Impor Turun Tajam, Mendag: Bikin Neraca Dagang RI Surplus
Senin, 24 Agustus 2020 - 07:33 WIB
JAKARTA - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengungkapkan, impor Indonesia pada Juli 2020 turun 2,7 persen atau sebesar USD 10,5 miliar dibandingkan Juni 2020 yang tercatat sebesar USD 10,8 miliar. Dilihat dari jenis barang impor hal ini disebabkan turunnya impor barang konsumsi sebesar 21 persen dan turunnya impor bahan baku atau penolong sebesar 2,5 persen.
Barang impor yang mengalami penurunan terbesar adalah kendaraan dan bagiannya (HS 87), gula dan kembang gula (HS 17), serta sayuran (HS 07). Penurunan impor gula dikarenakan sudah masuknya musim panen tebu, sehingga produksi gula dalam negeri mulai meningkat.
Sementara, penurunan impor sayuran dikarenakan aturan impor hortikultura untuk bawang putih dan bawang bombai sudah kembali normal, setelah sebelumnya diterapkan kebijakan relaksasi impor. Ia menambahkan, secara kumulatif pada Januari-Juli 2020 total impor mencapai USD 81,4 miliar atau turun sebesar 17,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan impor ini dipicu melemahnya impor seluruh jenis barang. Impor barang modal turun 19 persen, impor barang konsumsi turun 7,2 persen dan bahan baku atau penolong turun 18 persen. Selain itu, penurunan impor merupakan dampak dari terganggunya rantai nilai global sebagai akibat pandemi Covid-19.
"Penurunan impor juga terjadi seiring dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 sehingga banyak aktivitas industri yang umumnya membutuhkan bahan baku penolong maupun barang modal asal impor terpaksa dihentikan," ujar dia, di Jakarta, Senin (24/8/2020).
Dia menyampaikan, pernurunan impor mengakibatkan neraca perdagangan surplus. Secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Juli 2020 surplus USD 8,7 miliar.Adapun capaian pada semester pertama 2020 lebih baik dari periode yang sama tahun 2019 yang mengalami defisit USD 2,2 miliar. "Perbaikan neraca perdagangan ini dikarenakan terjadinya penurunan impor cukup tajam," tandas dia.
Barang impor yang mengalami penurunan terbesar adalah kendaraan dan bagiannya (HS 87), gula dan kembang gula (HS 17), serta sayuran (HS 07). Penurunan impor gula dikarenakan sudah masuknya musim panen tebu, sehingga produksi gula dalam negeri mulai meningkat.
Sementara, penurunan impor sayuran dikarenakan aturan impor hortikultura untuk bawang putih dan bawang bombai sudah kembali normal, setelah sebelumnya diterapkan kebijakan relaksasi impor. Ia menambahkan, secara kumulatif pada Januari-Juli 2020 total impor mencapai USD 81,4 miliar atau turun sebesar 17,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan impor ini dipicu melemahnya impor seluruh jenis barang. Impor barang modal turun 19 persen, impor barang konsumsi turun 7,2 persen dan bahan baku atau penolong turun 18 persen. Selain itu, penurunan impor merupakan dampak dari terganggunya rantai nilai global sebagai akibat pandemi Covid-19.
"Penurunan impor juga terjadi seiring dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 sehingga banyak aktivitas industri yang umumnya membutuhkan bahan baku penolong maupun barang modal asal impor terpaksa dihentikan," ujar dia, di Jakarta, Senin (24/8/2020).
Dia menyampaikan, pernurunan impor mengakibatkan neraca perdagangan surplus. Secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Juli 2020 surplus USD 8,7 miliar.Adapun capaian pada semester pertama 2020 lebih baik dari periode yang sama tahun 2019 yang mengalami defisit USD 2,2 miliar. "Perbaikan neraca perdagangan ini dikarenakan terjadinya penurunan impor cukup tajam," tandas dia.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda