Rupiah Melemah ke Rp16.435/USD, Sri Mulyani Waspadai Pasar Global

Kamis, 27 Juni 2024 - 12:51 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengatakan, masih perlu mewaspadai pergerakan pasar keuangan domestik karena volatilitas politik global. Foto/Dok
JAKARTA - Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani mengatakan, masih perlu mewaspadai pergerakan pasar keuangan domestik karena volatilitas politik global. Dampaknya terlihat pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang ambruk hingga mencapai Rp16.431 pada Mei 2024, meski sempat mengalami peningkatan.

"Dari global sekarang makin confirm bahwa suku bunga Federal Reserve tidak akan mengalami penurunan sebanyak seperti yang diharapkan market," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Juni 2024, Kamis (27/6/2024).





Market, lanjut Menkeu, dalam hal ini tadinya mengharapkan adanya penurunan 4 hingga 5 kali dalam tahun ini, namun The Fed masih mengalami posisi yang stabil di 5,5% dan tidak terjadi tanda-tanda penurunan, bahkan lebih optimis penurunan hanya 1 kali pada tahun ini.

"Ini yang menyebabkan ekspektasi market kecewa atau yang tidak tersampaikan, kemudian menimbulkan suatu reaksi. Terutama terlihat pada April lalu hingga Mei, kalau Mei ditambah faktor domestik kita, kemudian menyebabkan penguatan dolar indeks yang kemudian menyebabkan depresiasi dari mata uang termasuk rupiah kita," jelasnya.

Rupiah mengalami depresiasi 6,58% (ytd) senada dengan beberapa negara emerging markets yang lain, namun Brazil depresiasinya lebih dalam.

"Atau kalau Anda sekarang baru mengikuti Jepang mengalami depresiasi yang sangat dalam, bahkan pada levelnya sudah comparable dengan 1996, ini juga tentu menimbulkan dinamika dari negara-negara partner dagang kita," ungkap Sri Mulyani.

Sedangkan US Treasury juga mengalami kenaikan, jadi dalam hal Fed Fund Rate tidak mengalami penurunan, sementara dari sisi fiskal APBN di Amerika Serikat mengalami defisit yang tinggi menyebabkan US Treasury harus mengeluarkan banyak sekali bonds, menyebabkan harganya jatuh, yield naik.



Menkeu melaporkan US Treasury mencapai 4,25% yang relatif tinggi sejak April. Pemerintah melihat dari pasar keuangan, pasar global dan sukuk bonds menjadi salah satu yang perlu diwaspadai. "Karena dinamikanya muncul dan terjadi rembesan ke dalam adalah melalui pasar keuangan ini," katanya.

Selain itu, pasar SBN mengalami capital outflow Rp42,37 triliun (ytd) atau outflow Rp7,29 triliun secara mtd. Sedangkan untuk pasar saham mencatatkan outflow Rp6,14 triliun (ytd) atau Rp2,01 triliun (mtd).

"Sehingga total outflow sampai dengan Juni mencapai Rp9,3 triliun, ini yang mungkin kita perlu waspadai dalam artian respons dari APBN, fiskal policy adalah nanti kepada berbagai pos yang berpengaruh kepada nilai tukar dan yang immediate tentu dari sisi pembiayaan," jelas Sri Mulyani.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More