Kala itu, dalam masa resesi tahun 1929, ekonom John Maynard Keynes mengusulkan adanya peran pemerintah yang signifikan. Namun, pada tahun 1950-an, Milton Friedman memperkenalkan kembali konsep liberalisme ekonomi," ucap Jusuf Kalla.
Dalam pemahaman globalisasi, Jusuf Kalla menyoroti perang dingin antara sistem ekonomi Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berujung pada keruntuhan Uni Soviet. Dia juga membahas transisi Tiongkok dari ekonomi tertutup ke terbuka serta peran teknologi sebagai cerminan utama globalisasi saat ini.
Kalla mengilustrasikan efek globalisasi dalam manufaktur, seperti produksi handphone yang melibatkan desain Amerika, bahan melalui Taiwan, dan produksi di Tiongkok, pola yang juga terjadi dalam industri pakaian. Namun, Kalla juga mengingatkan dampak negatif globalisasi yang mengancam persaingan ekonomi negara berkembang, mengurangi stabilitas pasar global, dan memberikan tekanan pada industri di beberapa negara tersebut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda