Mengukur Kekuatan Nilai Tukar Mata Uang Rubel Rusia di Tengah Sanksi Barat
Senin, 13 Mei 2024 - 14:01 WIB
JAKARTA - Nilai tukar Rubel Rusia terus mengalami tekanan di tengah peristiwa geopolitik dan ketegangan yang melibatkan Rusia dan negara tetangganya seperti Ukraina . Nilai rubel terus tergerus akibat beberapa krisis dan konflik yang memperburuk hubungan Rusia dengan Barat dan negara-negara lain.
Rubel termasuk sebagai salah satu mata uang tertua di dunia. Penggunaannya sendiri diperkirakan sudah bermula sekitar abad ke-13.
Pada perkembangannya, mata uang ini mengalami kondisi yang bisa dibilang naik-turun. Kendati begitu, Rubel tetap bertahan hingga era modern dan masih menjadi mata uang nasional Rusia sampai sekarang.
Mata uang Rusia ini sempat ambruk pada paruh kedua tahun 2014, kehilangan sekitar setengah nilainya terhadap dollar AS karena anjloknya harga minyak global. Sanksi ekonomi dan keuangan yang diberlakukan oleh AS dan Uni Eropa terhadap Rusia pada bulan Juli 2014 atas invasi dan aneksasi mereka terhadap Krimea juga berkontribusi.
Tak berhenti sampai disitu, nilai Rubel terhadap mata uang lain juga mengalami perubahan signifikan setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sebagai contoh, mata uang ini sempat mencapai titik terendah pada akhir Maret 2022.
Namun, kondisi tersebut berangsur pulih beberapa minggu berselang. Salah satu penyebabnya tak lain karena harga energi yang waktu itu juga melambung tinggi.
Gejolak rubel kembali terjadi pada Agustus 2023, dimana nilai tukar rubel jatuh mencapai titik terendah selama 18 bulan. Berbulan-bulan bank sentral Rusia berhasil mempertahankan nilai tukarnya, tetapi nilainya terus merosot sejak pemberontakan kelompok Wagner.
Rubel termasuk sebagai salah satu mata uang tertua di dunia. Penggunaannya sendiri diperkirakan sudah bermula sekitar abad ke-13.
Pada perkembangannya, mata uang ini mengalami kondisi yang bisa dibilang naik-turun. Kendati begitu, Rubel tetap bertahan hingga era modern dan masih menjadi mata uang nasional Rusia sampai sekarang.
Mata uang Rusia ini sempat ambruk pada paruh kedua tahun 2014, kehilangan sekitar setengah nilainya terhadap dollar AS karena anjloknya harga minyak global. Sanksi ekonomi dan keuangan yang diberlakukan oleh AS dan Uni Eropa terhadap Rusia pada bulan Juli 2014 atas invasi dan aneksasi mereka terhadap Krimea juga berkontribusi.
Tak berhenti sampai disitu, nilai Rubel terhadap mata uang lain juga mengalami perubahan signifikan setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sebagai contoh, mata uang ini sempat mencapai titik terendah pada akhir Maret 2022.
Namun, kondisi tersebut berangsur pulih beberapa minggu berselang. Salah satu penyebabnya tak lain karena harga energi yang waktu itu juga melambung tinggi.
Gejolak rubel kembali terjadi pada Agustus 2023, dimana nilai tukar rubel jatuh mencapai titik terendah selama 18 bulan. Berbulan-bulan bank sentral Rusia berhasil mempertahankan nilai tukarnya, tetapi nilainya terus merosot sejak pemberontakan kelompok Wagner.
tulis komentar anda