Tak Mau Disetir AS, China dan Thailand Sepakat Tinggalkan Dolar

Jum'at, 24 Mei 2024 - 11:09 WIB
China dan Thailand sepakat untuk meninggalkan dolar AS. FOTO/Contribune
JAKARTA - China dan Thailand sepakat untuk meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS). Bank sentral kedua negara menandatangani perjanjian untuk memperkuat kerja sama transaksi lintas batas dalam mata uang lokal.

Kebijakan serupa juga baru saja dilakukan India dan Nigeria sepekan lalu. Ini menunjukkan bahwa dedolarisasi kian nyata dan telah ditekankan kembai Presiden Rusia Vladimir Putin saat kunjungannya ke Beijing baru-baru ini.

Sebagaimana diketahui, Thailand dan China bekerja sama dalam transaksi mBridge. Sejumlah pihak beranggapan proyek transaksi CBDC internasional ini dapat mematahkan monopoli jaringan SWIFT.





Proyek ini melibatkan Bank for International Settlements (BIS) dan Bank Sentral China, Hong Kong, Thailand, dan Uni Emirat Arab (UEA). China terus meninggalkan dolar AS karena khawatir bahwa ekonominya bakal terus bergantung pada jaringan pembayaran yang dikendalikan Barat.

Mereka belajar dari Iran dan Rusia yang tetap berdiri sendiri meskipun terputus dari jaringan SWIFT. Kedua negara secara terbuka memusuhi dolar AS. Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa China mengerjakan proyek mBridge ketika mereka sudah menggunakan Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Batas China atau CPIS.

Melansir Contribune, pertumbuhan CPIS sangat pesat sejak diluncurkan pada 2015. CPIS memproses lebih dari 123 triliun yuan pada tahun 2023, bandingkan dengan 10 triliun yuan pada 2021 dan 2 triliun yuan pada 2017. Sekarang CPIS menghubungkan hampir 1.500 bank di 114 negara.

Proyek mBridge bertujuan untuk menciptakan jaringan pembayaran internasional di CBDC yang tidak lagi membutuhkan sistem SWIFT. Bank-bank akan terhubung secara langsung melalui bank sentral mereka. Di China, mBridge terhubung ke sistem e-CNY CBDC.

Beberapa pejabat AS khawatir bahwa jaringan mBridge akan memberikan keunggulan bagi Beijing dalam menggunakan CBDC untuk merevolusi pembayaran internasional. AS khawatir bahwa hal ini akan memungkinkan mata uang lain untuk membayangi dolar, mata uang yang menjadi mata uang yang digunakan oleh setengah dari sekitar USD32 triliun yang diperdagangkan secara global setiap tahunnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More