Beras Mahal dan Langka, Pedagang Pasar Minta Buka-bukaan Data Sebaran Bansos
Senin, 12 Februari 2024 - 20:40 WIB
"Kemudian untuk mafia dalam tanda kutip, ini hampir setiap komoditas, ada beberapa orang yang mengambil partai besar tidak di pasar tetapi langsung di produsen besar," lanjutnya.
Reynaldi menambahkan, pihaknya juga mendapati laporan untuk harga beras medium terkerek menjadi Rp13.500 per kilo sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp18.500 per kilo. Kedua harga tersebut sudah melebihi Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengaku saat ini peritel mulai kesulitan mendapatkan suply beras terutama untuk type premium lokal dengan kemasan 5 kg.
Menurut Roy Mandey, keterbatasan supply beras tersebut disebabkan karena saat ini belum masa panen yang diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2024, serta bersamaan pula dengan belum masuk nya berastype medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.
Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern (toko swalayan) dan pasar rakyat (pasar tradisional).
Menurutnya, keadaan kenaikan harga ini, terjadi pada berbagai wilayah di Indonesia, 'menular' atau merambat juga pada berbagai komoditi bahan pokok & penting lainnya, apalagi bulan Februari ini adalah momentum para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan pada gerai ritel modern.
"Menyediakan bahan pokok dan penting bagi masyarakat yang akan menunaikan bulan suci Ramadan pada pertengahan bulan Maret 2024 dan merayakan hari Idul Fitri, di bulan April 2024," tutupnya.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
Reynaldi menambahkan, pihaknya juga mendapati laporan untuk harga beras medium terkerek menjadi Rp13.500 per kilo sedangkan beras premium sudah menyentuh Rp18.500 per kilo. Kedua harga tersebut sudah melebihi Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengaku saat ini peritel mulai kesulitan mendapatkan suply beras terutama untuk type premium lokal dengan kemasan 5 kg.
Menurut Roy Mandey, keterbatasan supply beras tersebut disebabkan karena saat ini belum masa panen yang diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2024, serta bersamaan pula dengan belum masuk nya berastype medium (SPHP) yang diimpor Pemerintah.
Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara supply dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern (toko swalayan) dan pasar rakyat (pasar tradisional).
Menurutnya, keadaan kenaikan harga ini, terjadi pada berbagai wilayah di Indonesia, 'menular' atau merambat juga pada berbagai komoditi bahan pokok & penting lainnya, apalagi bulan Februari ini adalah momentum para peritel melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan pada gerai ritel modern.
"Menyediakan bahan pokok dan penting bagi masyarakat yang akan menunaikan bulan suci Ramadan pada pertengahan bulan Maret 2024 dan merayakan hari Idul Fitri, di bulan April 2024," tutupnya.
Lihat Juga: Kemenparekraf: Literasi Keuangan dan Bisnis DPUP 2024 Cegah dari Pinjol Ilegal dan Judol
(akr)
tulis komentar anda