Diterpa Angin The Fed, Kurs Rupiah Hari Ini Jadi Rp15.764/USD
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sore hari ini, ditutup menguat 18 poin ke level Rp15.764 per USD. Sebelumnya kurs rupiah sempat melemah untuk bertengger di Rp15.784 per USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah karena sentimen The Fed tentang penurunan suku bunga lebih awal. Pelaku pasar melihat Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, bahwa kekakuan inflasi baru-baru ini akan menghalangi bank sentral untuk melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat.
"Hal ini membuat sebagian besar pedagang mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga paling lambat pada bulan Maret 2024," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (1/2/2024).
Namun Powell masih mencatat banyak kemajuan dalam perjuangan bank sentral melawan inflasi, dan juga menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS.
Komentarnya membuat para pelaku pasar mulai memperkirakan kemungkinan bahwa bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga mulai Mei 2024. Para pedagang juga memperhitungkan anggapan bahwa penundaan suku bunga The Fed akan menyebabkan bank tersebut melakukan pelonggaran moneter secara lebih agresif pada tahun 2024, yang mengarah pada penurunan suku bunga yang lebih dalam.
Analis Goldman Sachs mengatakan, mereka masih memperkirakan lima penurunan suku bunga pada tahun 2024, mulai bulan Mei. Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 60% untuk penurunan 25 basis poin di bulan Mei.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia memberi sinyal adanya peluang menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate. Namun sebelum melakukan itu, BI akan tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Peluang untuk penurunan suku bunga terbuka.
Di semester kedua 2024, BI memprediksi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan melakukan penurunan suku bunga.
Selain itu meski masih dibayangi ketidakpastian, kondisi fundamental ekonomi terjaga. Inflasi terjaga dan neraca perdagangan surplus. Kebijakan moneter BI tetap diarahkan pro stability. Pada Januari 2024, BI tetap mempertahankan tingkat suku bunga di level 6 persen.
Secara bersamaan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari 2024 inflasi sebesar 0,04 persen secara bulanan (mtm) dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,19.
Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2024 terhadap Januari 2023) tercatat 2,57 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (Januari 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,04 persen.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah hari ini menguat, selanjutnya untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup melanjutkan pelemahan di rentang Rp15.750 - Rp15.820 per USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah karena sentimen The Fed tentang penurunan suku bunga lebih awal. Pelaku pasar melihat Ketua Fed Jerome Powell mengatakan, bahwa kekakuan inflasi baru-baru ini akan menghalangi bank sentral untuk melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat.
"Hal ini membuat sebagian besar pedagang mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga paling lambat pada bulan Maret 2024," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (1/2/2024).
Namun Powell masih mencatat banyak kemajuan dalam perjuangan bank sentral melawan inflasi, dan juga menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS.
Komentarnya membuat para pelaku pasar mulai memperkirakan kemungkinan bahwa bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga mulai Mei 2024. Para pedagang juga memperhitungkan anggapan bahwa penundaan suku bunga The Fed akan menyebabkan bank tersebut melakukan pelonggaran moneter secara lebih agresif pada tahun 2024, yang mengarah pada penurunan suku bunga yang lebih dalam.
Analis Goldman Sachs mengatakan, mereka masih memperkirakan lima penurunan suku bunga pada tahun 2024, mulai bulan Mei. Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 60% untuk penurunan 25 basis poin di bulan Mei.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesia memberi sinyal adanya peluang menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate. Namun sebelum melakukan itu, BI akan tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Peluang untuk penurunan suku bunga terbuka.
Di semester kedua 2024, BI memprediksi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan melakukan penurunan suku bunga.
Selain itu meski masih dibayangi ketidakpastian, kondisi fundamental ekonomi terjaga. Inflasi terjaga dan neraca perdagangan surplus. Kebijakan moneter BI tetap diarahkan pro stability. Pada Januari 2024, BI tetap mempertahankan tingkat suku bunga di level 6 persen.
Secara bersamaan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Januari 2024 inflasi sebesar 0,04 persen secara bulanan (mtm) dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,19.
Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2024 terhadap Januari 2023) tercatat 2,57 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (Januari 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 0,04 persen.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah hari ini menguat, selanjutnya untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan kemudian ditutup melanjutkan pelemahan di rentang Rp15.750 - Rp15.820 per USD.
(akr)