Bangun Proyek MRT Tomang-Medan Satria, Jepang Guyur Utang Rp14,5 T
Kamis, 16 Mei 2024 - 18:15 WIB
JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan pembangunan MRT fase 3 koridor East - West siap dilakukan groundbreaking pada Agustus 2024 mendatang.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan groundbreaking yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus itu untuk pembangun fase 1 tahap 1 sepanjang 30,4 KM dari Tomang - Medan Satria. Pembangun fase 1 tahap 1 itu telah mendapatkan dukungan pembiayaan melalui pinjaman dari JICA Japan International Cooperation Agency) sebesar Rp14,5 triliun.
Pinjaman tersebut telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat melalui APBN, maupun Pemerintah Daerah melalui APBD yang akan menjamin pinjaman tersebut.
"Loan sudah tandatangan Pemerintah dengan Jepang, total Rp14,5 triliun, dari total itu nanti pinjamannya ditanggung oleh Pemerintah DKI 51% lewat APBD, 49% ditanggung oleh Pemerintah pusat lewat APBN," ujar Tuhiyat dalam konferensi pers di Kantor MRT Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Lebih lanjut, Tuhiyat menjelaskan mekanisme pencairan dana tersebut akan dilakukan secara bertahap yang akan langsung disalurkan dari JICA kepada kontraktor yang sudah melakukan pengerjaan.
"Dari total ini sudah tersedia 14,5 triliun, nanti kontraktor bekerja, nanti JICA akan bayar langsung ke kontraktor, jadi uangnya memang masih di lender di JICA," sambungnya.
Sehingga dalam proyek ini, terlebih dahulu akan menggunakan kantong pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah lewat APBN atau APBN. Sebab proses pencairan dana dari JICA sendiri juga memerlukan waktu.
"Tinggal disepakati yang mau awal awal itu, mau pakai dari hibah APBN dulu atau mau dari DKI, karena prosesnya agak sedikit berbeda, ini yang kita namanya threesub agreement, ada Pemerintah Pusat, Daerah, dan JICA," sambungnya.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan groundbreaking yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus itu untuk pembangun fase 1 tahap 1 sepanjang 30,4 KM dari Tomang - Medan Satria. Pembangun fase 1 tahap 1 itu telah mendapatkan dukungan pembiayaan melalui pinjaman dari JICA Japan International Cooperation Agency) sebesar Rp14,5 triliun.
Pinjaman tersebut telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat melalui APBN, maupun Pemerintah Daerah melalui APBD yang akan menjamin pinjaman tersebut.
"Loan sudah tandatangan Pemerintah dengan Jepang, total Rp14,5 triliun, dari total itu nanti pinjamannya ditanggung oleh Pemerintah DKI 51% lewat APBD, 49% ditanggung oleh Pemerintah pusat lewat APBN," ujar Tuhiyat dalam konferensi pers di Kantor MRT Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Lebih lanjut, Tuhiyat menjelaskan mekanisme pencairan dana tersebut akan dilakukan secara bertahap yang akan langsung disalurkan dari JICA kepada kontraktor yang sudah melakukan pengerjaan.
"Dari total ini sudah tersedia 14,5 triliun, nanti kontraktor bekerja, nanti JICA akan bayar langsung ke kontraktor, jadi uangnya memang masih di lender di JICA," sambungnya.
Sehingga dalam proyek ini, terlebih dahulu akan menggunakan kantong pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah lewat APBN atau APBN. Sebab proses pencairan dana dari JICA sendiri juga memerlukan waktu.
"Tinggal disepakati yang mau awal awal itu, mau pakai dari hibah APBN dulu atau mau dari DKI, karena prosesnya agak sedikit berbeda, ini yang kita namanya threesub agreement, ada Pemerintah Pusat, Daerah, dan JICA," sambungnya.
tulis komentar anda