Genjot Produksi Baja Rendah Karbon, GRP Kantongi Investasi Rp916,2 M dari IFC
Sabtu, 07 September 2024 - 16:49 WIB
Industri baja adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap krisis iklim global, bertanggung jawab atas 8% emisi gas rumah kaca dunia. Jika tidak ditangani, sektor ini bisa menghabiskan seperempat dari anggaran karbon dunia untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius pada tahun 2050.
GRP telah menggunakan teknologi produksi baja rendah karbon (EAF) sejak tahun 2016, menjadikannya salah satu produsen baja rendah karbon paling berpengalaman dan maju di Asia. Walaupun beberapa produsen lain kini menggunakan EAF, GRP adalah satu-satunya pabrik terintegrasi dari hulu ke hilir di Asia yang menggunakan baja rendah karbon.
"Melalui kemitraan dengan IFC ini, GRP akan terus menetapkan standar baru untuk dekarbonisasi produksi baja di Asia. Investasi penting ini mengakui kepemimpinan awal GRP sebagai salah satu produsen baja rendah karbon pertama di Asia," ujar Chairman of Executive Committee GRP, Kimin Tanoto.
"Industri baja sangat penting bagi kemakmuran Asia dan dunia, tetapi kita harus cepat melakukan dekarbonisasi untuk mempertahankan kemakmuran ini bagi generasi mendatang. Jika perusahaan baja tidak beradaptasi dengan transisi hijau, aset mereka bisa menjadi tidak bernilai. Keberlanjutan selalu menjadi panduan GRP ke depan," lanjutnya.
Investasi senilai USD60 juta dari IFC juga akan membantu memperkuat kasus bisnis baja rendah karbon di seluruh dunia, termasuk mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai dengan teknologi EAF GRP dan bisa diterapkan di seluruh industri baja global.
"Kemitraan kami dengan GRP adalah langkah besar dalam mendukung dekarbonisasi industri di Indonesia, dan ini menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade," kata Euan Marshall, IFC Country Manager untuk Indonesia dan Timor Leste.
"Kami senang bisa memberikan dukungan investasi dan konsultasi untuk membantu GRP mengembangkan bisnis yang berkelanjutan secara komersial dan lingkungan," bebernya.
GRP berencana memanfaatkan kemitraan dengan IFC untuk meningkatkan daya saing mereka dalam mengekspor baja rendah karbon ke Uni Eropa, dibandingkan produsen baja tradisional. Selain itu, GRP juga ingin mengeksplorasi peluang baru untuk menggantikan baja impor di Indonesia yang dihasilkan dari negara-negara dengan emisi CO2 per ton yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja rendah karbon GRP.
Kelvin Fu, Chief Transformation Officer GRP, menambahkan, pengumuman hari ini dengan IFC adalah pengakuan kuat atas visi GRP untuk merevolusi industri baja, tidak hanya di Asia tapi juga di dunia. Bersama-sama, kita menunjukkan apa yang mungkin dicapai.
"Saya bangga bahwa kemitraan ini memperkuat kemampuan kita untuk memproduksi baja rendah karbon, mengeksplorasi peluang pasar baru, terutama di Eropa, dan memastikan posisi GRP sebagai pemain utama dalam masa depan ekonomi dan lingkungan Indonesia. Dengan teknologi canggih dan aliansi strategis, kita tidak hanya memenuhi standar lingkungan global, tetapi juga melampauinya," ungkap Kelvin Fu.
GRP telah menggunakan teknologi produksi baja rendah karbon (EAF) sejak tahun 2016, menjadikannya salah satu produsen baja rendah karbon paling berpengalaman dan maju di Asia. Walaupun beberapa produsen lain kini menggunakan EAF, GRP adalah satu-satunya pabrik terintegrasi dari hulu ke hilir di Asia yang menggunakan baja rendah karbon.
"Melalui kemitraan dengan IFC ini, GRP akan terus menetapkan standar baru untuk dekarbonisasi produksi baja di Asia. Investasi penting ini mengakui kepemimpinan awal GRP sebagai salah satu produsen baja rendah karbon pertama di Asia," ujar Chairman of Executive Committee GRP, Kimin Tanoto.
"Industri baja sangat penting bagi kemakmuran Asia dan dunia, tetapi kita harus cepat melakukan dekarbonisasi untuk mempertahankan kemakmuran ini bagi generasi mendatang. Jika perusahaan baja tidak beradaptasi dengan transisi hijau, aset mereka bisa menjadi tidak bernilai. Keberlanjutan selalu menjadi panduan GRP ke depan," lanjutnya.
Investasi senilai USD60 juta dari IFC juga akan membantu memperkuat kasus bisnis baja rendah karbon di seluruh dunia, termasuk mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai dengan teknologi EAF GRP dan bisa diterapkan di seluruh industri baja global.
"Kemitraan kami dengan GRP adalah langkah besar dalam mendukung dekarbonisasi industri di Indonesia, dan ini menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade," kata Euan Marshall, IFC Country Manager untuk Indonesia dan Timor Leste.
"Kami senang bisa memberikan dukungan investasi dan konsultasi untuk membantu GRP mengembangkan bisnis yang berkelanjutan secara komersial dan lingkungan," bebernya.
GRP berencana memanfaatkan kemitraan dengan IFC untuk meningkatkan daya saing mereka dalam mengekspor baja rendah karbon ke Uni Eropa, dibandingkan produsen baja tradisional. Selain itu, GRP juga ingin mengeksplorasi peluang baru untuk menggantikan baja impor di Indonesia yang dihasilkan dari negara-negara dengan emisi CO2 per ton yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja rendah karbon GRP.
Kelvin Fu, Chief Transformation Officer GRP, menambahkan, pengumuman hari ini dengan IFC adalah pengakuan kuat atas visi GRP untuk merevolusi industri baja, tidak hanya di Asia tapi juga di dunia. Bersama-sama, kita menunjukkan apa yang mungkin dicapai.
"Saya bangga bahwa kemitraan ini memperkuat kemampuan kita untuk memproduksi baja rendah karbon, mengeksplorasi peluang pasar baru, terutama di Eropa, dan memastikan posisi GRP sebagai pemain utama dalam masa depan ekonomi dan lingkungan Indonesia. Dengan teknologi canggih dan aliansi strategis, kita tidak hanya memenuhi standar lingkungan global, tetapi juga melampauinya," ungkap Kelvin Fu.
tulis komentar anda