Timbunan Utang dan Defisit Anggaran AS Timbulkan Risiko Bagi Ekonomi Global
Sabtu, 29 Juni 2024 - 10:25 WIB
JAKARTA - Dana Moneter Internasional ( IMF ) mengeluarkan peringatan kepada Amerika serikat ( AS ) atas defisit anggaran yang semakin besar serta lonjakan utangnya, yang menimbulkan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian global.
Data menunjukkan bahwa utang nasional AS semakin menumpuk, mendekati USD35 triliun (sekitar Rp560.000 triliun, kurs Rp16.000/USD). Sementara, menurut angka terbaru IMF, defisit anggaran federal AS melonjak dari USD1,4 triliun pada tahun fiskal 2022 menjadi USD1,7 triliun (sekitar Rp27.000 triliun) pada tahun lalu.
Kantor Anggaran Kongres, badan pengawas fiskal resmi di AS, memperkirakan pada awal bulan ini bahwa defisit kemungkinan akan mencapai USD1,9 triliun pada tahun ini, atau mewakili sekitar 7% produk domestik bruto (PDB) AS.
"Defisit dan utang yang tinggi menciptakan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian AS dan global, berpotensi menambah biaya pembiayaan fiskal yang lebih tinggi dan risiko yang semakin besar terhadap kelancaran perpanjangan kewajiban yang jatuh tempo," papar IMF dalam pernyataannya mengenai tinjauan "Pasal IV" kebijakan ekonomi Amerika, yang dilansir Russia Today, Sabtu (29/6/2024).
IMF menambahkan, defisit fiskal yang kronis ini menunjukkan ketidakselarasan kebijakan yang signifikan dan terus-menerus yang perlu segera diatasi. Amerika melampaui batas atas utangnya, yang secara hukum ditetapkan sebesar USD31,4 triliun, pada bulan Januari 2023.
Setelah berbulan-bulan mendapat peringatan mengenai kemungkinan gagal bayar dari Departemen Keuangan AS, Presiden Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang utang pada bulan Juni 2023 yang menangguhkan batas tersebut hingga Januari 2025.
Hal ini secara efektif memungkinkan pemerintah untuk terus melakukan pinjaman tanpa batas hingga tahun depan. Utang melonjak menjadi USD32 triliun kurang dari dua minggu setelah RUU tersebut disetujui, dan terus membengkak sejak saat itu.
IMF juga melontarkan kritik keras terhadap kebijakan perdagangan Washington yang semakin agresif. Mengacu pada meningkatnya ketegangan dengan Chia. IMF mengatakan bahwa perluasan pembatasan perdagangan yang berkelanjutan dan kurangnya kemajuan dalam mengatasi kerentanan yang disebabkan oleh kegagalan bank pada tahun 2023 dapat merusak stabilitas keuangan di seluruh dunia.
Pernyataan IMF hanyalah peringatan terbaru mengenai pengeluaran berlebihan yang dilakukan AS. Pada hari Selasa, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan rasio utang AS terhadap PDB berada pada titik tertinggi sejak Perang Dunia II.
Rasio utang terhadap PDB adalah metrik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu negara membayar utangnya. Tahun lalu, utang Negeri Paman Sam itu melonjak hingga 122% dari PDB, menurut OECD.
Data menunjukkan bahwa utang nasional AS semakin menumpuk, mendekati USD35 triliun (sekitar Rp560.000 triliun, kurs Rp16.000/USD). Sementara, menurut angka terbaru IMF, defisit anggaran federal AS melonjak dari USD1,4 triliun pada tahun fiskal 2022 menjadi USD1,7 triliun (sekitar Rp27.000 triliun) pada tahun lalu.
Kantor Anggaran Kongres, badan pengawas fiskal resmi di AS, memperkirakan pada awal bulan ini bahwa defisit kemungkinan akan mencapai USD1,9 triliun pada tahun ini, atau mewakili sekitar 7% produk domestik bruto (PDB) AS.
"Defisit dan utang yang tinggi menciptakan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian AS dan global, berpotensi menambah biaya pembiayaan fiskal yang lebih tinggi dan risiko yang semakin besar terhadap kelancaran perpanjangan kewajiban yang jatuh tempo," papar IMF dalam pernyataannya mengenai tinjauan "Pasal IV" kebijakan ekonomi Amerika, yang dilansir Russia Today, Sabtu (29/6/2024).
IMF menambahkan, defisit fiskal yang kronis ini menunjukkan ketidakselarasan kebijakan yang signifikan dan terus-menerus yang perlu segera diatasi. Amerika melampaui batas atas utangnya, yang secara hukum ditetapkan sebesar USD31,4 triliun, pada bulan Januari 2023.
Setelah berbulan-bulan mendapat peringatan mengenai kemungkinan gagal bayar dari Departemen Keuangan AS, Presiden Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang utang pada bulan Juni 2023 yang menangguhkan batas tersebut hingga Januari 2025.
Hal ini secara efektif memungkinkan pemerintah untuk terus melakukan pinjaman tanpa batas hingga tahun depan. Utang melonjak menjadi USD32 triliun kurang dari dua minggu setelah RUU tersebut disetujui, dan terus membengkak sejak saat itu.
IMF juga melontarkan kritik keras terhadap kebijakan perdagangan Washington yang semakin agresif. Mengacu pada meningkatnya ketegangan dengan Chia. IMF mengatakan bahwa perluasan pembatasan perdagangan yang berkelanjutan dan kurangnya kemajuan dalam mengatasi kerentanan yang disebabkan oleh kegagalan bank pada tahun 2023 dapat merusak stabilitas keuangan di seluruh dunia.
Pernyataan IMF hanyalah peringatan terbaru mengenai pengeluaran berlebihan yang dilakukan AS. Pada hari Selasa, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan rasio utang AS terhadap PDB berada pada titik tertinggi sejak Perang Dunia II.
Rasio utang terhadap PDB adalah metrik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu negara membayar utangnya. Tahun lalu, utang Negeri Paman Sam itu melonjak hingga 122% dari PDB, menurut OECD.
(fjo)
tulis komentar anda