Jelang Libur Panjang, Rupiah Ditutup Menguat ke Rp15.635 Sore Ini
Rabu, 07 Februari 2024 - 16:35 WIB
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini akhirnya ditutup menguat 95 poin ke level Rp15.635 setelah sebelumnya sempat melemah di level Rp15.730.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa indeks dolar melemah karena Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada hari Selasa bahwa jika perekonomian AS berjalan sesuai ekspektasinya, hal ini dapat membuka pintu bagi penurunan suku bunga.
"Namun Mester mengatakan dia belum siap memberikan waktu untuk kebijakan yang lebih mudah di tengah ketidakpastian inflasi yang sedang berlangsung. Para gubernur bank sentral lainnya setuju," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (7/2/2024).
Bank Sentral Eropa (ECB) tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunganya, kata pembuat kebijakan Boris Vujcic kepada Reuters, dengan alasan akan lebih baik bagi kredibilitas ECB untuk memastikan bahwa inflasi terkendali.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5% pada bulan Maret, menurut FedWatch Tool milik CME Group (NASDAQ:CME), dibandingkan dengan peluang 68,1% pada awal tahun.
Mereka juga kini memperkirakan pemotongan sekitar 117 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan antisipasi sekitar 150 bps pada awal Januari. Kekhawatiran pasar terhadap kesehatan ekonomi Tiongkok masih terus berlanjut. Meskipun pihak berwenang Tiongkok mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pasar saham lokal pada minggu ini, mereka tidak berbuat banyak untuk mengatasi lambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut.
Data inflasi China untuk bulan Januari akan dirilis pada hari Kamis. Data tersebut juga muncul sebelum libur Tahun Baru Imlek selama seminggu. Dari sisi sentimen domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 ditutup di angka 5,05 persen. Angka ini meleset dari target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,31 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong pertumbuhan ekonomi ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 2,55 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen. Meski demikian, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 4,94 persen pada 2022 menjadi 4,82 persen di 2023. Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 seharusnya bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga.
Namun, memang terdapat sejumlah faktor yang lebih kuat dalam memengaruhi pelemahan dari konsumsi rumah tangga. Dalam perdagangan sore ini, rupiah menguat. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup lanjutkan penguatan di rentang Rp15.600 - Rp15.670.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa indeks dolar melemah karena Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada hari Selasa bahwa jika perekonomian AS berjalan sesuai ekspektasinya, hal ini dapat membuka pintu bagi penurunan suku bunga.
"Namun Mester mengatakan dia belum siap memberikan waktu untuk kebijakan yang lebih mudah di tengah ketidakpastian inflasi yang sedang berlangsung. Para gubernur bank sentral lainnya setuju," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (7/2/2024).
Bank Sentral Eropa (ECB) tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunganya, kata pembuat kebijakan Boris Vujcic kepada Reuters, dengan alasan akan lebih baik bagi kredibilitas ECB untuk memastikan bahwa inflasi terkendali.
Pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 19,5% pada bulan Maret, menurut FedWatch Tool milik CME Group (NASDAQ:CME), dibandingkan dengan peluang 68,1% pada awal tahun.
Mereka juga kini memperkirakan pemotongan sekitar 117 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan antisipasi sekitar 150 bps pada awal Januari. Kekhawatiran pasar terhadap kesehatan ekonomi Tiongkok masih terus berlanjut. Meskipun pihak berwenang Tiongkok mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pasar saham lokal pada minggu ini, mereka tidak berbuat banyak untuk mengatasi lambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut.
Data inflasi China untuk bulan Januari akan dirilis pada hari Kamis. Data tersebut juga muncul sebelum libur Tahun Baru Imlek selama seminggu. Dari sisi sentimen domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 ditutup di angka 5,05 persen. Angka ini meleset dari target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,31 persen.
Baca Juga
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong pertumbuhan ekonomi ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 2,55 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen. Meski demikian, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 4,94 persen pada 2022 menjadi 4,82 persen di 2023. Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 seharusnya bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga.
Namun, memang terdapat sejumlah faktor yang lebih kuat dalam memengaruhi pelemahan dari konsumsi rumah tangga. Dalam perdagangan sore ini, rupiah menguat. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup lanjutkan penguatan di rentang Rp15.600 - Rp15.670.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda