Wanti-wanti Indonesia Gagal Jadi Negara Industri, Wakil Ketua DPR: Cukup Jadi Penggali Tanah
Selasa, 25 Juni 2024 - 09:00 WIB
Menurutnya, industri Indonesia bukan hanya menghadapi parktik dumping, tapi juga suku bunga yang tinggi serta banyaknya pungutan. Ia juga mengungkapkan, saat ini barang impor dapat relaksasi dan kemudahan serta berbagai insentif. Sedangkan industri dalam negeri justru berbiaya tinggi dan kurang insentif.
"Ini kan merugikan para investor, yang justru telah menghidupkan ekonomi dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja buat rakyat. Insentif terhadap importir itu artinya memberikan insentif kepada buruh negara lain dan memberikan sumbangan ke negara lain,” katanya.
Perubahan beberapa kali terhadap Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag, kata Gobel, juga menimbulkan ketidakpastian pada investor di dalam negeri. “Lama-lama investor akan lari ke negara lain. Lalu kita gagal menjadi negara industri dan cukup menjadi negara penggali tanah dengan menjual tambang,” katanya.
Gobel mengatakan, untuk menjadi pejabat negara tak cukup hanya pandai, tapi juga harus memiliki komitmen dan hati yang berpihak kepada rakyat bangsanya sendiri. Selain itu katanya, menjadi pejabat negara tak cukup hanya bisa berucap tapi juga bisa mewujudkannya dalam amal perbuatan yang nyata.
“Bangsa dan negara Indonesia ini didirikan oleh orang-orang yang di dadanya hanya ada rakyat dan Merah Putih dan kemudian mewujudkannya dalam tindakan nyata. Saat itu yang pandai juga banyak, tapi menjadi kolaborator Belanda. Saat itu yang bisa bicara tentang Merah Putih juga banyak, tapi nyatanya ikut Belanda," terangnya.
"Bung Karno pernah berpetuah bahwa yang lebih sulit adalah menghadapi musuh dari bangsamu sendiri. Saya percaya pejabat kita hatinya ada pada rakyat dan bisa mewujudkannya. Tapi kita harus saling mengingatkan karena tekanan dari mafia pasti banyak, yang kadang membuat seseorang tak berdaya. Karena itu Pancasila, Merah Putih, dan NKRI Harga Mati harus terus digelorakan sambil diwujudkan,” katanya.
"Ini kan merugikan para investor, yang justru telah menghidupkan ekonomi dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja buat rakyat. Insentif terhadap importir itu artinya memberikan insentif kepada buruh negara lain dan memberikan sumbangan ke negara lain,” katanya.
Perubahan beberapa kali terhadap Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag, kata Gobel, juga menimbulkan ketidakpastian pada investor di dalam negeri. “Lama-lama investor akan lari ke negara lain. Lalu kita gagal menjadi negara industri dan cukup menjadi negara penggali tanah dengan menjual tambang,” katanya.
Gobel mengatakan, untuk menjadi pejabat negara tak cukup hanya pandai, tapi juga harus memiliki komitmen dan hati yang berpihak kepada rakyat bangsanya sendiri. Selain itu katanya, menjadi pejabat negara tak cukup hanya bisa berucap tapi juga bisa mewujudkannya dalam amal perbuatan yang nyata.
“Bangsa dan negara Indonesia ini didirikan oleh orang-orang yang di dadanya hanya ada rakyat dan Merah Putih dan kemudian mewujudkannya dalam tindakan nyata. Saat itu yang pandai juga banyak, tapi menjadi kolaborator Belanda. Saat itu yang bisa bicara tentang Merah Putih juga banyak, tapi nyatanya ikut Belanda," terangnya.
"Bung Karno pernah berpetuah bahwa yang lebih sulit adalah menghadapi musuh dari bangsamu sendiri. Saya percaya pejabat kita hatinya ada pada rakyat dan bisa mewujudkannya. Tapi kita harus saling mengingatkan karena tekanan dari mafia pasti banyak, yang kadang membuat seseorang tak berdaya. Karena itu Pancasila, Merah Putih, dan NKRI Harga Mati harus terus digelorakan sambil diwujudkan,” katanya.
(akr)
tulis komentar anda